BAHASA ROH PERSONAL (BERSIFAT PRIBADI SEBAGAI BAHASA DOA)
Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th.
BAHASA ROH PERSONAL (BERSIFAT PRIBADI SEBAGAI BAHASA DOA)
BAHASA ROH PERSONAL (BERSIFAT PRIBADI SEBAGAI BAHASA DOA)
Dasar Alkitabiah bagi penggunaan karunia bahasa roh dengan fungsi personal terdapat dalam pernyataan rasul Paulus dalam 1 Korintus 14:2, “Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia.”
Fungsi bahasa roh disini adalah sebagai bahasa doa dalam komunikasi yang bersifat pribadi dan rahasia dengan Allah. Hanya Allah yang tahu artinya. Bahasa roh personal ini dipakai oleh Roh Kudus untuk membantu kita menyampaikan doa-doa kepada Allah sebagaimana yang dikatakan rasul Paulus dalam 1 Koritus 14:15, “Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku”.
Disini rasul Paulus menunjuk kepada pengalaman pribadinya dalam penggunaan bahasa roh secara pribadi. “Aku berdoa dengan rohku” berarti berdoa dengan bahasa roh, dengan menggunakan rohnya sendiri oleh dorongan Roh Kudus.
Di sini Paulus berbicara tentang penggunaan bahasa roh secara pribadi yang ditujukan kepada Allah. Paulus menggunakan bahasa roh tidak hanya untuk berdoa, tetapi juga untuk menyanyi, memuji, dan mengucapkan syukur kepada Allah. “Berdoa dengan akal budiku” berarti berdoa dan memuji dengan akal budinya sendiri dalam bahasa yang telah dipelajarinya, juga oleh dorongan Roh Kudus.
Karena itulah rasul Paulus dapat mengatakan kepada Jemaat di Korintus demikian, “Aku mengucap syukur kepada Allah bahwa aku berkata-kata dengan bahasa roh lebih daripada kamu semua” (1 Korintus 14:18). Jadi melalui bahasa roh dengan fungsi personal ini, roh orang percaya berdoa sementara Roh Kudus memberikan apa yang harus dikatakannya.
Perlu diketahui, penggunaan bahasa roh secara pribadi ini, selain digunakan untuk berdoa kepada Allah, juga bermanfaat untuk membangun diri sendiri. Rasul Paulus menjelaskan demikian, “Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri” (1 Korintus 14:4a). Disini rasul Paulus menjelaskan bahwa orang percaya yang berbahasa roh harus memakai bahasa roh ini untuk membantu membangun kehidupan rohani diri sendiri.
Karena itulah rasul Paulus mengatakan dalam 1 Korintus 14:18: “Aku mengucap syukur kepada Allah bahwa aku berkata-kata dengan bahasa roh lebih daripada kamu semua.” Disini rasul Paulus memberitahukan jemaat di Korintus bahwa dirinya berbahasa roh lebih dari mereka semua. Kita dapat menyimpulkan bahwa rasul Paulus memiliki pengalaman berbahasa roh yang luar biasa. Kemungkinan ia menggunakan banyak waktu untuk berbahasa roh dalam doa pribadinya untuk membangun dirinya sendiri.
Tidaklah logis apabila rasul Paulus mengatakan sesuatu tentang bahasa roh yang dapat membangun diri seandainya ia sendiri tidak mengalaminya. Karena itulah dengan penuh keyakinan, rasul Paulus berani berkata kepada jemaat Korintus “aku berkata-kata dengan bahasa roh lebih dari kamu semua”. Jadi bahasa roh yang bersifat personal ini ditujukan kepada Allah sebagai bahasa doa. Hanya Allah yang tahu artinya, kecuali bila diberi karunia menafsirkannya (1 Korintus 12;10).
French L. Arrington, seorang teolog Pentakostal dan profesor Bahasa Yunani Tafsir Perjanjian Baru menjelaskan 1 Korintus 12:10 ini demikian, “Dalam 1 Korintus 12:10 karunia ini menunjuk pada ‘karunia untuk berkata-kata dengan (berbagai) bahasa roh’ (gene glosson), yang menandakan bahwa berbagai bahasa roh bisa diucapkan dan bahwa bahasa yang diucapkan bisa dari bumi atau dari surga.
Di bawah pengilhaman Roh, seseorang berkata dalam bahasa yang belum pernah ia pelajari. Ringkasnya, bahasa-bahasa roh adalah bahasa-bahasa yang diberi oleh Roh Kudus dan mungkin bahasa manusia atau bahasa malaikat (1 Korintus 13:1).” (Arrington, French L. Doktrin Kristen Perspektif Pentakosta. Terjemahan, [Yogyakarta: Penerbit Andi, 2015], hal. 476).
Perlu ditambahkan, bahwa memang ada jenis bahasa roh yang tidak dimengerti oleh orang-orang percaya yang mengucapkannya tetapi dapat dimengerti oleh pendengarnya tanpa harus ada penafsirannya, khususnya jika Allah bermaksud menyatakan sesuatu kepada orang-orang yang mendengar (lihat Kisah Para Rasul 2:6-11).
Namun kebanyakan bunyi bahasa roh seperti yang terjadi di Korintus, bukan hanya tidak dimengerti oleh pembicaranya tetapi juga tidak dimengerti oleh pendengarnya, karena itu diperlukan penafsirannya. Bahasa roh inilah yang dipakai oleh Roh Kudus untuk membantu jemaat secara personal untuk berkomunikasi atau menyampaikan doa-doa kepada Allah, sebab “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri menyampaikan permohonan kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.” (Roma 8:26).
Beberapa orang berpendapat bahwa bahasa roh sebagai bahasa doa ini mungkin kurang penting atau bahkan sama sekali tidak penting, tetapi sebenarnya bahasa roh ini sangatlah penting karena merupakan bahasa doa kepada diriNya. Perhatikan hubungan 1 Korintus 14:4,14 ini dengan ayat ayat lainnya yaitu ayat 5, ayat 18, dan ayat 39. Paulus tidak menganggap remeh atau rendah karunia bahasa roh, justru ia mengatakan “Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata-kata dengan bahasa roh lebih dari pada kamu semua” (1 Korintus 14:18).
Dan Ia juga menginginkan jemaat Korintus “Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat dibangun” (1 Korintus 14:5).
Melarang orang Kristen berbahasa roh sama dengan melanggar firman Tuhan yang disampaikan melalui Paulus dalam 1 Korintus 14:40 yang menegaskan, “janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa roh. Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur.”
Ringkasnya, penggunaan bahasa roh secara personal sebagai komunikasi pribadi dengan Allah dalam doa bermanfaat untuk membangun diri sendiri. Karena itulah rasul Paulus mengatakan, “Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh” (1 Korintus 14:5) dan “janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa roh” (1 Korintus 14:40).