VARIAN DOKTRIN CALVINISME

VARIAN DOKTRIN CALVINISME :SUPRA-LAPSARIANISME, INFRA-LAPSARIANISME, DAN SUB-LAPSARIANISME. AMYRALDIANISME, HIPER-CALVINISME.

Calvinisme adalah sebuah sistem teologis dan pendekatan kepada kehidupan Kristen yang menekankan kedaulatan pemerintahan Allah atas segala sesuatu. Gerakan ini dinamai sesuai dengan reformator Prancis Yohanes Calvin, sehingga kadang-kadang varian dari Kekristenan Protestan ini disebut teologi Reformed.
VARIAN DOKTRIN CALVINISME
otomotif, gadget
Akibat dari reformasi atau pengembangan yang dilakukannya sepanjang sejarah Calvinisme, maka menimbulkan berbagai variasi dari Calvinisme. Dari banyak varian yang ada, ada tiga varian yakni Supra-lapsarianisme, Infra-lapsaraianisme, dan Sub-lapsarianisme. Ketiga varian ini banyak di diskusikan di kalangan penganut Calvinisme, berhubungan dengan doktrin pemilihan Allah, di mana sejak semula Allah memilih orang-orang tertentu untuk diselamatkan. Doktrin pemilihan ini terjadi berdasarkan ayat firman Tuhan dalam Efesus 1:3-6 dan Roma 8:29-30

“Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya. Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian. Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus, sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di surga maupun yang di bumi.” (Efesus 1:4-10)

 “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.” (Roma 8:29-30)

Doktrin pemilihan memang memunculkan pengertian yang berbeda sehingga menciptakan varian-varian dalam doktrin pemilihan tersebut, yang terdiri dari 3 (tiga) varian, yakni : (1) Supra-lapsarianisme; (2) Infra-lapsarianisme; dfan (3) Sub-lapsarian-isme.

Istilah lapsarian terkait dengan kata Inggris lapses (=penyimpangan). Kejatuhan umat manusia ke dalam dosa adalah "penyimpangan" dalam arti "tergelincir" atau "jatuh" dari keadaan semula mereka tidak bersalah. Fokus Supra-lapsarianisme (Supra-lapsarian), Infra-lapsarian-isme (Infra-lapsarian) dan Sub-lapsarianisme (Sub-lapsarian) adalah ordo (urutan-urutan) yang Tuhan tentukan untuk terjadi. 

Dalam urutan apa Tuhan menciptakan umat manusia, membiarkan kejatuhan, memilih beberapa untuk diselamatkan, dan memberikan keselamatan bagi umat manusia? Pada akhirnya, ini adalah masalah yang tidak dapat kita pegang sepenuhnya. Yang benar-benar penting adalah bahwa Tuhan menciptakan manusia, manusia jatuh dalam dosa, dan Tuhan telah menyediakan keselamatan melalui Yesus Kristus.

SUPRA-LAPSARAIANISME atau juga disebut Antelapsarianisme ("sebelum selang waktu"), menempatkan ketetapan Tuhan dalam urutan sebagai berikut:

(1) Tuhan menetapkan pemilihan siapa-siapa yang diselamatkan dan siapa-siapa yang dibinasakan.

(2) Tuhan menetapkan untuk menciptakan mereka yang terpilih dan mereka yang tidak terpilih (binasa selamanya),

(3) Tuhan memutuskan untuk mengizinkan kejatuhan, dan

(4) Tuhan memutuskan untuk menyediakan keselamatan bagi yang terpilih melalui Yesus Kristus.

Jadi Supralapsarianisme berfokus pada Tuhan yang menahbiskan kejatuhan, menciptakan orang-orang tertentu untuk dipilih dan yang binasa, dan kemudian memberikan keselamatan hanya bagi mereka yang telah Dia pilih.

INFRA-LAPSARIANISME (“setelah selang waktu”) menempatkan ketetapan Tuhan dalam urutan sebagai berikut:

(1) Tuhan menetapkan penciptaan umat manusia,

(2) Tuhan menetapkan umat manusia akan dibiarkan/diizinkan untuk jatuh ke dalam dosa melalui pilihannya sendiri,

(3) Tuhan memutuskan untuk menyelamatkan beberapa yang jatuh, dan (4) Tuhan memutuskan untuk menyediakan Yesus Kristus sebagai Penebus.
Jadi Infra-lapsarianisme berfokus pada Tuhan yang membiarkan kejatuhan dan memberikan keselamatan.

SUB-LAPSARIANISME (“under the lapse”) sangat mirip dengan infralapsarianisme, menempatkan ketetapan Tuhan dalam urutan sebagai berikut:

(1) Tuhan menetapkan untuk menciptakan manusia,

(2) Tuhan memutuskan untuk membiarkan/mengizinkan manusia jatuh dalam dosa,

(3) Tuhan menetapkan untuk memberikan keselamatan cukup untuk semua, dan

(4) Tuhan memutuskan untuk memilih beberapa untuk menerima keselamatan ini.
Satu-satunya perbedaan antara infra-lapsarianisme dan sub-lapsarianisme adalah apakah Tuhan pertama-tama menetapkan untuk memberikan keselamatan melalui Yesus Kristus dan kemudian memilih beberapa untuk diselamatkan, atau sebaliknya.

Kembali pada predestinasi Tuhan untuk memilih orang-orang yang diselamatkan, perlu diingat bahwa :

1). Allah kita adalah Allah yang berdaulat mutlak dan tidak bisa diganggu gugat. Tetapi sekalipun Allah memiliki kedaulatan penuh, untuk memilih siapa yang diselamatkan dan siapa yang binasa, tentunya tetap ada dasar atau tolok ukur untuk menetapkan pemilihan itu.

2). Dasar atau tolok ukur ketetapan Allah dalam menetapkan orang-orang yang dipilih (predestinasi) maupun dalam menetapkan orang-orang yang tidak dipilih untuk menerima kebinasaan (reprobasi) adalah KRISTUS. Bukan atas dasar yang lain, apalagi suka-suka semaunya sendiri. Oleh sebab itulah, perhatikanlah Efesus 1:4-11 di mana ditekankan pilihan itu berdasarkan “di dalam Dia” atau “Di dalam Kristus”.

“Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya. Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian. Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus, sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di surga maupun yang di bumi.” (Efesus 1:4-10)

Dengan demikian jelas bahwa sejak semula, Tuhan memang menetapkan untuk memilih siapa-siapa yang diselamatkan. Namun pemilihan Tuhan tersebut bukan dilakukan secara asal-asalan, melainkan berdasarkan Kristus. Karena jika Allah sembarangan atau asal-asalan saja dalam menetapkan orang-orang pilihan-Nya, maka hal itu bertentangan dengan Hakekat-Nya sendiri, yakni Alah yang penuh Kasih dan Allah yang Suci dan Adil. Keselamatan di dalam Kristus merupakan rencana Allah sejak dalam kekekalan, jauh sebelum Dia menciptakan manusia. Dan Allah dalam pengetahuan-Nya yang kekal, tahu bahwa manusia yang akan diciptakannya pasti jatuh dalam dosa. 

Namun Allah adalah kasih, dan Dia tidak bisa tidak untuk tetap menciptakan manusia, sekalipun manusia yang diciptakan-Nya jatuh dalam dosa. Allah adalah Kasih, dan manusia diciptakan untuk menjadi obyek kasih-Nya yang kekal. Inilah mengapa manusia diciptakan menurut rupa dan gambar Allah, karena Allah menyatakan kasih-Nya kepada manusia.

Selanjutnya tujuan Tuhan untuk menetapkan orang-orang pilihan-Nya itu adalah seperti yang tertulis dalam Roma 8:29-30, yakni menjadikan orang-orang pilihan-Nya itu serupa dengan Kristus.
“Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.”

3). Oleh sebab itulah, muncul perbedaan pandangan predestinasi tersebut antara St. Agustinus dan Johanes Calvin. Agustinus memegang Infra-lapsarianisme, tetapi Calvin sukar ditentukan posisinya sehingga Calvin diklaim oleh kedua belah pihak. 

Charles Hodge dalam bukunya Sistematic Theology mengatakan, posisi Calvin sendiri dalam hal ini diperdebatkan. Karena pada zamannya hal ini bukanlah suatu persoalan khusus yang dipersoalkan, bagian-bagian tertentu bisa dikutip dari tulisannya yang mendukung Supra-lapsarianisme dan bagian-bagian lain yang mendukung Infra-lapsarianisme.

Dengan demikian ternyatalah bahwa Doktrin Calvinisme/Reformed telah terbagi dalam dua persoalan ini, yakni kubu yang mempercayai dan memegang teguh Infra-lapsaranisme dan kubu yang mempercayai dan memegang teguh Supra-lapsarianisme. 

Namun, dua kubu tersebut sama-sama percaya bahwa dosa itu ada di dalam rencana Allah. Mereka mempercayai bahwa Allah memang menetapkan adanya dosa, bukan berarti Allah menciptakan dosa, melainkan menetapkan untuk membiarkan seseorang jatuh dalam dosa.

Selain dari 3 (tiga) varian yang disebut di atas, masih ada 2 (dua) varian lain lagi yang muncul dalam doktrin Calvinisme itu, yakni :

AMYRALDIANISME

Admyraldianisme adalah bentuk modifikasi dari Doktrin Calvinisme yang menolak salah satu dari lima poin Calvinisme (TULIP), yakni doktrin Penebusan Terbatas (Limited atonement), dan mendukung Penebusan Tidak Terbatas (Unlimited atonement). Istilah Amyraldianisme ini diambil dari nama pencetusnya yakni Moise Amyraut (1596-1664).

Doktrin Amyraldianisme menyatakan bahwa Tuhan telah menyediakan penebusan Kristus bagi semua orang tanpa kecuali, namun melihat bahwa tidak ada satu pun yang dengan sendirinya akan percaya, maka Tuhan pun kemudian memilih orang-orang yang akan Dia bawa kepada iman di dalam Kristus, dengan demikian anggapan ini berusaha mempertahankan doktrin Calvinisme tentang pemilihan tanpa syarat tetapi menjadi bertentangan dengan doktrin Calvinisme tentang penebusan terbatas (Limited anotement).

HIPER-CALVINISME

Hiper-Calvinisme adalah keyakinan bahwa Allah menyelamatkan umat pilihan melalui kehendak kedaulatan-Nya tanpa atau hanya sedikit menggunakan metode (seperti penginjilan, khotbah, dan doa bagi yang hilang) dalam mewujudkan keselamatan itu. Hiper-Calvinisme terlalu menekankan kedaulatan Allah dan terlalu mengabaikan tanggung jawab manusia dalam karya keselamatan.

Tanda yang jelas dari Hiper-Calvinisme adalah padamnya hasrat untuk memberitakan Injil pada orang lain. Kebanyakan gereja atau denominasi yang menyakini teologi Hiper-Calvinisme ini biasanya akan memiliki ciri-ciri: fatalisme, dingin, dan hampir tidak memiliki kepastian akan imannya. Hampir tidak ada penekanan atas kasih Allah bagi mereka yang masih “tersesat” dan umat-Nya. 

Sebaliknya, pengajarannya hanya seputar soal kedaulatan Allah, keselamatan bagi orang-orang pilihan-Nya, dan murka bagi mereka yang tidak dipilih-Nya. Injil yang diberitakan kelompok Hiper-Calvinisme kurang lebih hanya mengenai keselamatan bagi orang-orang pilihan-Nya dan kebinasaan bagi mereka yang tidak terpilih. Hiper-Calvinisme memegang doktrin yang alkitabiah terkait kedaulatan Allah, tapi mereka memahaminya secara ekstrim sampai kemudian menjadi tidak alkitabiah.

Dengan demikian, jelaslah bahwa sekalipun banyak varian yang muncul dalam Calvinisme, yang pandangan masing-masing saling bertentangan satu sama lain, tetap saja tidak bisa dipungkiri bahwa Doktrin Predestinasi adalah doktrin yang sangat Alkitabiah. 

Predestinasi atau pemilihan Allah terhadap sebagian orang (kaum pilihan) untuk diselamatkan adalah suatu kebenaran yang tidak terbantahkan. Karena hal ini bukanlah sekadar asumsi sebagian orang, melainkan sebuah pernyataan Allah yang disampaikan secara eksplisit oleh Alkitab melalui kesaksian para rasul. 

Sekalipun mungkin sampai hari ini tidak semua orang dapat menerima doktrin Predestinasi sehingga menimbulkan suatu kontroversi yang berlangsung terus menerus, namun bukan berarti dapat menggagalkan rencana Allah yang sudah terjadi sejak kekekalan. Itu sebabnya, setiap orang percaya hendaknya memiliki sikap yang benar sebagai respons terhadap pilihan Allah, sekaligus menghindarkan diri dari sikap sombong. Amin.
Next Post Previous Post