Eksposisi Yohanes 15:4-6 (Tinggal dan Berbuah di Dalam Yesus)

Terjemahan harafiah: Yohanes 15:4  -Tinggallah kalian di dalam Aku dan Aku di dalam kalian. Seperti ranting tidak mampu menghasilkan buah sendiri jika dia tidak tinggal pada pohon anggur, begitu juga jika kalian tidak tinggal dalam Aku.

Eksposisi Yohanes 15:4-6 (Tinggal dan Berbuah di Dalam Yesus)
bisnis, tutorial

Yohanes 15:4 TB -Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.

Frasa “tinggallah kalian” yaitu perintah untuk memulai sesuatu. Ini menekankan tindakan yang berlanjut tanpa batasan waktu. Jadi frasa “tinggallah kalian di dalam Aku” berarti “mulai saat ini tetaplah bersama-Ku” atau “mulai dari sekarang tetaplah dipihak-Ku.” 

Kata “tidak dapat”/ “tidak dapat menghasilkan” berarti “tidak memiliki kemampuan” atau “tidak dapat”. Ini sebuah keadaan atau situasi yang sedang terjadi terus-menerus, bentuk negatif “tidak dapat” menjelaskan bahwa orang-orang yang tidak tinggal dalam Yesus tidak akan pernah memenuhi harapan untuk menghasilkan buah. 

Penegasan dari kata kerja “tidak dapat” menjelaskan bahwa di luar Yesus, tidak ada apapun yang dapat dipersembahkan kepada Bapa, sang pembentuk dan pemilik Israel (bandingkan Mazmur 80). Orang-orang Yahudi sebagai bangsa yang menolak Yesus (Yohanes 1:11) yang digambarkan sebagai ranting pohon anggur yang dipotong keluar, tidak akan pernah dapat menyenangkan Allah jika tidak menerima Yesus. Para pembaca pertama adalah tujuan tulisan Yohanes ini, hanya di dalam Yesus, orang-orang Israel dapat menyenangkan Allah.

Murid-murid Yesus adalah orang Yahudi, dan Perjanjian Lama menjadi dasar hidup mereka, mereka sangat dipengaruhi oleh Perjanjian Lama. Yesus menyebut dirinya “Akulah pokok anggur” dan dilanjutkan “kalianlah ranting-rantingnya.” Murid-murid Yesus tidak menanyakan makna perumpamaan tersebut. Mereka sangat memahami pohon anggur adalah kiasan bagi bangsa Israel (Yesaya 5:1-7; Yeremia 2:21; Mazmur 80:8-16; Hosea 10:1). 

Frasa “jika dia tidak tinggal” diulangi lagi pada frasa berikutnya dengan subyek yang berbeda, “jika kalian tidak tinggal”. 

Berdasarkan hal ini, maka kedua frasa tersebut membicarakan kondisi atau syarat tertentu, yaitu “jika,…tidak tinggal.” Kalimat bersyarat ini menegaskan kemungkinan yang pasti akan terjadi. Dengan kata lain, jika tidak mengikut Yesus atau jika tidak percaya Yesus akan memiliki konsekuensi tidak menghasilkan buah. Begitu juga sebaliknya mengikut Yesus berarti menghasilkan buah. 

Pernyataan “tidak dapat menghasilkan buah sendiri” memuat dua kata kerja yaitu kata kerja “dapat” ) dan kata kerja “menghasilkan” . Pernyataan “menghasilkan” adalah sebuah aktivitas yang sedang berlangsung atau aktivitas yang terjadi berulang. Kedua kata ini menjadi akibat dari sebab yang dijelaskan dalam frasa berikutnya, “jika tidak tinggal pada pohon anggur”

Selanjutnya ayat 4, juga berhubungan dengan ayat 6. Ayat 4 menghubungkan kata “tidak tinggal” dengan “tidak berbuah” sedangkan ayat 6 menghubungkan kata “tidak tinggal” dengan dibuang keluar,… dicampakkan ke dalam api,… dibakar. Hal ini jelas melambangkan penghukuman bagi setiap orang Israel yang menolak Yesus.

Yesus mengharapkan hubungan yang timbal balik. Murid-murid berpihak pada Yesus dan Yesus berpihak pada murid-murid-Nya. Ungkapan “seperti ranting tidak mampu menghasilkan buah sendiri jika dia tidak tinggal pada pohon anggur, begitu juga jika kalian tidak tinggal dalam Aku” menjelaskan bahwa tanpa Yesus, murid-murid itu sedang tidak menyenangkan Allah. dan secara umum, bagi bangsa Israel, orang-orang Yahudi yang tidak berpihak pada Yesus, sedang tidak menyenangkan Allah. 

Bagi pembaca masa kini, ayat ini berarti di luar Yesus tidak ada hal baik yang dapat menyenangkan Allah. Percaya dan berpihak pada Yesus menyebabkan orang percaya sedang memiliki kehidupan yang menyenangkan Allah. Sebaliknya di luar Yesus, tidak ada kehidupan yang menyenangkan Allah

Menghasilkan Buah versus Tidak Menghasilkan buah 

Yohanes 15:5 . Akulah pohon anggur, kalianlah ranting-ranting. Orang yang tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, sedang menghasilkan buah banyak. Karena tanpa Aku, kalian tidak dapat melakukan apa pun.

Frasa “Orang yang tinggal di dalam Aku,... sedang menghasilkan buah banyak” akan dapat lebih dipahami jika kita mengetahui kata kerja utamanya yaitu “sedang menghasilkan” (θέπει). Bentuk Present Participle “tinggal di dalam Aku” menyatakan aktivitas yang terjadi bersamaan dengan “sedang menghasilkan banyak buah” (Indicative Present Active). 

Aktifitas “menghasilkan buah” bukanlah aktivitas yang “akan terjadi” (Indicative Future), bukan juga aktivitas yang “mungkin terjadi” (Subjunctive), dan bukan “diperintahkan untuk terjadi” (Imperative). 

Terjemahan LAI “Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak” tidak menekankan tensa Indicative Present Active pada kata kerja utamanya. Tensa Indicative Present Active menjelaskan peristiwa yang sedang terjadi (seperti present continous tense dalam bahasa Inggris). 

Jadi terjemahan “Ia sedang menghasilkan buah banyak” lebih tepat. Murid-murid Yesus dan juga semua orang percaya tidak diharapkan dan tidak diperintahkan untuk menghasilkan buah. Sebaliknya murid-murid Yesus dan juga setiap orang yang percaya kepada Yesus “sedang menghasilkan buah.” Buah-buah tidak dihasilkan melalui usaha setiap ranting, tetapi sedang dihasilkan karena hubungan dengan Yesus. 

Hal lain yang melengkapi penjelasan tentang “tidak tinggal” dalam ayat 5 “tanpa Aku, kalian tidak dapat melakukan apa pun.” Penjelasan ini memberi sebuah tambahan informasi yang melengkapi pemahaman tentang ungkapan “tidak berbuah.” Pada ayat 5 ada tambahan “akibat” dari kondisi “tidak tinggal” yaitu “tidak dapat melakukan apa pun.” Perpaduan Indicative Present “οὐ δύναζθε” dengan Infinitive Present Active “ποιεῖν.” 

Jika kata “apa pun” memiliki arti yang tertentu dan pasti maka pernyataan tersebut berarti “tidak dapat melakukan sesuatu yang tertentu.” Kecuali jika “apa pun” berarti “segala sesuatu” maka “tidak tinggal” mengakibatkan “tidak dapat melakukan segala sesuatu” yang berhubungan dengan akibat dari penolakan terhadap Yesus. Tetapi jika penolakan terhadap Yesus mengakibatkan “tidak dapat berbuat apa pun” maka kebalikannya menerima Yesus menyebabkan “dapat melakukan sesuatu atau segala sesuatu.

Dapat dilihat bahwa sesuai dengan situasi Yesus, “tidak tinggal” dalam Yesus berarti tidak menerima, tidak percaya dan menolak Yesus. Penolakan ini sudah diungkapkan oleh Yohanes sejak awal dalam pendahuluan Injilnya. Sangat jelas bahwa “tidak tinggal” dan “tinggal” dalam Yesus berarti dua kondisi yang saling bertolak belakang dan “tidak berbuah” akan terjadi jika “tidak tinggal di dalam Yesus.” 

Dengan kata lain, jika menolak Yesus tidak akan menghasilkan buah. “Berbuah” hanya akan terjadi karena seseorang “tinggal” (percaya dan menerima) Yesus. 

Apakah makna ungkapan “tidak berbuah?” Mengingat “tidak berbuah” disejajarkan dengan “tidak dapat berbuat apa-apa” dan dengan penghukuman “dibuang keluar, menjadi kering, dicampakkan ke dalam api dan dibakar” sebagai akibat “tidak tinggal” dalam Yesus, maka “tidak berbuah” haruslah berarti akibat yang terjadi karena menolak Yesus. “

Tidak berbuah” harus berarti “sesuatu yang tidak dihasilkan oleh orang yang tidak percaya Yesus.” Tentu saja akan ada makna yang bermacam-macam jika tidak memperhatikan situasi Yesus. Oleh karena itu, situasi Yesuslah yang menentukan makna “tidak berbuah” dalam pengajaran-Nya ini. 

Seperti yang diketahui, murid-murid Yesus adalah orang-orang Yahudi, berpikir sebagai orang Yahudi dan dipengaruhi oleh Perjanjian Lama. Oleh karena pemahaman mereka tentang pohon anggur sebagai lambang bangsa Israel berasal dari Perjanjian Lama, maka makna “berbuah” harus juga dipahami berdasarkan maknanya dalam Perjanjian Lama. Beberapa ayat dalam Perjanjian Lama menjelaskan tentang pohon anggur dan buah yang dicari Allah dari pohon anggur Israel.

 Yesaya 5:4 Apatah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya? Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam?... Yesaya 5:7...Sebab kebun anggur TUHAN semesta alam ialah kaum Israel, dan orang Yehuda ialah tanam-tanaman kegemaran-Nya; dinanti-Nya keadilan, tetapi hanya ada kelaliman, dinanti-Nya kebenaran tetapi hanya ada keonaran. (Yesaya 5:4, 7)

Ayat-ayat Perjanjian Lama ini menjelaskan tentang buah yang dinantikan Allah dari Israel dan Yehuda. Tetapi buah yang dinantikan tersebut tidak ada. Yang ada justru hal-hal yang dibenci Allah, yaitu yang disebut “anggur yang asam” (Yesaya 5:2 dan  4). Yesaya 5:7 menyebutkan “… dinanti-Nya keadilan, tetapi hanya ada kelaliman, dinanti-Nya kebenaran tetapi hanya ada keonaran.” 

Sementara Hosea 10:1 menjelaskan “,...Makin banyak buahnya, makin banyak dibuatnya mezbah-mezbah. Makin baik tanahnya, makin baik dibuatnya tugu-tugu berhala.” Terlihat dalam Yesaya 5:7 bahwa Allah mencari “keadilan” dan “kebenaran” tetapi yang ditemukan Allah adalah “kelaliman” dan “keonaran.” Penolakan terhadap Allah ditunjukkan dengan “mezbah-mezbah” dan “tugu-tugu berhala.” Semua itu menunjukkan hal-hal yang dibenci Allah.

Yohanes 15:4-5 menggambarkan pohon anggur yang adalah seluruh kaum Israel. Yohanes 15:1 menekankan bahwa Yesuslah pokok dari Israel dan Bapa sebagai pemiliknya. “Buah” yang dinantikan Bapa adalah keadilan dan kebenaran, sedangkan “kelaliman” dan “keonaran”, “Mezbah-mezbah” dan “tugu-tugu berhala” adalah hasil dari penolakan terhadap Allah. Penolakan ini memiliki kesamaan dengan Yohanes 15, yaitu penolakan terhadap pohon anggur sejati yang diutus-Nya

Kemudian dalam hubungan dengan Perjanjian Lama buah adalah hal yang dicari Allah. Allah sang pemilik mencari “buah anggur yang baik” itulah yang ada dalam pemikiran kesebelas murid-Nya. Allah mencari “keadilan dan kebenaran” 

Jadi apakah kesimpulan umum tentang “tidak berbuah”? Dapat dirumuskan bahwa “tidak berbuah” berarti “tidak menghasilkan kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah” yang disebabkan oleh “tidak tinggal” dalam Yesus, atau tidak percaya, tidak menerima dan menolak Yesus, sang pokok anggur Israel. Bagi para pembaca pertama, ini menegaskan kenyataan, bahwa mereka yang percaya kepada Yesus, sedang menyenangkan Allah. Sedangkan orang Yahudi yang menolak Yesus sedang “tidak menyenangkan” Allah.

 Yohanes 15:6 Jika seorang tidak tinggal di dalam Aku, dia telah dibuang keluar seperti ranting dan telah dikeringkan dan sekarang orang-orang sedang bersama-sama mengumpulkan44 dan sedang melempar mereka masuk ke dalam api dan dia sedang dibakar.

Ayat 6, “Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.” Ayat ini tidak memuat kata “tidak berbuah” tetapi pernyataan “tidak tinggal” berhubungan langsung dengan ayat 4 dan 5 dan melalui pernyataan ini dapat dilihat kesejajaran makna “tidak berbuah.” Melalui ayat-ayat ini dapat dilihat bahwa “tidak tinggal” akan mengakibatkan “tidak berbuah” dan “tidak dapat berbuat apa-apa”

Ayat ini memuat sebuah kata kerja Subjunctive Present “tetap tinggal (μένῃ, menē); dua kata kerja Indicative Aorist, yaitu “dia telah dibuang” (ἐβλήθη, eblēthē) dan “dia telah dikeringkan” (ἐξηπάνθη, exēranthē), serta tiga kata kerja Indicative Present “orang sedang bersama-sama mengumpulkan” (ζςνάγοςζιν, synagousin), “sedang melempar” (βάλλοςζιν, ballousin) dan “dia sedang dibakar” (καίεηαι, kaietai). Ketiga model ini tidak nampak dalam terjemahan LAI. 

Fakta lain yang juga ada dalam ayat ini yang tidak ada dalam terjemahan LAI adalah person yang berbeda, perhatikan penebalan kata-kata khusus dalam ayat tersebut, Jika seorang tidak tinggal di dalam Aku, dia telah dibuang keluar seperti ranting dan dia telah dikeringkan dan sekarang orang sedang bersama-sama mengumpulkan mereka dan sedang melempar mereka masuk ke dalam api dan dia sedang dibakar.

Ada pemakaian bergantian antara “dia” dan “mereka” dalam ayat ini. Seolah ada sekelompok orang yang sedang dibicarakan tetapi ada juga individu yang dibicarakan. Semua kata “mereka” menggunakan kata kerja Indicative Present sementara kata “dia” menggunakan dua jenis kata kerja, yaitu kata kerja Indicative Aorist pada awal ayat ini sedangkan satu kata lagi pada bagian akhir menggunakan Indicative Present. Fakta ini tidak ada dalam terjemahan LAI. 

Frasa “Jika seorang tidak tetap tinggal” (ἐὰν μή ηιρ μένῃ) menjelaskan sebuah pengandaian, sebuah ketidakpastian (μένῃ dari kata μένω, Verb Subjunctive Present Active, orang ketiga tunggal.) Kata “jika” (ἐὰν) sudah cukup menjelaskan pengandaian ini. Tetapi modus Subjunctive dengan tensa Present menjelaskan aktivitas yang diandaikan terus menerus terjadi.

Kedua kata kerja berikutnya menggunakan bentuk lampau, Indicative Aorist, orang ketiga tunggal, “dia telah dibuang” (ἐβλήθη) dan “dia telah dikeringkan” (ἐξηπάνθη). Kedua kata ini menjelaskan aktivitas yang telah terjadi (Indicative Aorist), bukan aktivitas yang akan terjadi (Indicative Future). Kedua kata kerja lampau ini didahului dengan sebuah pengandaian “jika” (ἐὰν). Hal ini tidak biasa kecuali jika kedua kata kerja ini menunjuk pada peristiwa yang baru saja terjadi (Immediate Past Aorist/Dramatic Aorist) 49 atau baru akan terjadi (Proleptic/Futuristic Aorist).

Tiga kata kerja berikutnya, “orang sedang bersama-sama mengumpulkan” (ζςνάγοςζιν), “sedang melempar” (βάλλοςζιν) dan “dia sedang dibakar.” (καίεηαι), menggunakan Indicative Present, atau peristiwa yang sedang terjadi, bukan dalam tensa Indicative Future, terjemahan LAI tidak memperlihatkan tensa Indicative Present, karena kata “kemudian” pada ayat ini memberi kesan ketiga kata kerja tersebut adalah kata-kerja Indicative Future. 

Jika diperhatikan dengan seksama, ayat tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok kalimat dengan subyek yang berbeda. 

Kelompok pertama, adalah sebuah kalimat pengandaian dengan kata kerja Subjunctive ἐὰν μή ηιρ μένῃ ἐν ἐμοί, (Jika seorang tidak tinggal di dalam Aku); 

Kelompok kedua terdiri atas tiga kalimat dengan kata kerja Indicative Present bersubyek tunggal dan tanpa obyek kalimat : ἐβλήθη ἔξω ὡρ ηὸ κλῆμα (dia telah dibuang keluar seperti ranting); ἐξηπάνθη (dia telah dikeringkan); dan καίεηαι (dia sedang dibakar); 

Kelompok ketiga adalah kelompok kalimat dengan subyek orang ketiga jamak dan obyek orang ketiga jamak. Kalimatkalimat ini seolah-olah disisipkan dan memotong kelompok kalimat kedua. Kalimat tersebut adalah “καὶ ζςνάγοςζιν αὐηὰ καὶ εἰρ ηὸ π π βάλλοςζιν” (dan sekarang orang sedang bersama-sama mengumpulkan mereka dan sedang melempar mereka masuk ke dalam api). 

Jika kelompok kalimat ketiga tersebut dikeluarkan maka dapat dilihat kalimat yang lebih sederhana, yaitu “Jika seorang tidak tinggal di dalam Aku, dia telah dibuang keluar seperti ranting dan dia telah dikeringkan, … dan dia sedang dibakar.” Dalam pembahasan ayat ini, kedua kalimat tersebut akan dipisahkan untuk diteliti bagian demi bagian agar lebih mudah dipahami. 

Frasa “Jika seorang tidak tinggal di dalam Aku (ἐὰν μή ηιρ μένῃ ἐν ἐμοί)” menggambarkan sebuah pengandaian dengan paduan dua kata “jika” (ἐὰν) dan “tinggal” (μένῃ, Subjunctive Present Active). Kata kerja Subjunctive menandakan sebuah ketidakpastian. Itu sebabnya digunakan kata “jika” (ἐὰν). 

Frasa ini memberi penjelasan tentang orang-orang di luar Yesus, atau orang-orang yang tidak memiliki hubungan apapun dengan Yesus. Ayat ini jelas berbicara mengenai “orang-orang Yahudi yang tidak percaya kepada Yesus” yaitu “yang tidak tinggal dalam Yesus”. 

Ungkapan-ungkapan “dia telah dibuang”, “dia telah dikeringkan” menggunakan bentuk lampau (Indicative Aorist) kemungkinan menunjuk pada Yudas Iskariot, karena bentuk orang ketiga tunggal. Tetapi frasa berikutnya “dia sedang dibakar”, memiliki makna literal yang membingungkan. Apakah Yudas sedang mengalami penghukuman, ataukah seperti penjelasan Singgih bahwa kata tersebut tidak boleh diartikan secara harafiah, tetapi menerapkannya pada paguyubuan sahabat-sahabat Yesus. Bentuk tunggal kata ini καίεηαι tidak memungkinkan menerapkannya kepada paguyuban. 

Jika 15:6 merujuk pada Yudas Iskariot, maka tensa Indicative Present yang digunakan dapat memiliki arti bahwa Yudas sedang berada di bawah penghukuman yang akan berlangsung terus hingga kekekalan. 

Bentuk yang serupa (Indicative Present) juga digunakan dalam Matius 3:10 dan Matius 7:19 yang sejajar dengan Luk 3:9 ketiga ayat tersebut menggunakan frasa εἰρ π π βάλλεηαι (Indicative Present Passive orang ketiga jamak) dan keempat ayat tersebut berbicara tentang penghukuman terhadap orang-orang Israel yang tidak percaya kepada Yesus, semuanya menggunakan bentuk Indicative Present. 

Wallace menjelaskan tentang futuristic present sebagai bentuk present yang digunakan untuk menggambarkan peristiwa di masa depan, meskipun biasanya menambahkan konotasi kesegeraan dan kepastian. Futuristic Present memiliki dua bentuk yaitu Completely Futuristic dan Mostly Futuristic. 

Completely Futuristic digunakan untuk menyatakan bentuk Present yang menggambarkan suatu peristiwa yang seluruhnya terjadi setelah waktu berbicara, seolah-olah peristiwa itu sedang terjadi.51 Sedangkan Mostly Futuristic digunakan untuk menggambarkan suatu peristiwa yang dimulai di masa sekarang, tetapi diselesaikan di masa depan.

Kemungkinan lainnya adalah penulis Injil, pada saat penulisan Injil ini, percaya bahwa penghukuman atas Yudas Iskariot sedang berlangsung. Bandingkan dengan penjelasan Paulus dalam 2 Korintus 5:1, Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman bumiah (ἡ ἐπίγειορ) kita ini dibongkar, kita sedang memiliki (ἔσομεν) bangunan dari Allah (οἰκοδομὴν ἐκ θεο ), tempat kediaman yang tidak dibuat oleh tangan manusia (οἰκίαν ἀσειποποίηηον), yang kekal di surga (αἰώνιον ἐν ηοῖρ οὐπανοῖρ) kata bumiah sebagai kata sifat menunjuk pada tubuh kita yang lemah sementara bentuk present “kita sedang memiliki (ἔσομεν)” bangunan (οἰκοδομὴν) menunjuk pada tubuh baru di surga. 

Penggunaan Indicative Present Active ἔσομεν dapat saja diterjemahkan sebagai peristiwa yang terjadi setelah kematian seseorang. Tafsiran terakhir ini mungkin bisa menjadi pertimbangan untuk diteliti lebih lanjut

Berikutnya, kelompok kalimat ketiga dengan subyek orang ketiga jamak dan obyek orang ketiga jamak “καὶ ζςνάγοςζιν αὐηὰ καὶ εἰρ ηὸ π π βάλλοςζιν” (dan sekarang orang sedang bersama-sama mengumpulkan dan sedang melempar mereka ke dalam api). 

Kata mereka (αὐηὰ) dalam “mengumpulkan mereka”, tidak dapat dijadikan sebagai rujukan untuk Yudas Iskariot. Tetapi bentuk orang ketiga jamak ini menunjuk kepada semua orang “yang tidak tinggal” di dalam Yesus. Kelompok kalimat ini seolaholah disisipkan di antara penjelasan mengenai Yudas Iskariot (orang ketiga tunggal). 

Ini dapat merupakan penjelasan bahwa nasib Yudas Iskariot akan menjadi sama dengan orang-orang Yahudi lain yang menolak Yesus. Pembaca masa kini harus memahami bahwa tidak ada orang Kristen yang “dipotong dan dikeluarkan dari pohon anggur.” Karena ajaran tentang ranting yang dipotong dan dibuang, kemudian dibakar, dalam Yohanes 15:6 tidak berbicara tentang orang Kristen, tetapi tentang orang-orang Israel yang menolak Yesus. 

Pada situasi masa kini, orang-orang yang menolak Yesus dapat saja dimasukkan dalam kategori “dibuang keluar” tetapi konteks cerita ini adalah tentang Israel sebagaimana disebutkan dalam ayat ini. Perjanjian Lama menjelaskan tentang Allah yang sedang mencari dari antara umat-Nya hal-hal yang menyenangkan hati-Nya. 

Kesamaan Mazmur 80 dengan Yohanes 15:1-8 adalah pohon anggur menggambarkan seluruh kaum Israel. Yohanes 15:1 menekankan bahwa Yesuslah pokok dari Israel dan Bapa sebagai pemiliknya. “Buah” yang dinantikan Bapa adalah keadilan dan kebenaran, sedangkan “kelaliman” dan “keonaran”, “mezbah-mezbah” dan “tugu-tugu berhala” adalah hasil dari penolakan terhadap Allah. 

Penolakan ini memiliki kesamaan dengan Yohanes 15, yaitu penolakan terhadap pohon anggur sejati yang diutus-Nya. Bagi para pembaca pertama, ini menegaskan kenyataan, bahwa mereka yang percaya kepada Yesus, sedang menyenangkan Allah. Sedangkan orang-orang Yahudi yang menolak Yesus sedang “tidak menyenangkan” Allah.

 Implikasi 

Kembali pada situasi Yesus adalah cara terbaik untuk mendapatkan makna yang sesungguhnya dari sebuah ide atau ajaran dalam Injil kemudian membuat implikasinya. Implikasi tanpa pemahaman terhadap maksud Yesus adalah Implikasi yang keliru. Implikasi tanpa melihat konteks kisah Yesus akan menyebabkan kekeliruan dalam ajaran yang mengakibatkan penyimpangan dari pesan firman Allah. 

Ayat 4, menegaskan bahwa Yesus mengharapkan hubungan timbal balik. Ungkapan “seperti ranting tidak mampu menghasilkan buah sendiri jika dia tidak tinggal pada pohon anggur, begitu juga jika kalian tidak tinggal dalam Aku” menjelaskan bahwa tanpa Yesus, murid-murid itu tidak sedang menyenangkan Allah. 

Secara umum, bagi bangsa Israel, orang-orang Yahudi yang tidak berpihak pada Yesus, sedang tidak menyenangkan Allah. Bagi orang percaya masa kini, ayat ini hanya dapat diartikan bahwa di luar Yesus tidak ada hal yang dapat menyenangkan Allah. Hanya dengan tinggal dalam atau berpihak pada Yesus, dalam arti menerima-Nya maka seseorang dapat menyenangkan Allah. 

Pada ayat 5 ada tambahan “akibat” dari kondisi “tidak tinggal” yaitu “tidak dapat berbuat apa pun” berhubungan dengan penolakan terhadap Yesus. Tetapi jika penolakan terhadap Yesus mengakibatkan “tidak dapat berbuat apa pun” maka sebagai kebalikannya, menerima Yesus akan berakibat “dapat melakukan segala sesuatu yang menyenangkan Allah.” Jadi orang percaya dapat melakukan segala sesuatu yang menyenangkan Allah. 

Sementara segala sesuatu yang dilakukan orang-orang yang tidak percaya, betapa pun baik dan saleh nampaknya, tetap tidak menyenangkan Allah. Ayat 6 menjelaskan penghukuman yang terjadi atas Yudas Iskariot (dia sedang dibakar), tetapi kata “mereka” dalam frasa “sedang bersama-sama mengumpulkan dan melempar mereka masuk ke dalam api” (ζςνάγοςζιν αὐηὰ καὶ εἰρ ηὸ π π βάλλοςζιν) menunjuk pada kelompok orang, dan bukan hanya Yudas Iskariot, tetapi semua orang Yahudi yang menolak Yesus dapat dapat digeneralisir kepada semua orang yang menolak Yesus sepanjang masa.

Mengingat ajaran Yesus ini merupakan bagian dari percakapan yang panjang dan terletak di antara pasal 13 dan 17, yang menjelaskan konteks penderitaan Yesus, juga penolakan orang-orang Yahudi terhadap Yesus (lihat pasal sebelumnya 11:53; 12:37;) maka ayat 6 harus dipahami dalam suasana penolakan orang-orang Yahudi ini. 

Dan sebagai Implikasi dari ayat 6, tidak ada orang Kristen yang dikeluarkan dari hubungannya dengan pohon anggur. Karena ajaran tentang ranting yang dipotong dan dibuang, kemudian dibakar, dalam Yohanes 15:6 tidak berbicara tentang orang Kristen, tetapi tentang orang-orang Yahudi yang menolak Yesus. Kenyataan ini juga dapat digeneralisir dengan memasukkan semua orang yang tidak percaya dan menolak Yesus.

Kesimpulan 

Secara umum, penelitian ini dapat disimpulkan menjadi tiga bagian. 

Pertama Tinggal di dalam Yesus berarti menerima Yesus. Bagi kesebelas murid Yesus dan orang-orang Yahudi pada masa Yesus, hal ini berarti berpihak pada Yesus, sang Mesias, pokok dari pohon anggur Israel, sebaliknya, “tidak tinggal di dalam Yesus” berarti menolak Yesus. Tema permusuhan orang Yahudi dan penderitaan Yesus serta tujuan penulisan Injil ini dalam Yohanes 20:30-31 menjadi dasar dari penafsiran ini. Pandangan ini sesuai sebagai awal dari kisah penderitaan Yesus. 

Diperjelas dengan akhir dari percakapan panjang ini (pasal 13-17), yaitu penangkapan Yesus di taman Gesemani. Bagi para penerima pertama Injil ini, “tinggal di dalam Yesus” berarti percaya kepada Yesus, tidak tinggal dalam Yesus berarti menolak Yesus yang diberitakan oleh Injil ini. 

Kedua, berbuah adalah kondisi yang sedang terjadi bersamaan dengan tinggal di dalam Yesus. Tensa Indicative Present menjelaskan bahwa “menghasilkan buah” adalah aktivitas yang sedang terjadi, bukan aktivitas yang akan terjadi (Indicative Future) atau aktivitas yang diperintahkan untuk terjadi (Imperative), bukan juga sesuatu yang mungkin terjadi (Subjunctive). 

Dengan kata lain, berbuah adalah kondisi yang menyenangkan Allah. Kebalikannya adalah tidak menyenangkan Allah. Untuk dapat menyenangkan Allah, ada ketergantungan pada “tinggal di dalam Yesus.” Bagi orang-orang Yahudi, pada kisah Yesus, tidak berbuah berarti tidak menyenangkan hati Allah. ini terjadi karena penolakan terhadap Yesus. Bagi pembaca pertama Injil ini, tinggal di dalam Yesus berarti percaya kepada Yesus (sesuai tujuan penulisan Injil ini, Yohanes 20:31). 

Ketiga, secara khusus Yohanes 15:6 menunjuk kepada Yudas Iskariot (bentuk orang ketiga tunggal dari kata kerja ἐβλήθη), tetapi juga secara umum orang-orang Israel yang menolak Yesus (bentuk orang ketiga jamak αὐηὰ), telah dibuang keluar (Indicative Aorist Passive) dalam arti “telah ditolak oleh Allah” karena tidak menerima Yesus. Bagi para pembaca pertama Injil ini, orang-orang yang dibuang keluar adalah orang-orang yang tidak percaya dan ini berarti tidak menjadi bagian dari umat Allah.  --Daniel Horatius Herman

Next Post Previous Post