Penyaliban Yesus: Keinginan Iblis atau Kehendak Bapa?

Penyaliban Yesus: Keinginan Iblis atau Kehendak Bapa?

Pendahuluan

Salib Kristus adalah pusat iman Kristen. Tidak ada peristiwa lain dalam sejarah manusia yang lebih menentukan daripada kematian Yesus di kayu salib. Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah: Apakah penyaliban Yesus merupakan hasil dari kejahatan Iblis dan manusia, ataukah itu sungguh-sungguh rencana kekal dari Allah Bapa?

Pertanyaan ini penting karena menyentuh inti dari teologi keselamatan, yaitu: apakah salib hanya sebuah tragedi besar atau justru puncak rencana penebusan Allah?

Dalam khotbah ini, kita akan menelaah secara ekspositori berdasarkan Kitab Suci dan pendapat para teolog Reformed, untuk menjawab: “Penyaliban Yesus: Keinginan Iblis atau Kehendak Bapa?”

I. Penyaliban Yesus dalam Rencana Kekal Allah

1. Ditetapkan dari semula

Dalam Kisah Para Rasul 2:23, Petrus berkata kepada orang Yahudi:
"Dia yang diserahkan menurut maksud dan rencana Allah, kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan orang-orang durhaka."

Ayat ini menunjukkan bahwa penyaliban Kristus bukanlah suatu kebetulan, tetapi merupakan bagian dari rencana Allah yang kekal. Sejak kekekalan, Allah Bapa telah merancang jalan keselamatan melalui kematian Kristus.

John Calvin menulis dalam Institutes:

“Kristus tidak disalibkan oleh kebetulan atau sekadar karena kebencian manusia, melainkan karena rencana kekal Allah yang menuntun semua peristiwa menuju tujuan penebusan.”

Dengan demikian, salib adalah kehendak Bapa yang telah dirancang sebelum dunia dijadikan (Efesus 1:4-5).

2. Nubuat para nabi

Yesaya 53:10 berkata:
"Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan."

Nubuat ini menegaskan bahwa penderitaan dan kematian Sang Mesias merupakan kehendak Allah sendiri. Bukan semata-mata hasil dari pengkhianatan Yudas, kebencian imam-imam Yahudi, atau kekuasaan Roma, tetapi bagian dari desain ilahi untuk menyelamatkan umat-Nya.

II. Peran Iblis dalam Penyaliban

1. Iblis sebagai penghasut

Alkitab mencatat bahwa Iblis terlibat aktif dalam peristiwa penyaliban. Yohanes 13:2 menyebut:
"Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot... untuk mengkhianati Yesus."

Bahkan Lukas 22:3 mengatakan: “Maka masuklah Iblis ke dalam Yudas.” Artinya, Iblis mendorong manusia untuk melawan Kristus.

2. Iblis ingin menghancurkan Kristus

Tujuan Iblis jelas: menghancurkan Anak Allah. Sejak awal pelayanan Yesus, Iblis mencoba menggagalkan misi-Nya (lihat pencobaan di padang gurun, Matius 4). Ketika akhirnya Yesus disalibkan, Iblis mungkin mengira dirinya menang.

Namun, seperti dikatakan Martin Luther:

“Iblis itu bagai binatang buas yang terjerat oleh kail. Ia menyangka menelan manusia, tetapi justru menelan Allah yang menyelamatkan manusia.”

Dengan kata lain, Iblis memang berkehendak agar Kristus mati, tetapi ia tidak sadar bahwa melalui salib, rencana kekalnya justru digagalkan.

III. Kehendak Bapa yang Berdaulat di Atas Segalanya

1. Dua realitas yang berjalan bersama

Dalam penyaliban Yesus, kita melihat paradoks: di satu sisi, Iblis dan manusia jahat bertindak dengan maksud membinasakan Yesus; di sisi lain, Allah sedang menggenapi rencana penebusan-Nya.

Kisah Para Rasul 4:27-28 menegaskan:
"Herodes dan Pontius Pilatus bersama-sama dengan bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel benar-benar telah berkumpul di kota ini untuk melawan Yesus... untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendak-Mu."

Perhatikan: kejahatan manusia dan kuasa Iblis tidak lepas dari kendali Allah. Allah berdaulat penuh bahkan atas perbuatan dosa manusia.

2. Kehendak Bapa: keselamatan umat-Nya

Yesus sendiri berkata dalam Yohanes 10:18:
"Tidak seorangpun mengambil nyawa-Ku daripada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali."

Yesus tidak mati sebagai korban keadaan. Ia mati sebagai Gembala yang dengan sukarela menyerahkan nyawa-Nya sesuai kehendak Bapa demi domba-domba-Nya.

John Owen, seorang teolog Reformed, menulis:

“Salib Kristus adalah mahakarya Allah, di mana kasih, keadilan, kuasa, dan hikmat Allah bertemu dalam satu peristiwa agung.”

IV. Salib sebagai Kemenangan Allah atas Iblis

Kolose 2:15 berkata:
"Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka di dalam Kristus."

Justru melalui salib, Allah membalikkan niat jahat Iblis menjadi kemenangan besar bagi keselamatan. Apa yang dimaksud Iblis untuk menghancurkan Mesias, dipakai Allah untuk menghancurkan kuasa dosa dan maut.

Luther menyebut ini sebagai “Deus absconditus” – Allah yang menyembunyikan kuasa-Nya dalam kelemahan. Salib tampak sebagai kekalahan, tetapi sesungguhnya itu adalah kemenangan Allah atas kerajaan kegelapan.

V. Aplikasi Bagi Kehidupan Orang Percaya

1. Kepastian keselamatan

Karena salib adalah kehendak Bapa, maka keselamatan kita pasti dan tidak dapat digagalkan. Roma 8:32 berkata:
"Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?"

2. Perspektif terhadap penderitaan

Jika salib – peristiwa paling gelap dalam sejarah – adalah bagian dari rencana Allah, maka penderitaan kita pun tidak lepas dari rencana-Nya yang baik. Apa yang dimaksud jahat oleh manusia, Allah dapat balikkan menjadi kebaikan (Kejadian 50:20).

3. Panggilan untuk taat

Yesus taat sampai mati, sekalipun itu berarti salib. Demikian pula kita dipanggil untuk meneladani ketaatan-Nya. Hidup Kristen adalah hidup yang menyerahkan diri sepenuhnya pada kehendak Bapa.

Kesimpulan

Saudara-saudara, pertanyaan kita telah terjawab: Apakah penyaliban Yesus keinginan Iblis atau kehendak Bapa?
Jawabannya adalah: keduanya, namun dengan tingkat otoritas yang berbeda.

  • Iblis dan manusia jahat memang berkehendak untuk membinasakan Yesus.

  • Tetapi Allah Bapa berdaulat, memakai bahkan kejahatan itu untuk menggenapi rencana kekal keselamatan.

Dengan kata lain: salib adalah puncak rencana Allah, di mana kasih dan keadilan Allah bertemu, dan kemenangan atas Iblis serta dosa digenapi.

Kiranya kita hidup dengan syukur, iman, dan ketaatan kepada Allah yang telah memberikan Anak-Nya bagi kita.

Soli Deo Gloria.

Next Post Previous Post