KEPASTIAN PENGHAKIMAN ALLAH ATAS DOSA MANUSIA

Pdt. DR. Stephen Tong

DOSA, KEADILAN, DAN PENGHAKIMAN

BAB 5 :KEPASTIAN PENGHAKIMAN 

“Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat. Karena Ia telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukan-Nya, sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati." (Kisah Para Rasul 17:30-31)
KEPASTIAN PENGHAKIMAN ALLAH ATAS DOSA MANUSIA
Atau dengan terjemahan lain:

“Pada zaman Allah mengganggap manusia masih bodoh, Ia melalaikan untuk sementara, tetapi sekarang Allah memerintahkan setiap manusia di mana saja, bahwa mereka harus bertobat. Sebab Allah telah menetapkan suatu hari untuk mengadili seluruh dunia dengan keadilan Allah sendiri, melalui satu Orang yang ditetapkan oleh Allah sendiri, yaitu Dia yang sudah bangkit dari kematian. Dengan cara ini Allah membuktikan bahwa Dia adalah Hakim yang agung itu.”

-----------------------------------------
Dari manakah dosa berasal? Dosa adalah penyalah-gunaan kebebasan. Sin is the result which emerge from the misuse of the heaven freedom. Manusia mempunyai kebebasan yang diberikan oleh Tuhan. Pada waktu kebebasan digunakan secara salah, maka timbullah dosa.

Di sini frasa “timbullah dosa” saya tekankan untuk menjelaskan tentang teori pemunculan (emergence theory), bukan teori penciptaan (creation theory). Dosa tidak diciptakan, dosa tidak direncanakan, tetapi dosa itu muncul. Dosa muncul karena terjadinya penyalahgunaan kebebasan.

Lalu Saudara mengatakan, mengapa bisa salah? Karena bebas. Bebas berarti mungkin mempunyai arah lebih dari satu. Saya bisa ke kanan, tetapi saya juga bisa ke kiri. Saya boleh ke depan, saya juga boleh ke belakang. Waktu saya mempunyai kemungkinan lebih dari satu, itu disebut bebas. Kalau saya mempunyai kemungkinan hanya satu, itu namanya paksaan, bukan kebebasan. Allah memberikan kebebasan sebagai potensi. Potensi ini menjadi fondasi moral, kebebasan menjadi potensi moral. Jika tidak ada kebebasan, moral sama sekali tidak ada nilainya. Moral adalah moral, moral disebut moral, moral bernilai moral, justru karena moral berdasarkan kebebasan yang ada sebagai potensi.

Presiden Amerika itu mulia karena mereka dipilih oleh rakyatnya. Meskipun pilihan demokrasi tidak tentu membuktikan kebenaran, tetapi sedikitnya rakyat sudah dihormati oleh sistem politik yang demikian. Tetapi di antara semua presiden Amerika, yang paling tidak mulia adalah Gerald Ford, karena dia menjadi presiden bukan berdasarkan hasil pemilihan. Kenapa Ford bisa menjadi presiden tanpa melalui pemilihan? Karena cuma satu calonnya. Kenapa ia yang dipilih? Karena tidak ada yang lain. Ford tidak ada lawannya. Waktu itu Nixon harus turun dan ia sebagai wakil presiden otomatis naik. Tetapi pada waktu dia harus berhadapan dengan Jimmy Carter, dia langsung kalah. Karena pada waktu rakyat berkesempatan memilih, dia sudah ditinggalkan.

Tuhan Allah tidak demikian. Dia tidak mau orang yang diciptakan menurut peta dan teladan Allah ini tidak punya pilihan. Maka Tuhan memberikan kemungkinan manusia boleh memilih, oleh sebab itu Tuhan memperbolehkan Iblis untuk sementara masih ada, supaya orang yang percaya kepada Allah tidak mengatakan, “Apa boleh buat, ya pasti saya pilih Engkau, karena selain Engkau tidak ada pilihan yang lain.” Pada saat ada Iblis, Saudara tetap memilih Allah, barulah itu menunjukkan bahwa iman Saudara bermoral tinggi; barulah menunjukkan bahwa pilihan Saudara berdasarkan pengertian kebenaran.

PROBLEM KEBEBASAN

Sekarang kita masuk ke dalam hal yang lebih penting lagi. Mengapa kebebasan bisa salah? Apakah memang kemungkinan salah itu diberikan oleh Tuhan? Tidak. Kemungkinan bebas yang diberikan Allah. Kemungkinan salah itu merupakan suatu yang setara, otomatis berada di dalam kebebasan dan pilihan itu sendiri.

Ada sebuahg mesin tik. Mesin tik tidak ada salahnya. Mesin tik dibuat dengan baik, tetapi dari mesin tik ini, mungkin diketik satu buku yang bermutu, mungkin juga diketik satu buku yang banyak salahnya, bahkan mungkin dari mesin tik ini dihasilkan buku-buku porno yang merusak pemuda-pemudi. Jadi, mesin tik sendiri tidak ada salahnya, ia sendiri netral. Mesin tik ini pada dirinya sendiri adalah suatu kebaikan netral (neutral goodness). Saya memakai istilah ini karena mungkin Saudara tidak melihat semua di buku theologi mana pun: kebaikan yang bersifat netral.

Kebaikan yang bersifat netral jikalau dipergunakan oleh kebebasan yang tidak mau dikendalikan oleh kebenaran, bisa menjadi suatu kemungkinan berbuat salah. Kesalahan itu timbul karena manusia tidak menaklukkan diri kepada kebenaran. Dan yang tidak menaklukkan diri pada kebenaran adalah orang-orang yang mempunyai kebebasan. Kebebasan itu diberikan oleh Allah dan Allah pemberi kebebasan adalah Sang Kebenaran itu senderi. Lalu, kebenaran itu diberikan supaya kita dapat kembali kepada Allah sehingga bersatu dengan Kebenaran, maka kesalahan itu tidak perlu ada.

Pada waktu manusia memakai kebebasannya untuk segera menggabungkan diri kepada dunia kebaikan, dia tidak perlu menghasilkan kesalahan. Tetapi pada waktu manusia tidak mau bersatu dengan kebenaran, dia mempunyai self-decision, self-will, self-direction, dan self-solution (kehendak sendiri, keputusan sendiri, dan arah sendiri), maka akhirnya ia akan mendatangkan kesalahan, dosa menjadi ada.

Dosa bukan ada secara pra-eksistensi, dosa adalah sesuatu yang baru muncul kemudian. Dosa ada karena “timbul” dari suatu tindakan. Jadi di sini saya minta Saudara perhatikjan: Allah adalah kosmologi itu sendiri. Allah adalah kebaikan itu sendiri. Lalu pada waktu Allah mencipta manusia menurut peta dan teladan-Nya, maka manusia juga mempunyai “diri”. Di dalam bidang filsafat, istilah “diri” (self) bukan dipakai untuk sendiri atau diri, tetapi dipakai untuk melukiskan zat asasi yang disebut jiwa (soul). You want to understand yourself, it means you want to understand your own soul and your own essence of your spirit. Itulah “diri” (self). Istilah self ini, “diri saya,” berarti pribadi. Saya mempunyai pribadi sebagaimana Allah mempunyai Pribadi, maka Allah mempunyai self dan saya yang diciptakan menurut peta dan teladan Allah juga mempunyai self. Dan si aku yang berpribadi ini harus menyangkal self demi kembali kepada Self-nya Allah. Itulah arti sesungguhnya dari “rohani”.

Rohani bukan suatu keadaan “sedang rohani”. Rohani bukan penampilan memakai jubah, toga, karena di belakang toga seringkali banyak dosa. Rohani jangan dibuat-buat. Rohani adalah the true of your which submits you before God (dirimu yang sesungguhnya ditaklukkan kepada diri Allah). Itulah rohani yang sesungguhynya. Keikhlasan, ketulusan yang tanpa topeng, itulah rohani. Tidak ada gunanya jika Saudara berusia 18 tahun, lalu memakai pakaian usia 80 tahun agar kelihatan rohani. Rohani itu be your true self (jadilah dirimu yang sesungguhnya).

True self denies yourself and unites yourself with God’s self (diri yang sejati menyangkal diri sendiri dan menyatukan diri dengan Diri Allah). Maka Yesus mengatakan, sangkallah diri lalu ikutlah Aku. Itulah penyangkalan, itulah rohani, itulah iman, itulah ketaatan, dan itulah penyerahan diri.

Apakah penyerahan diri atau dedikasi itu? Itu berarti saya menyerahkan diri, menyangkal diri, dan menggabungkan diri saya dengan diri Kristus. Pada waktu self ini mengatakan, “I am myself (saya punya diri saya sendiri)” dan saya tidak mau bergabung dengan Dirinya Allah – biarpun Dia Allah, saya diciptakan menurut peta dan teladan Allah – itulah dosa.

Si “diri” yang tidak mau taat kepada Diri Allah mengakibatkan kemungkinan kita bersalah, karena dia mempunyai neutral goodness yang tidak dikontrol oleh Absolute Goodness. Hanya Allah yang merupakan kebaikan yang mutlak. Ketika Kebaikan Mutlak mengontrol seluruh kebaikan ciptaan yang netral, maka Saudara berada di dalam keadaan yang baik dan aman. Ketika kebaikan netral Saudara tidak dikontrol oleh Kebaikan Mutlak atau Pencipta, Saudara berada di dalam bahaya. Oleh sebab itu Yesus mengatakan, “Barangsiapa mau mengikut Aku, ia harus menyangkal diri, memikul salib, baru bisa mengikut Aku.” Itulah orang Kristen sejati. Tetapi banyak orang Kristen yang menginginkan, “Tuhan berikan kepadaku kekayaan, aku minta mobil VW hijau, bernomor ini, jadilah kehendakku.” Biarlah kehendak Tuhan yang jadi, bukan kehendakku!

Jadi, diri sayalah yang harus dimasukkan ke dalam Dirinya Allah, bukan Dirinya Allah yang harus dicocokkan supaya sama dengan keadaan saya. Dengan demikian kita mulai membabat dosa dari akarnya.

PENANGGUNG JAWAB DOSA

Setelah berdosa, manusia harus menuntut siapa yang bertanggung jawab. Apakah Tuhan yang harus bertanggung jawab karena Ia yang menciptakan manusia? Seperti ada orang yang atas hasutan setan mengatakan, “Tidak perlu kita takut kepada ayah dan ibu kita, dan tidak perlu menganggap orangtua berjasa besar, Engkau dilahirkan karena ayah dan ibumu mau bersenang-senang,” sehingga mengakibatkan Saudara tidak menghormati ayah ibumu. Demikian orang mengatakan, ”Kita dipermainkan oleh Tuhan Allah. Dia menciptakan kita lalu membiarkanb kita berdosa, lalu Dia menurunkan Yesus, pura-pura menderita di atas kayu salib, karena Dia Allah, tentunya tidak bisa menderita.” Kalimat itu merupakan kalimat hasutan Iblis. Tuhan Yesus harus menjadi manusia, karena apa? Karena tanpa menjadi manusia, ia tidak mungkin disalib. Ia menjadi manusia berpartisipasi di dalam daging dan darah, sehingga Ia bisa ditusuk, bisa sakit, bisa sedih, bisa lapar, bisa haus, bisa merasa tersendiri. Ia adalah Allah sejati dan manusia sejati. Inilah suatu ibadah yang paling dalam: Allah menjadi daging. Firman menjadi manusia. Ini adalah rahasia iman yang besar menurut perkataan Paulus.

Jadi, siapakah yang bertanggung jawab atas dosa? Diri sendiri! Banyak orang Kristen sekarang diajar berdoa, ”Tuhan, aku berdosa karena si Iblis itu,” atau “Tuhan, aku bersalah karena digoda oleh Iblis.” Jadi manusia tidak mau mengaku, semua tidak ada yang salah, tidak ada yang berdosa, yang salah dan berdosa adalah Iblis.

Apakah Alkitab mengatakan, “Akui dosa-dosamu sendiri ditambah akui dosa-dosa Iblis?” Tidak ada! Alkitab mengatakan, “Jika kita mengakui dosa-dosa kita sendiri, maka Allah adalah setia dan adil” (1 Yohanes 1:9). Diri menjadi sumber, menjadi penanggung jawab dosa. Meskipun ada godaan, tidak berarti kita tidak perliu bertanggung jawab.

1) Penghakiman pada Malaikat

Penghakiman jangan dilihat hanya dari segi eskatologis sebab di sepanjang Alkitab, penghakiman sudah ada sebelum dunia diciptakan. Sebelum dunia diciptakan, sudah ada penghakiman. Penghakiman yang dilakukan sebelum dunia diciptakan pertama-tama ditujukan kepada dunia roh, yaitu malaikat-malaikat yang melawan Tuhan (fallen angels, Lucifwer and other angels of the fallen angels). Penghulu dari malaikat-malaikat yang jatuh dalam dosa, pertama-tama dilemparkan dan dicampakkan oleh Tuhan, itulah penghakiman yang pertama terjadi.

Mengapa Iblis mau jadi seperti Allah, bukannya mau kemuliaan seperti Allah? Mengapa Iblis mau merebut kuasa Allah, sehingga ia bisa menerima sembah sujud? Perhatikan, ini adalah suatu godaan yang besar. Kita tidak suka diperintah, tetapi kita semua suka memerintah. Kita tidak suka dicaci maki, tetapi kita senang dipuja-puji. Dan kita juga menyukai keadaan yang paling mutlak, yaitu kita paling senang kalau menggantikan Allah, sehingga disembah sujud. Itu berarti kita sedang menyerupai Iblis. Malaikat jatuh menjadi Iblis karena dia ingin disembah.

Mengapa hak untuk disembah ini hanya ada pada Allah? Mengapa hanya Allah yang boleh disembah, sedangkan saya tidak boleh? Saya juga mau disembah sujud; saya juga mau merebut kekuasaan untuk disembah. Mengejar hak menerima sembah sujud adalah suatu ambisi yang liar, yang paling dibenci Allah.

Saya minta pemuda-pemudi memperhatikan, agar tidak usah gila hormat. Seumur hidup saya berusaha gila mutu, tetapi tidak gila hormat. Akhirnya orang mau menghormati saya, bukan karena saya paksa, bukan karena saya minta atau saya perintah atau saya takut-takuti. Tidak. Saya menghormati tukang becak sama seperti saya menghormati orang kaya. Saya tidak akan bersikap baik kepada orang-orang kaya, lalu berubah sikap terhadap orang miskin. Manusia sama-sama diciptakan oleh Allah. Orang mau menghormati Saudara karena Saudara memang patut dihormati. Tetapi kalau Saudara hanya mau dihormati, memaksa orang orang menghormati, Saudara sedang memikul salib yang tidak ada pahalanya. Saudara sedang memikul salib yang tidak ada pahalanya. Ini adalah rahasia: Respect is willingly given to you not forcefully compelled by you (Hormat diberikan secara rela kepada Saudara, dan bukannya dituntut secara paksa).

Pada waktu Iblis mau dihormati, mau menjadi seperti Allah, langsung Allah mencampakkan dia, karena dia tidak lagi cukup syarat untuk menjadi malaikat dan pemimpin, lalu dia diturunkan. Inilah penghakiman terhadap Iblis. Lalu Iblis ditaruh di mana? Dia dibelenggu dalam kegelapan. Mungkin Saudara bertanya, “Mengapa dia bisa sedemikian bebas mengganggu begitu banyak orang?” Dia mengganggu orang karena orang itu masuk ke dalam wilayah kegelapan, bukan karena dia keluar dari kegelapan lalu bisa mengganggu orang yang ada di tengah-tengah keadaan netral. Ini suatu relativisme.

Menurut Alkitab dan Theologi Reformed, tidak ada seorang pun yang sekarang ini netral. Setelah kejatuhan Adam, semua orang telah kehilangan kenetralannya dan semua sudah ada di dalam satu status seperti yang disebut Augustinus: non posse non peccare (tidak dapat tidak berdosa). Semua orang adalah orang berdosa. Setiap orang kini kehilangan suatu kemungkinan untuk tidak berbuat dosa. Saudara tidak mempunyai kekuatan, Saudara tidak mempunyai cara untuk menghindarkan diri dari berbuat dosa. Setiap orang dilahirkan di dalam dosa dan setiap orang sudah tidak punya kemungkinan untuk tidak berbuat dosa. Inilah status setelah Adam jatuh ke dalam dosa.

Mungkin Saudara bertanya, apa status manusia sebelum Adam jatuh ke dalam dosa? Statusnya adalah posse peccare (dapat berdosa). Sebelum Adam jatuh ke dalam dosa, setelah dia digoda dan taat kepada Iblis, lalu seluruh umat manusia dimasukkan ke dalam wilayah kegelapan. Ini yang disebut tidak ada kemungkinan untuk tidak berbuat dosa, dan ini disebut dosa asal (original sin). Yang disebut dosa asal adalah dosa yang mau tidak mau kita sudah terima secara representatif. Kita berdosa dan kita semua diciptakan di bawah aliran hidup Adam.

OrangJepang adalah orang yang tidak mau mengalah, tidak mau menyerah. Ketika berperang, jika dia sudah terkepung dan harus mati, maka ia bunuh diri. Ia merasa matinya mulia, karena bukan dibunuh. Itu berarti ia belum pernah kalah. Saya rasa satu-satunya negara Asia yang bertulang cukup kuat adalah Jepang.

Orang Asia lainnya kalau melihat orang Amerika semua jadi buta. Saya sangat benci sikap sedemikian. Di Hongkong, suatu kali saya melihat petugas imigrasi yang ketika bertemu orang kulit putih begitu sopan dan penuh senyum, tetapi begitu keras terhadap sesama orang Cina. Saya berkata kepadanya, “Saudara seperti budak orang kulit putih. Saya harap Saudara sadar bahwa Saudara adalah orang Asia, jangan bersikap seperti budak.”

Jepang dengan berani menghantam kapal Amerika. Itu suatu keberanian besar, meskipun saya tidak setuju. Tetapi sedikitnya dia punya tulang. Saya rasa orang Asia tidak perlu kalah dari orang Barat. Kita sebagai orang Indonesia perlu bertulang, walau sudah pernah 350 tahun dijajah oleh orang Belanda. Jangan sampai kita memerlukan 350 tahun lagi untuk bisa bertulang.

Pada waktu saya masih kecil, semua kebangunan rohani yang besar harus dilakukan orang Amerika. Saya melawan prinsip itu. Kini, saya mempunyai kebaktian yang lebih besar daripada kebaktian yang dilakukan orang Amerika. Orang Asia juga bisa melakukannya. Kita memiliki uang, kita memiliki massa, dan kita juga memiliki karunia, mengapa kita harus bergantung pada orang lain. Saya tidak mau membeda-bedakan orang. Saya minta kita semua tahu bahwa kita dicipta oleh Tuhan dan kita harus mempunyai kebanggaan sendiri.

Pada waktu Kristus menyelamatkan kita, baru kita memasuki tempat ketiga, yaitu status posse non peccare (dapat tidak berdosa). Setelah Kristus menyelamatkan kita, baru kita mempunyai kemungkinan untuk tidak berbuat dosa, karena Roh Kudus menolong kita kalau kita betul-betul taat kepada Dia. Kita mempunyai kemungkinan mencapai kemenangan. Namun itu tidak berarti orang Kristen tidak bisa kalah terhadap dosa, tidak berarti orang Kristen tidak mungkin jatuh dalam dosa. Tetapi saya menegaskan bahwa ada kemungkinan menang terhadap dosa. Roh yang berada di dalam kita lebih besar daripada roh yang berada di dalam dunia, dan Roh yang berada di dalam kita – melalui ketaatan kita kepada Tuhan – memberikan kekuatan dan kesucian kepada kita. Kita harus percaya itu. Tetapi status ini masih belum mutlak, karena kita harus melalui suatu keselamatan yang sedang diproses. Jika proses itu sudah berhasil sampai sempurna, kita menuju kepada non posse peccare (tidak dapat berdosa). Bilamana? Ketika kita masuk sorga. Ini adalah empat tahap status di dalam kerangka theologi Reformed. Jika Saudara mendapatkan konsep ini, ingatlah bahwa ke-empat status ini diambil dari theologi Reformed, dari Augustinus, Martin Lurther, John Calvin, dan gereja-gereja Reformed yang ketat.

Jika Saudara berkata, “Oh sekarang semua bebas,” maka kebebasan sebelum Adam jatuh berbeda dengan kebebasan sesudah Adam jatuh, dan berbeda juga dengan kebebasan setelah ditebus oleh Kristus, dan juga berbeda dengan kebebasan nanti di sorga. Semua sastrawan, filsuf, semua agamawan, semua orang yang menjadi pujangga, dengan pikiran yang sudah jatuh ke dalam dosa, tidak mungkin pernah mengerti hal ini, kecuali ia kembali kepada Firman Tuhan dan pencerahan Roh Kudus yang memimpin gereja dari zaman ke zaman kepada theologi yang benar.

2. Penghakiman pada Manusia

Penghakiman yang kedua adalah untuk manusia. Setelah malaikat dihakimi, kini penghakiman datang kepada manusia. Sesudah malaikat dihakimi, manusia baru diciptakan. Lalu kita bertanya, “Mengapa Allah menciptakan manusia?” Allah menciptakan manusia untuk menjadi saksi Allah di tengah-tengah Allah dan Iblis. Kalimat ini jikalau Saudara jelas, dan mengerti, mengakibatkan Saudara tidak berani lagi sembarangan hidup sebagai manusia. Saudara adalah makhluk yang menentukan, karena Saudara dicipta di tengah-tengah Allah dan Iblis. Saudara sekarang harus menjadi saksi.

Augustinus memiliki suatu pemikiran theologi yang luar biasa. Ia mengatakan, “Sebanyak jumlah malaikat yang jatuh, sebanyak itulah jumlah yang akan diisi oleh manusia yang dipilih menurut kehendak Allah untuk mengisi kekosongan itu kembali.” Jadi, menurut Augustinus, jumlah kaum pilihan sama banyaknya dengan malaikat yang jatuh. Jika ada beribu-ribu juta malaikat yang jatuh, maka beribu-ribu juta manusia juga akan diselamatkan, karena Alkitab tidak pernah mengatakan, setiap orang di dunia akan diselamatkan. Alkitab juga tidak mengatakan, nanti neraka akan kosong dan sorga akan penuh. Alkitab mengatakan bahwa ada kaum pilihan, ada orang yang diselamatkan, yaitu mereka yang mendengar Injil dan menjawab “ya” kepada Tuhan. Setelah berkata “ya” mereka baru sadar, bahwa mereka tidak bisa mengatakan “ya” kalau bukan Roh Kudus yang menggerakkan. Itulah kaum pilihan.

a) Penghakiman di Eden

Manusia pertama-tama dihakimi oleh Tuhan di taman Eden. Heran sekali, waktu Allah melaksanakan penghakiman di taman Eden, Dia memakai media malaikat. Perhatikan ini, semuanya kait-mengkait secara luar biasa. Malaikat jatuh, dihakimi oleh Tuhan. Malaikat yang tidak jatuh dipakai untuk menghaklimi manusia. Jadi di sini relasi malaikat-manusia saling terkait di seluruh Alkitab. Malaikat yang tidak jatuh dipakai oleh Tuhan untuk menjaga taman Eden, dengan suatu pedang yang berputar terus, berarti tidak habis-habisnya keadilan Allah sedang berproses untuk terus-menerus menjalankan sifat ilahi untuk menentang dosa. Tetapi, pedang yang terus beerputar, yang di tangan Kerubim itu, membuat tidak ada lagi kemungkinan bagi manusia untuk masuk ke taman Eden lagi, berarti perceraian sudah terjadi. Where sin is, there is separation. Where sin is, there is isolation. Where sin is, there is alienation. Istilah ketiga yang saya pakai selain separation dan isolation adalah alienation, suatu istilah yang paling banyak dipakai oleh orang-orang komunis, baik oleh Lenin, Stalin, maupun Mao Tze Dong sampai Deng Xiao Ping. Mereka suka memakai istilah alienation, yaitu pengasingan yang membuat Saudara tersendiri.

Tetapi sebenarnya, pengertian itu sudah dimulai dari konsep Alkitab. Manusia yang sudah berbuat dosa dipisahkan oleh Tuhan, diisolasikan dan dipisahkan sehingga tidak ada kontak lagi, maka manusia menunggu penghakiman selanjutnya.

b. Penghakiman Hati Nurani

Penghakiman kedua adalah pekerjaan hati nurani Saudara. Istilah “hati nurani” di dalam bahasa Latin adalah conscientia. Dan istilah ini tidak ada di dalam bahasa Ibrani, sehingga tidak pernah muncul satu kali pun tentang hati nurani di dalam Perjanjian Lama. Tetapi bukan karena istilah ini tidak muncul berarti tidak ada, karena di dalam Perjanjian Lama gejala-gejala hati nurani muncul begitu jelas, misalnya setelah Adam berdosa, dia merasa takut. Perasaan takut adalah refleksi adanya sesuatu yang sedang bekerja abnormal. Seharusnya hati itu harmonis dengan kelakuan dan pikiran. Sekarang hati itu menjadi lawan dan perasaannya sudah berubah menjadi takut. Mengapa? Ia tidak lagi pada kondisi normal, ia sedang melawan, sedang berkonflik, sedang menggeser diri, menjadikan manusia takut. Misalnya, pada waktu Daud memotong ujung pakaian Saul, hatinya merasa tidak enak. Ini membuktikan bahwa hati nurani bekerja di dalam Perjanjian Lama, sekalipun istilahnya tidak muncul. Dengan pencerahan dan wahyu progresif (yang semakin berkembang), kita melihat istilah ini muncul dalam Perjanjian Baru. Hati nurani diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari bahasa Arab; nur rani, nur artinya cahaya, nurani berarti cahaya yang mendasar dalam hati seseorang.

Menurut Alkitab Perjanjian Lama, dalam Amsal, Roh Manusia merupakan pelita Tuhan (Amsal 20:27). Berarti di dalam diri kita ada pelita. Pelita itu adalah pelita yang bercahaya, seperti lampu tempel yang sedang bercahaya. Pelita ini dalam bahasa Arab adalah nur, bahasa Indonesia nurani, dan pelita ini menurut orang Tionghoa yang mengikuti filsafat Mencius, merupakan suatu perasaan halus dalam hati yang membedakan baik dan jahat, yang memberikan penegrtian untuk bersimpati kepada orang lain. Ketika melihat orang miskin, kita tergerak; kalau orang sakit keras, kita ingin membantu; kalau melihat orang jahat, kita jengkel. Kita bisa jengkel, bisa senang, bisa kasihan, itu pekerjaan hati nurani. Perasaan ini dimengerti oleh orang Timur jauh lebih kuat daripada orang Barat. Orang Timur kalau melihat orang menangis ingin ikut menangis, kalau orang Barat melihat Saudara menangis akan dipotret. Mereka terlalu rasional. Orang Timur kalau pergi ke gereja suka menangis, orang Barat kalau pergi ke gereja suka membanggakan diri. Mana yang lebih memiliki Roh Kudsus? Roh Kudus bukan roh perasaan. Roh Kudus bukan roh rasio; Roh Kudus adalah Roh Kebenaran.

Hati nurani, di dalam bahasa Yunani Perjanjian Baru adalah suneidesis, dan dalam bahasa Latin adalah conscientia, artinya company of knowing, artinya bersama dengan saya mengetahui sesuatu. Ketika Saudara pergi ke suatu tempat, Saudara melihat ada sebuah arloji Rolex platinum, yang sudah Saudara inginkan sejak lama, lalu Saudara melihat kiri kanan, depan belakang, tidak ada pendeta atau majelis, puji Tuhan ada Rolex, puji Tuhan tidak ada orang tahu. Lalu Saudara berkata, “Tuhan terima kasih kesempatan yang baik sudah tiba. Anugerah-Mu begitu besar, mengirim Rolex tanpa mengirim mata, aku bersyukur kepada-Mu.” Lalu Saudara bawa pulang. Saudara memang mengatakan, “Tidak ada orang,” tetapi dalam hati ada yang berkata, “Siapa bilang tidak ada yang tahu, saya juga tahu.” Saya itu siapa? Saya itu hati nurani (co-knower).

Itulah susahnya menjadi manusia, di mana-mana ada mata-mata yang ikut mengintai. Itu representatif dari Tuhan, tetapi mata-mata itu “kurang baik” karena bisa disuap dan ditekan. Jadi, ada orang-orang yang hati nuraninya sudah tidak lagi berfungsi. [Bagian ini sudah dijelaskan di dal;am Bab 4 “Sembilan Sarana Penghakiman Allah” di butir “Penghakiman Hati Nurani.”]

PENGHAKIMAN ALLAH ATAS DOSA MANUSIA

Allah yang benar dan adil adalah Allah yang mengadili dunia yang telah berdosa dan melanggar keadilan dan kebenaran Allah. Dunia ini pasti diadili oleh Tuhan, dunia ini pasti akan menerima penghakiman dari Tuhan, tidak peduli manusia setuju atau tidak setuju. Orang yang berkata, “Saya tidak percaya kepada Allah,” suatu hari harus berdiri di hadapan Allah untuk mempertanggungjawabkan segala hal, termasuk kalimat yang ia ucapkan. Alkitab dengan jelas menyatakan penghakiman Allah, yang akan dimulai dari rumah-Nya sendiri.

Kedua ayat di atas menunjukkan kepada kita bahwa Allah telah terus-menerus memberikan toleransi kepada kita, manusia yang berdosa ini, untuk bertobat. Tetapi kita selalu berkata bahwa segala sesuatu beres; sekalipun telah berbuat dosa, semuanya tetap lancar; sekalipun berbuat dosa begitu besar, Allah tidak bisa apa-apa. Inilah kebodohan manusia yang menilai kelancaran diri untuk menentukan Allah marah atau tidak. Saya rasa, ajaran yang salah seperti ini sedang melanda seluruh Indonesia.

Ada orang yang menganggap jika seorang mati kecelakaan, berarti ia dikutuk Tuhan; dan jika dilimpahi segala kekayaan, kemurahan, dianggap sebagai bukti Tuhan memberkati. Ajaran sedemikian kelihatannya benar, tetapi salah, karena Anak Allah sendiri hidup paling menderita di dunia, bukan karena dosa, tetapi karena rencana Allah untuk meremukkan Dia (Yesaya 53). Ayub menderita karena ujian Allah menunjukkan bahwa ia adalah orang yang mengikut Tuhan dengan hati yang murni. Stefanus dirajam dengan batu justru untuk membuktikan kepada orang lain bahwa ia begitu setia sampai mati (Kisah Para Rasul 8).

Alkitab mengajarkan sebaliknya, orang yang hidup lancar dan memiliki kekayaan mungkin bukan karena berkat Allah. Ada orang yang menjadi kaya karena dosanya begitu besar. Ia telah menyimpang dari segala jalan yang benar, sehingga untuk sementara ia mendapatkan banyak berkat kekayaan, tetapi bukan dari Allah, melainkan dari Iblis. Itu sebabnya, yang miskin jangan iri hati kepada yang kaya, dan yang sakit jangan cemburu kepada mereka yang sehat. Pada waktu pemazmur menanyakan, “Mengapa ada orang yang begitu jahat hidupnya begitu lancar, begitu berkembang dan maju?” Tuhan memberikan wahyu kepada orang-orang demikian, sehingga mereka tahu bahwa orang yang kelihatannya begitu lancar, sebenarnya sedang menuju suatu jalan licin yang akan menjatuhkan mereka sendiri (Mazmur 73). Kekayaan dan kelancaran tidak membuktikan bahwa orang tersebut diberkati Tuhan. Banyak kekayaan yang berasal dari Iblis. Tuhan Yesus sudah memberikan contoh kepada kita, bahwa Ia menolak segala kedudukan dan kekayaan dari Iblis, dan rela naik ke kayu salib (Matius 4:11). Barangsiapa menganggap semua penderitaan adalah wakil atau simbol kutuk Allah, ia belum mengerti Alkitab dan ia tidak berhak berdiri untuk mengajar orang lain. Paulus mengatakan ada hukuman yang datang seketika, tetapi ada juga hukuman yang mengejar sampai hari pengadilan terakhir.

Seperti juga ilustrasi dua orang disebuah kota kecil Urina di Uni Sovyet pada zaman kejayaaan komunisme sekitar 80 tahun yang lalu, yang mempropagandakan tidak ada Allah dengan jalan menembakkan pistolnya ke atas, seolah menembak Allah sambil menghina Allah. Tidak ada dosa yang tidak dihakimi Allah, tidak ada dosa yang lolos dari keadilan Allah. Mungkin Allah menghukum dengan segera, tetapi mungkin juga Allah membiarkan sampai pada penghakiman terakhir.

Dengan segenap hati saya menegaskan, yangan bermain-main dengan Allah. Allah tidak mau dipermainkan. Celakalah Saudara yang melakukan segala sesuatu dengan kebebasan Saudara yang tidak terkendalikan. Celakalah Saudara yang berani mempermainkan anugerah Tuhan dengan mempermainkan yang benar dengan yang tidak benar. Tidak ada satu kelakuan dosa atau pikiran yang jahat yang tidak dihakimi Allah. Jika Saudara mau menjadi seorang yang takut dan hormat kepada Allah, berhati-hatilah dengan semua benih kejahatan dari Iblis yang ditanam di dalam hati, pikiran,dan tindakan Saudara. Allah tidak pernah memberikan tempat bagi dosa. Oleh sebab dosa manusia, Anak Allah harus mati di kayu salib; karena dosa manusia, Yesus Kristus harus dikutuk dan berteriak, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”

Awal Oktober 1992 di Korea, ada pendeta yang ditangkap karena ia berkhotbah bahwa Tuhan Yesus akan datang tanggal 28 Oktober 1992, sehingga banyak orang memberikan persembahan, dan uang sekitar US $8.000.000 itu dimasukkan ke dalam rekening pribadinya di bank. Saya sangat tidak setuju dengan gereja yang seluruh perpuluhan dari anggotanya diberikan kepada pendeta. Itu ajaran sesat, ajaran yang tidak benar. Di dalam Alkitab, khususnya Perjanjian Lama, dikatakan bahwa seluruh perpuluhan dari 12 suku Israel; diberikan kepada satu suku, yaitu suku Lewi. Ini berarti 12 suku berbanding 1 suku, maka kira-kira perpuluhan dari 12 orang untuk 1 orang. Tetapi jika kita satu gereja dengan 5.000 anggota memberikan perpuluhan untuk 1 orang, itu hal yang tidak beres. Hal sedemikian merupakan pencarian nafkah yang lebih tamak daripada Yudas. Pemimpin-pemimpin gereja seperti demikian harus bertobat! Jangan kira Saudara sedang menjalankan perintah Alkitab. Jangan kira dengan demikian Saudara boleh menjadi cukong-cukong yang mencuri uang Tuhan. Perpuluhan adalah untuk seluruh keluarga Tuhan, bukan untuk kepentingan pribadi. Pendeta tidak boleh memakai uang Tuhan di dalam rekening bank sendiri untuk mendirikan yayasan, lalu semua keuangan dan inventaris gereja diatas-namakan pribadi sendiri. Itu semua penipuan dan pencurian. Di Indonesia sudah terlalu banyak pencuri yang berjubah pendeta. Mereka pasti tidak akan dilepaskan dari penghakiman Allah.

Hukuman Allah didasarkan pada keadilan ilahi. Kesucian ilahi, keadilan ilahi, harus dilaksanakan di atas bumi. Di dalam Yesaya 42:1,4, Tuhan Allah berkata tentang Mesias (Kristus): “Lihatlah. Itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan....supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa....sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya.” Dia tidak akan kecewa, tidak akan putus asa, dan terus-menerus menegakkan kebenaran di atas bumi ini.

Sebagai penutup, kita akan melihat adanya lingkup penghakiman yang terjadi.

Pertama-tama, adalah penghakiman untuk orang Kristen sendiri. Jangan Saudara kira orang Kristen tidak akan dihakimi. Orang Kristen memang tidak dihakimi karena status dosa mereka. Hal ini sudah dibereskan pada waktu Roh Kudus memberikan penghakiman, yaitu pada wajktu mereka mendengar Injil. Tetapi Alkitab mengatakan dengan jelas bahwa penghakiman Allah akan dimulai dari keluarga Allah sendiri. Itu sebabnya, Saudara sebagai anak-anak Allah tidak bisa luput dari penghakiman Allah. Pasti ada penghakiman bagi kita, meskipun penghakiman itu bukan mengenai dosa dan kebinasaan, tetapi mengenai bagaimana kesetiaan, hidup kesaksian dan pelayanan kita. Penghakiman bagi kita adalah penghakiman atas segala sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan di dalam penatalayanan. The Judgment will start from the family of God hiomself, from the household of God, dimulai dari keluarga Allah, dimulai dari rumah Tuhan sendiri. Berarti anak-anak Kristen, orang-orang yang sudah diselamatkan harus bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikaruniakan oleh Tuhan baik waktu, uang, bakat, talenta, maupun pikiran, segala sesuatu yang ada pada Saudara. Dengan nama lain, inilah penghakiman di atas takhta Kristus.

Setelah penghakiman atas rumah Tuhan, barulah dilaksanakan penghakiman terakhir yaitu penghakiman di atas Takhta Putih. Pengadilan ini adalah penghakiman untuk seluruh manusia di dunia, untuk segala bangsa, segala raja, segala jendral, segala pembesar. Pada waktu mereka melihat Anak Allah murka, mereka akan berteriak, “Biarlah batu menimpa kepalaku, gunung jatuh ke atasku, tindaslah aku, karena aku tidak tahan melihat Anak Allah itu marah dan aku akan dihakimi!”

Pada waktu hari itu tiba, tidak ada satu orang pun bisa meloloskan diri dari Tuhan. Biarpun sebelumnya Saudara mengaku sebagai seorang atheis, saat itu Saudara harus mengaku Allah ada, tetapi sudah terlambat. Dua ratus tahun yang lalu, seorang politikus di Inggris bernama Thomas Scott mengatakan satu kalimat sebelum kematiannya, “I have never believed in heaven and hell before, but now I believe both, yet it is too late.” (Aku belum pernah percaya sorga dan neraka sebelumnya, sekarang aku percaya keduanya, namun sudah terlambat), lalu ia menutup matanya.

Penghakiman akan tiba, penghakiman sedang berjalan dan penghakiman didasarkan pada empat prinsip ini: (1) berdasarkan kedaulatan Allah yang adil; (2) berdasarkan segala kelakuanmu, termasuk yang tidak diketahui oleh orang lain, tetapi Tuhan tahu; (3) berdasarkan Injil yang sudah diberitakan dan responmu; dan terakhir (4) berdasarkan rahasia-rahasia Allah yang melampaui marifat (hikmat) manusia. Yesus akan segera datang kembali, dan penghakiman terakhir itu akan dijalankan. Mengapa kita mengabarkan Injil? Karena takut akan Allah, maka kita harus memberitahu orang lain adanya pengharapan di dalam Kristus.

Sudahkah Saudara siap sedia berjumpa dengan Allah? Sudahkah Saudara mempersiapkan diri melalui bahan-bahan seperti ini? Atau hanya sekadar supaya tahu lebih banyak untuk isi otak Saudara saja?. Asuransi kendaraan
Next Post Previous Post