KESELAMATAN DALAM PERJANJIAN LAMA
I. Pengertian Keselamatan.
Di dalam PL istilah-istilah yang digunakan dengan pengertian keselamatan adalah:
Pertama Yasha yang secara harafiah berarti “kemerdekaan dari larangan-larangan dan ikatan-ikatan; melepaskan dari kehancuran moral dan memberi kemenangan” . Kata ini digunakan 353 kali, misalnya dalam Keluaran 14:30; Ulangan 33:29; I Samuel 17:47.
Kata kedua adalah syaloom yang berarti “damai sejahtera dan tidak ada musuh”, “berkat” dan “sehat”. Kata syaloom ini di gunakan lebih dari 250 kali, misalnya dalam I Raja-raja 4:25; 2 Samuel 15:27 dan dalam PB diterjemahkan sozo . Selain itu ada kata lain yaitu salem yang berarti persembahan syukur bagi suatu kebebasan dalam perjuangan, korban bakaran kepada Allah dengan pujian dan ucapan seperti yang terdapat dalam Imamat 3; 7:12 dan Amos 5:20.
Keselamatan dalam PL mengalami perkembangan dari menekankan cara-cara hamba Allah yang secara perorangan terlepas dari tangan musuh-musuh mereka ke pembebasan umat-Nya dari belenggu dan bermukimnya di tanah yang makmur. Dan akhirnya keselamatan dinyatakan pada keadaan-keadaan dan kualitas-kualitas keterberkatan secara moril dan religius dan meluasnya sampai melampaui batas-batas kebangsaan.
Kata yang digunakan untuk keselamatan dalam PL diatas dipakai untuk anugerah keselamatan dari Allah dan Allah sendiri sebagai pelaku keselamatan. Dari penggunaan kata untuk keselamatan tersebut maka dapatlah diambil kesimpulan bahwa keselamatan dalam PL merupakan tindakan atau hasil dari pembebasan atau pemeliharaan dari bahaya atau penyakit, mencakup kesehatan, keselamatan dan kemakmuran. Di sini ada pergeseran arti keselamatan dari ikhwal fisik ke kelepasan moral dan spiritual.
II. Pelaku Penyelamat/Subyek yang bertindak
Dalam PL Allah/Yahweh sendiri yang mengambil inisiatif pengadaan jalan keselamatan sebagaimana yang telah dijanjikan dalam Kejadian 3:15 saat setelah manusia jatuh dalam dosa. Kekejaman dosa di sini disinggung karena penting dalam keselamatan. Kehadiran dosa sangat mempengaruhi secara luar biasa akan kepribadian manusia dan hubungannya dengan Allah. Dosa membawa akibat jahat pada manusia sehingga secara sadar dan sukarela manusia melanggar perintah Allah. Bahkan dosa akhirnya menerobos, mengembang dan menguasai manusia sehingga manusia menjadi budak dosa (a willfull sinner , enslaved sinner).
Istilah dosa dalam bahasa Ibrani antara lain hatta’t yang berarti kehilangan standar, sasaran atau tujuan.; pesa’ berarti pelanggaran hubungan atau pemberontakan; ‘awon berarti jahat atau melawan; segagah berarti kesalahan dan ‘amal berarti mengacau secara sengaja atau penindasan . Dari pengertian istilah yang dipakai untuk dosa ini maka dalam konteks Alkitab dosa mempunyai beberapa aspek yaitu: ketidaktaatan atau pelanggaran hukum; pelanggaran dalam hubungannya dengan masyarakat, dan pemberontakan kepada Allah.
Cengkeraman dosa sangat melumpuhkan kepribadian manusia secara total melingkupi daging, tubuh, jiwa dan roh. Akibatnya manusia tidak berdaya menyelamatkan diri sendiri. Beberapa ayat yang menyatakan kelumpuhan itu Kejadian 6:5; Yeremia 17:9. Singkatnya di sini manusia telah mengalami kematian rohani dan akibat fatalnya manusia menerima hukuman Allah.
Cara pengobatan atau penyelesaian dosa ini hanyalah dari Allah sendiri dengan Hikmat, kuasa anugerah dan kasih Allah yang tak terbatas dengan merencanakan dan menyediakan keselamatan bagi manusia. Aspek anugerah, kesetiaan, kesabaran dan kasih Allah kepada manusia dinyatakan dalam mengadakan jalan keselamatan.
Sarana-sarana keselamatan langsung atau tidak langsung disediakan melalui para Bapa leluhur, hakim, pemberi hukum, imam, raja dan nabi. Hukum baik bersifat ritual maupun moral akibat dosa manusia tidak mampu memberikan keselamatan yang penuh, tetapi menunjukkan ciri dan tuntutan Allah dan kondisi kesejahteraan manusia. Aturan moral tersebut melahirkan legalisme yang bersifat keterikatan secara lahiriah sehingga kehilangan spiritual yang terdalam dan pembenaran diri sendiri untuk memperoleh keselamatan.
Pribadi Allah menuntut keselamatan manusia. Satu sifat yang menonjol dari kepribadian Allah dalam keselamatan adalah anugerah atau kasih karunia. Kepribadian Allah ini merupakan sifat hakiki kepercayaan Kristiani.
Istilah yang dipakai untuk anugerah Allah dalam PL untuk keselamatan antara lain: Khen yang dalam kata kerja berarti “membongkok” dan “merendahkan diri” yang meliputi pengertian menurunkan perhatian dan kasih (Yeremia 31:31-34; Habakuk 6:17).
Penggunaan istilah khen yang menggambarkan secara luar biasa kasih karunia Allah kepada manusia misalnya dalam Keluaran 33:13; 3:6-8; Yeremia 31:2; Zakharia 12:10; Ayub 33:24. Dari penggunaan istilah Khen ini dapat ditarik kesimpulan bahwa anugerah/pemberian Cuma-Cuma dari yang tinggi(Superior) kepada yang rendah (inferior), membicarakan tentang pembebasan dari kesulitan hidup sehari-hari dan juga penebusan dari dosa.
Khesed /kasih karunia adalah istilah anugerah Allah dalam PL lain, yang merupakan istilah yang punya hubungan dengan istilah PB yaitu Kharis yang berarti anugerah. Dalam pengertian istilah ini terkandung unsur perasaan yang dalam, hubungan yang intim antara Allah dan manusia dalam rangka perorangan ataupun kelompok karena perjanjian unilateral dan juga adanya unsur keteguhan, tahan uji dan kokoh/kesetiaan.
Ada beberapa ajaran lain yang melibatkan istilah khesed dalam PL yaitu: persekutuan dengan Allah(Mazmur 5:8); Perjanjian Daud dan Perjanjian Musa (2 Samuel 7:15; Keluaran 20:6); pelepasan Allah (I Samuel 12:11); penyegaran rohani umat (Mazmur 85:7); pengampunan dosa umat (Bilangan 14:29); pengharapan orang-orang Israel (Mazmur 130:7-8); pujian kepada Allah (2 Tawarikh 5:13) dan pemeliharaan dunia (Mazmur 93:2-3).
Dari pernyataan-pernyataan tentang anugerah Allah tersebut dapat disimpulkan bahwa anugerah Allah adalah karakter Allah yang mendasar dan yang ditanam juga dalam karakter manusia. Anugerah Allah (khen) adalah suatu sikap tanpa pamrih dari yang Superior (Allah) kepada yang inferior (manusia) dalam hubungan dengan berkat-berkat pembebasan secara jasmani dan kesulitan hidup. Anugerah Allah (khesed) adalah kasih setia yang teguh antara dua kelompok yang mempunyai hubungan kekeluargaan dan khususnya dalam perjanjian-perjanjian di mana Allah terlibat dengan umat-Nya, dan menjadi jaminan kuat.
Pernyataan anugerah Allah dalam PL sangat jelas sebelum kejatuhan manusia dalam dosa, dan kepada orang-orang beriman pada masa hukum Taurat. Jadi ada dua macam anugerah yaitu anugerah umum (Common Grace) yang berhubungan dengan kebutuhan sehari-hari dan anugerah khusus (Special Grace) yang berhubungan dengan keselamatan dari dosa.
Cara anugerah Allah dalam PL dinyatakan melalui berbagai pengalaman hidup manusia. Orang-orang yang yang tercatat mendapatkan anugerah Allah adalah Nuh (Kejadian 6:8); Abraham (Kejadian 18:3); pengalaman Yakub (Kejadian 32:10); pengalaman Yusuf (Kejadian 39:21; 43:29); Israel sebagai umat (Keluaran 15:13) dan pengalaman Musa (Keluaran 33:11-17).
Peranan iman dalam keselamatan dalam PL sangatlah penting. Manusia(orang berdosa) ternyata tidak berdaya sama sekali dalam tiap-tiap masa ujian, sehingga untuk diselamatkan ia bergantung kepada Anugerah Allah. Pengalaman Abraham yang dibenarkan karena percayanya kepada Tuhan (Kejadian 15:6).
Juga pengalaman Daud diselamatkan oleh Allah karena beriman kepada Allah (Mazmur 26:1,4; 78:7). Dari bagian-bagian lain dalam PL yang menjadi sasaran Iman adalah Yahweh (TUHAN) seperti dalam Bilangan 20:12; Ulangan 1:342; 2 Raja-Raja 17:14; 2 Tawarikh 20:20 Mazmur 78:22 dan Yunus 3:5. Akhirnya yang menjadi sarana iman adalah Allah sebagai Juru Selamat (penebus, go’el) seperti dalam I Samuel 2:1; 2 Samuel 22:3 dan menjadi satu-satunya sumber penyelamat (Yunus 2:9; Yeremia 17:14).
III. AKIBAT TINDAKAN PENYELAMATAN
Akibat atau manfaat dari keselamatan dapat mencakup beberapa pokok. Dalam hal ini akan disampaikan tiga akibat penting dari prinsip keselamatan dalam PL berhubungan dengan relasi Tuhan dan manusia. Pertama, akibat tindakan Allah dalam keselamatan adalah pendamaian. Konsep pendamaian ini mempunyai dua sisi. Satu sisi menyatakan terjadinya pemindahan permusuhan antara Allah dan manusia yang diakibatkan oleh dosa. Sedang di sisi lain menyatakan terjadinya perubahan sikap manusia secara positif terhadap Allah.
Kata yang dipakai untuk pendamaian ini dalam bahasa Ibrani adalah gafirat dan kaphar (penutup) yaitu menyelubungi dosa sehingga tidak kelihatan (Imamat 6:30; 8:15; 16:20; Yehezkiel 45:15; 17:20; Daniel 9:24). Kata inilah yang biasa dipakai orang dalam menutup kapal kayu dengan pakal (Kejadian 6:14), tetapi apabila dalam bentuk “Piel” diterjemahkan sebagai “memperoleh pengampunan” dan karena itu berarti memperdamaikan.
Selain itu ada kata lain seperti “chata” yang diterjemahkan sebagai pendamaian (2 Tawarikh 29:24) dan juga kata “ratsah” dalam I Samuel 29:4 yang diterjemahkan menyukakan hati. Dalam hubungan dengan korban karena dosa kedua kata itu masing-masing berarti menanggung kesalahan dan menyenangkan hati/mendapat perkenaan.
Sarana pendamaian antara manusia dan Allah dalam PL pada umumnya melalui persembahan korban beberapa seekor domba untuk kepentingan korban sebagai pihak yang bersalah. Korban seekor domba yang dipersembahkan itu haruslah tidak bercacat dan bercela. Ini hanya digenapi dalam Kristus yang adalah satu-satunya yang memenuhi kreteria ini (Yohanes1:29; Ibrani 9:11-14; 10:5-7).
Dampak dari pendamaian ini adalah adanya kedudukan baru dimana manusia dimungkinkan memilih persekutuan yang erat dengan Allah. Juga ada dampak yang lebih dari itu adalah adanya kemuliaan di hadirat Allah di mana dosa dihapuskan sama sekali.
Akibat kedua dari tindakan keselamatan yang dilakukan Allah adalah adanya pembenaran. Kata ibrani yang digunakan untuk pembenaran adalah sadag yang berarti mengumumkan putusan yang menyenangkan, menyatakan benar. Konsep pembenaran ini merupakan istilah dalam persidangan, sehingga membenarkan berarti memberi putusan benar (Ulangan 25:1; 1Raja-raja 8:32; Amsal 17:15). Karena ide istilah ini berhubung dengan pengadilan maka pembenaran berhubungan dengan konsep tetntang Allah sebagai Hakim. Abraham mengakui Allah sebagai hakim segenap bumi yang harus melakukan yang benar dan adil (Kejadian18:25).
Pembenaran berhubungan dengan posisi seseorang secara legal di hadapan Allah. Unsur yang berhubungan dengan pembenaran adalah pengampunan dosa; pemindahan atau pengangkatan kesalahan atau rasa bersalah dan penghukuman karena dosa. Unsur kedua dari pembenaran adalah pencangkokan/penempatan akan kebenaran Allah dan penempatan kepada posisi yang menyenangkan hati Allah. Contoh dalam hal ini adalah pengalaman imam Yosua (Zakharia 3:4). Dan unsur ketiga dari pembenaran adalah adanya pembebesan dari kutuk Taurat.
Tindakan keselamatan juga mengakibatkan adanya penyucian. Penyucian ini adalah akibat yang ketiga yang dapat dijelaskan disini. Kata Ibrani yang dipakai adalah “qadasy” yang berarti pemisahan untuk maksud khusus yang meliputi juga penyerahan diri. Pemakaian kata ini biasa untuk imam-imam; nabi-nabi; raja, hakim-hakim dan juga Bait Allah, yang dipisahkan untuk pelayanan kepada Allah.
Pengudusan terjadi bersamaan dengan pelaksanaan upacara persembahan korban/pendamaian. Pengalaman pengudusan dapat dilihat dalam kehidupan Yakub (Kejadian 35:2); pengalaman Musa dan Umat Israel (Keluaran 14:14). Bagi orang Ibrani “tahir” atau “suci” terutama berarti memenuhi syarat untuk menghampiri Allah.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil mengenai konsep keselamatan dalam PL adalah :
Pertama, keselamatan dalam PL merupakan tindakan atau hasil dari pembebasan atau pemeliharaan dari bahaya atau penyakit, mencakup keselamatan, kesehatan dan kemakmuran di mana ada pergeseran arti dari ikhwal fisik ke kelepasan moral dan religius. Keselamatan itu bersifat pribadi maupun nasional dan dunia semesta berhubungan dengan seluruh umat manusia.
Kedua, konsep keselamatan dalam PL menyatakan bahwa pribadi penyelamat atau subyek yang bertindak dalam keselamatan adalah Yahweh sendiri dan atau dengan mempergunakan sarana-sarana yang dipakai-Nya untuk tujuan penyelamatan. Pribadi Allah yang agung yaitu anugerah Allah diberikan kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya yang sesungguhnya tidak layak menerimanya. Iman yaitu ketergantungan kepada pribadi Allah inilah yang juga memegang peranan penting dalam keselamatan seseorang.
Ketiga, akibat tindakan keselamatan yang dilakukan oleh Allah ini adalah adanya pendamaian yaitu kedudukan baru di mana manusia dimungkinkan mengalami persekutuan yang erat dengan Allah dalam kemuliaan di mana dosa dihapus sama sekali. Selain itu akibat tindakan keselamatan muncul pembenaran di mana orang berdosa dinyatakan benar sehingga menerima pengampunan dosa, ditempatkan pada posisi yang menyenangkan hati Allah dan dilepaskan dari kutuk Taurat. Akhirnya tindakan keselamatan menghasilkan pengudusan yang mana manusia dikhususkan/dipisahkan untuk pelayanan kepada Allah.
Aplikasi yang dapat diambil dari konsep keselamatan dalam PL adalah bahwa orang Kristen harus sadar dan insaf di mana manusia mengalami keselamatan dari Allah semata-mata karena anugerah Allah sehingga dapat berhubungan kembali dengan Allah dalam posisi yang baru dengan tujuan untuk melayani/memuliakan Allah. Philipus Pada Sulistya, M. Th
Di dalam PL istilah-istilah yang digunakan dengan pengertian keselamatan adalah:
Pertama Yasha yang secara harafiah berarti “kemerdekaan dari larangan-larangan dan ikatan-ikatan; melepaskan dari kehancuran moral dan memberi kemenangan” . Kata ini digunakan 353 kali, misalnya dalam Keluaran 14:30; Ulangan 33:29; I Samuel 17:47.
gadget, insurance |
Keselamatan dalam PL mengalami perkembangan dari menekankan cara-cara hamba Allah yang secara perorangan terlepas dari tangan musuh-musuh mereka ke pembebasan umat-Nya dari belenggu dan bermukimnya di tanah yang makmur. Dan akhirnya keselamatan dinyatakan pada keadaan-keadaan dan kualitas-kualitas keterberkatan secara moril dan religius dan meluasnya sampai melampaui batas-batas kebangsaan.
Kata yang digunakan untuk keselamatan dalam PL diatas dipakai untuk anugerah keselamatan dari Allah dan Allah sendiri sebagai pelaku keselamatan. Dari penggunaan kata untuk keselamatan tersebut maka dapatlah diambil kesimpulan bahwa keselamatan dalam PL merupakan tindakan atau hasil dari pembebasan atau pemeliharaan dari bahaya atau penyakit, mencakup kesehatan, keselamatan dan kemakmuran. Di sini ada pergeseran arti keselamatan dari ikhwal fisik ke kelepasan moral dan spiritual.
II. Pelaku Penyelamat/Subyek yang bertindak
Dalam PL Allah/Yahweh sendiri yang mengambil inisiatif pengadaan jalan keselamatan sebagaimana yang telah dijanjikan dalam Kejadian 3:15 saat setelah manusia jatuh dalam dosa. Kekejaman dosa di sini disinggung karena penting dalam keselamatan. Kehadiran dosa sangat mempengaruhi secara luar biasa akan kepribadian manusia dan hubungannya dengan Allah. Dosa membawa akibat jahat pada manusia sehingga secara sadar dan sukarela manusia melanggar perintah Allah. Bahkan dosa akhirnya menerobos, mengembang dan menguasai manusia sehingga manusia menjadi budak dosa (a willfull sinner , enslaved sinner).
Istilah dosa dalam bahasa Ibrani antara lain hatta’t yang berarti kehilangan standar, sasaran atau tujuan.; pesa’ berarti pelanggaran hubungan atau pemberontakan; ‘awon berarti jahat atau melawan; segagah berarti kesalahan dan ‘amal berarti mengacau secara sengaja atau penindasan . Dari pengertian istilah yang dipakai untuk dosa ini maka dalam konteks Alkitab dosa mempunyai beberapa aspek yaitu: ketidaktaatan atau pelanggaran hukum; pelanggaran dalam hubungannya dengan masyarakat, dan pemberontakan kepada Allah.
Cengkeraman dosa sangat melumpuhkan kepribadian manusia secara total melingkupi daging, tubuh, jiwa dan roh. Akibatnya manusia tidak berdaya menyelamatkan diri sendiri. Beberapa ayat yang menyatakan kelumpuhan itu Kejadian 6:5; Yeremia 17:9. Singkatnya di sini manusia telah mengalami kematian rohani dan akibat fatalnya manusia menerima hukuman Allah.
Cara pengobatan atau penyelesaian dosa ini hanyalah dari Allah sendiri dengan Hikmat, kuasa anugerah dan kasih Allah yang tak terbatas dengan merencanakan dan menyediakan keselamatan bagi manusia. Aspek anugerah, kesetiaan, kesabaran dan kasih Allah kepada manusia dinyatakan dalam mengadakan jalan keselamatan.
Sarana-sarana keselamatan langsung atau tidak langsung disediakan melalui para Bapa leluhur, hakim, pemberi hukum, imam, raja dan nabi. Hukum baik bersifat ritual maupun moral akibat dosa manusia tidak mampu memberikan keselamatan yang penuh, tetapi menunjukkan ciri dan tuntutan Allah dan kondisi kesejahteraan manusia. Aturan moral tersebut melahirkan legalisme yang bersifat keterikatan secara lahiriah sehingga kehilangan spiritual yang terdalam dan pembenaran diri sendiri untuk memperoleh keselamatan.
Pribadi Allah menuntut keselamatan manusia. Satu sifat yang menonjol dari kepribadian Allah dalam keselamatan adalah anugerah atau kasih karunia. Kepribadian Allah ini merupakan sifat hakiki kepercayaan Kristiani.
Istilah yang dipakai untuk anugerah Allah dalam PL untuk keselamatan antara lain: Khen yang dalam kata kerja berarti “membongkok” dan “merendahkan diri” yang meliputi pengertian menurunkan perhatian dan kasih (Yeremia 31:31-34; Habakuk 6:17).
Penggunaan istilah khen yang menggambarkan secara luar biasa kasih karunia Allah kepada manusia misalnya dalam Keluaran 33:13; 3:6-8; Yeremia 31:2; Zakharia 12:10; Ayub 33:24. Dari penggunaan istilah Khen ini dapat ditarik kesimpulan bahwa anugerah/pemberian Cuma-Cuma dari yang tinggi(Superior) kepada yang rendah (inferior), membicarakan tentang pembebasan dari kesulitan hidup sehari-hari dan juga penebusan dari dosa.
Khesed /kasih karunia adalah istilah anugerah Allah dalam PL lain, yang merupakan istilah yang punya hubungan dengan istilah PB yaitu Kharis yang berarti anugerah. Dalam pengertian istilah ini terkandung unsur perasaan yang dalam, hubungan yang intim antara Allah dan manusia dalam rangka perorangan ataupun kelompok karena perjanjian unilateral dan juga adanya unsur keteguhan, tahan uji dan kokoh/kesetiaan.
Ada beberapa ajaran lain yang melibatkan istilah khesed dalam PL yaitu: persekutuan dengan Allah(Mazmur 5:8); Perjanjian Daud dan Perjanjian Musa (2 Samuel 7:15; Keluaran 20:6); pelepasan Allah (I Samuel 12:11); penyegaran rohani umat (Mazmur 85:7); pengampunan dosa umat (Bilangan 14:29); pengharapan orang-orang Israel (Mazmur 130:7-8); pujian kepada Allah (2 Tawarikh 5:13) dan pemeliharaan dunia (Mazmur 93:2-3).
Dari pernyataan-pernyataan tentang anugerah Allah tersebut dapat disimpulkan bahwa anugerah Allah adalah karakter Allah yang mendasar dan yang ditanam juga dalam karakter manusia. Anugerah Allah (khen) adalah suatu sikap tanpa pamrih dari yang Superior (Allah) kepada yang inferior (manusia) dalam hubungan dengan berkat-berkat pembebasan secara jasmani dan kesulitan hidup. Anugerah Allah (khesed) adalah kasih setia yang teguh antara dua kelompok yang mempunyai hubungan kekeluargaan dan khususnya dalam perjanjian-perjanjian di mana Allah terlibat dengan umat-Nya, dan menjadi jaminan kuat.
Pernyataan anugerah Allah dalam PL sangat jelas sebelum kejatuhan manusia dalam dosa, dan kepada orang-orang beriman pada masa hukum Taurat. Jadi ada dua macam anugerah yaitu anugerah umum (Common Grace) yang berhubungan dengan kebutuhan sehari-hari dan anugerah khusus (Special Grace) yang berhubungan dengan keselamatan dari dosa.
Cara anugerah Allah dalam PL dinyatakan melalui berbagai pengalaman hidup manusia. Orang-orang yang yang tercatat mendapatkan anugerah Allah adalah Nuh (Kejadian 6:8); Abraham (Kejadian 18:3); pengalaman Yakub (Kejadian 32:10); pengalaman Yusuf (Kejadian 39:21; 43:29); Israel sebagai umat (Keluaran 15:13) dan pengalaman Musa (Keluaran 33:11-17).
Peranan iman dalam keselamatan dalam PL sangatlah penting. Manusia(orang berdosa) ternyata tidak berdaya sama sekali dalam tiap-tiap masa ujian, sehingga untuk diselamatkan ia bergantung kepada Anugerah Allah. Pengalaman Abraham yang dibenarkan karena percayanya kepada Tuhan (Kejadian 15:6).
Juga pengalaman Daud diselamatkan oleh Allah karena beriman kepada Allah (Mazmur 26:1,4; 78:7). Dari bagian-bagian lain dalam PL yang menjadi sasaran Iman adalah Yahweh (TUHAN) seperti dalam Bilangan 20:12; Ulangan 1:342; 2 Raja-Raja 17:14; 2 Tawarikh 20:20 Mazmur 78:22 dan Yunus 3:5. Akhirnya yang menjadi sarana iman adalah Allah sebagai Juru Selamat (penebus, go’el) seperti dalam I Samuel 2:1; 2 Samuel 22:3 dan menjadi satu-satunya sumber penyelamat (Yunus 2:9; Yeremia 17:14).
III. AKIBAT TINDAKAN PENYELAMATAN
Akibat atau manfaat dari keselamatan dapat mencakup beberapa pokok. Dalam hal ini akan disampaikan tiga akibat penting dari prinsip keselamatan dalam PL berhubungan dengan relasi Tuhan dan manusia. Pertama, akibat tindakan Allah dalam keselamatan adalah pendamaian. Konsep pendamaian ini mempunyai dua sisi. Satu sisi menyatakan terjadinya pemindahan permusuhan antara Allah dan manusia yang diakibatkan oleh dosa. Sedang di sisi lain menyatakan terjadinya perubahan sikap manusia secara positif terhadap Allah.
Kata yang dipakai untuk pendamaian ini dalam bahasa Ibrani adalah gafirat dan kaphar (penutup) yaitu menyelubungi dosa sehingga tidak kelihatan (Imamat 6:30; 8:15; 16:20; Yehezkiel 45:15; 17:20; Daniel 9:24). Kata inilah yang biasa dipakai orang dalam menutup kapal kayu dengan pakal (Kejadian 6:14), tetapi apabila dalam bentuk “Piel” diterjemahkan sebagai “memperoleh pengampunan” dan karena itu berarti memperdamaikan.
Selain itu ada kata lain seperti “chata” yang diterjemahkan sebagai pendamaian (2 Tawarikh 29:24) dan juga kata “ratsah” dalam I Samuel 29:4 yang diterjemahkan menyukakan hati. Dalam hubungan dengan korban karena dosa kedua kata itu masing-masing berarti menanggung kesalahan dan menyenangkan hati/mendapat perkenaan.
Sarana pendamaian antara manusia dan Allah dalam PL pada umumnya melalui persembahan korban beberapa seekor domba untuk kepentingan korban sebagai pihak yang bersalah. Korban seekor domba yang dipersembahkan itu haruslah tidak bercacat dan bercela. Ini hanya digenapi dalam Kristus yang adalah satu-satunya yang memenuhi kreteria ini (Yohanes1:29; Ibrani 9:11-14; 10:5-7).
Dampak dari pendamaian ini adalah adanya kedudukan baru dimana manusia dimungkinkan memilih persekutuan yang erat dengan Allah. Juga ada dampak yang lebih dari itu adalah adanya kemuliaan di hadirat Allah di mana dosa dihapuskan sama sekali.
Akibat kedua dari tindakan keselamatan yang dilakukan Allah adalah adanya pembenaran. Kata ibrani yang digunakan untuk pembenaran adalah sadag yang berarti mengumumkan putusan yang menyenangkan, menyatakan benar. Konsep pembenaran ini merupakan istilah dalam persidangan, sehingga membenarkan berarti memberi putusan benar (Ulangan 25:1; 1Raja-raja 8:32; Amsal 17:15). Karena ide istilah ini berhubung dengan pengadilan maka pembenaran berhubungan dengan konsep tetntang Allah sebagai Hakim. Abraham mengakui Allah sebagai hakim segenap bumi yang harus melakukan yang benar dan adil (Kejadian18:25).
Pembenaran berhubungan dengan posisi seseorang secara legal di hadapan Allah. Unsur yang berhubungan dengan pembenaran adalah pengampunan dosa; pemindahan atau pengangkatan kesalahan atau rasa bersalah dan penghukuman karena dosa. Unsur kedua dari pembenaran adalah pencangkokan/penempatan akan kebenaran Allah dan penempatan kepada posisi yang menyenangkan hati Allah. Contoh dalam hal ini adalah pengalaman imam Yosua (Zakharia 3:4). Dan unsur ketiga dari pembenaran adalah adanya pembebesan dari kutuk Taurat.
Tindakan keselamatan juga mengakibatkan adanya penyucian. Penyucian ini adalah akibat yang ketiga yang dapat dijelaskan disini. Kata Ibrani yang dipakai adalah “qadasy” yang berarti pemisahan untuk maksud khusus yang meliputi juga penyerahan diri. Pemakaian kata ini biasa untuk imam-imam; nabi-nabi; raja, hakim-hakim dan juga Bait Allah, yang dipisahkan untuk pelayanan kepada Allah.
Pengudusan terjadi bersamaan dengan pelaksanaan upacara persembahan korban/pendamaian. Pengalaman pengudusan dapat dilihat dalam kehidupan Yakub (Kejadian 35:2); pengalaman Musa dan Umat Israel (Keluaran 14:14). Bagi orang Ibrani “tahir” atau “suci” terutama berarti memenuhi syarat untuk menghampiri Allah.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil mengenai konsep keselamatan dalam PL adalah :
Pertama, keselamatan dalam PL merupakan tindakan atau hasil dari pembebasan atau pemeliharaan dari bahaya atau penyakit, mencakup keselamatan, kesehatan dan kemakmuran di mana ada pergeseran arti dari ikhwal fisik ke kelepasan moral dan religius. Keselamatan itu bersifat pribadi maupun nasional dan dunia semesta berhubungan dengan seluruh umat manusia.
Kedua, konsep keselamatan dalam PL menyatakan bahwa pribadi penyelamat atau subyek yang bertindak dalam keselamatan adalah Yahweh sendiri dan atau dengan mempergunakan sarana-sarana yang dipakai-Nya untuk tujuan penyelamatan. Pribadi Allah yang agung yaitu anugerah Allah diberikan kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya yang sesungguhnya tidak layak menerimanya. Iman yaitu ketergantungan kepada pribadi Allah inilah yang juga memegang peranan penting dalam keselamatan seseorang.
Ketiga, akibat tindakan keselamatan yang dilakukan oleh Allah ini adalah adanya pendamaian yaitu kedudukan baru di mana manusia dimungkinkan mengalami persekutuan yang erat dengan Allah dalam kemuliaan di mana dosa dihapus sama sekali. Selain itu akibat tindakan keselamatan muncul pembenaran di mana orang berdosa dinyatakan benar sehingga menerima pengampunan dosa, ditempatkan pada posisi yang menyenangkan hati Allah dan dilepaskan dari kutuk Taurat. Akhirnya tindakan keselamatan menghasilkan pengudusan yang mana manusia dikhususkan/dipisahkan untuk pelayanan kepada Allah.
Aplikasi yang dapat diambil dari konsep keselamatan dalam PL adalah bahwa orang Kristen harus sadar dan insaf di mana manusia mengalami keselamatan dari Allah semata-mata karena anugerah Allah sehingga dapat berhubungan kembali dengan Allah dalam posisi yang baru dengan tujuan untuk melayani/memuliakan Allah. Philipus Pada Sulistya, M. Th