5 PEMICU PRIA KRISTEN JATUH DALAM PERSELINGKUHAN
Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th.
Seorang pria yang memutuskan untuk meninggalkan jalan kebenaran karena mengejar sesuatu yang lain dan terjerumus ke dalam kesalahan, biasanya bukan merupakan hasil keputusan yang spontanitas atau tiba-tiba terjadi begitu saja, melainkan karena mereka telah membuat langkah-langkah kecil menjauhi jalan kebenaran dan merasa nyaman tanpa ada yang mengetahuinya. Pada akhirnya, ketika ia benar-benar meninggalkan jalan kebenaran dan tidak mampu kembali lagi.
Seorang pria yang memutuskan untuk meninggalkan jalan kebenaran karena mengejar sesuatu yang lain dan terjerumus ke dalam kesalahan, biasanya bukan merupakan hasil keputusan yang spontanitas atau tiba-tiba terjadi begitu saja, melainkan karena mereka telah membuat langkah-langkah kecil menjauhi jalan kebenaran dan merasa nyaman tanpa ada yang mengetahuinya. Pada akhirnya, ketika ia benar-benar meninggalkan jalan kebenaran dan tidak mampu kembali lagi.
gadget, otomotif |
Namun orang-orang yang melihat hal itu seakan-akan merupakan sesuatu yang terjadi secara spontanitas, padahal sebenarnya tidaklah demikian. Ia tiba-tiba meninggalkan istrinya dan semua orang yang mengasihinya. Ia meninggalkan segalanya: meninggalkan Allah, keluarga, sahabat, dan pekerjaannya.
Orang-orang bertanya-tanya: “Apakah yang terjadi dengan pria yang sangat baik, terdidik dan setia ini, sehingga tiba-tiba ia meninggalkan jalan kebenaran dan jatuh dalam kesalahan?”. Sekali lagi, itu bukan hal yang terjadi secara spontan, melainkan ketidakbenaran yang dimulai secara perlahan-lahan untuk memenuhi kebutuhan ego, hingga akhirnya ia terjatuh.
Ketahuilah ini, apa yang menyebabkan seorang pria Kristen meninggalkan jalan kebenaran dan terjatuh dalam kesalahannya adalah rasa aman yang palsu, yang didasarkan pada gagasan bahwa ia kebal terhadap godaan karena ia telah terdidik dalam ajaran dan iman Kristen serta penuh Roh Kudus. Ini tidak benar! Hal-hal tersebut memang sengat membantu kita dalam melewati berbagai kesulitan dan menang, tetapi tidak membuat kita kebal terhadap godaan.
Roh Kudus maupun pengetahuan doktrinal bukan diberikan kepada kita untuk menjadikan kita kebal terhadap godaan, tetapi untuk membantu kita bertumbuh, mengembangkan karakter dan menjadi kuat, serta menjadi pribadi yang dewasa dalam iman dan perbuatan, sehingga dalam situasi apa pun kita dapat mengendalikan diri sendiri. Karena satu-satunya cara seorang pria Kristen dapat menghindari jebakan kebutuhan ego ini adalah dengan mengendalikan dirinya sendiri. (Bandingkan 1 Korintus 9:15; 2 Timotius 4:5; Titus 4:6; 1 Petrus 4:7)
Selain itu beberapa hal berikut ini dapat menjadi pemicu orang Kristen yang baik akhirnya terjatuh.
(1) Kemapanan ekonomi. Ketika apa yang diingini dapat dipenuhi ego meningkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seiring dengan meningkatkan kesejahteraan ekonomi (finansial) seseorang egonya juga meningkat. Ia mulai merasa bahwa segala sesuatu bisa dibeli dan bayar dengan uang. Ketika ada uang, ada niat dan kesempatan maka bisa terjadi petualangan seksual seperti perselingkuhan.
(2) Komitmen keagamaan yang rendah. Orang yang beribadah adalah satu hal, menghayati nilai-nilai keagamaan adalah hal lainnya. Jadi orang yang tampak beribadah belum tentu menghayati nilai-nilai keagamaannya.
(3) Tidak memahami tujuan pernikahan Kristen. Memahami esensi pernikahan Kristen seperti yang dirancang dan ditetapkan Allah dari sejak semula sangatlah penting bagi kelanggengan hubungan pernikahan.
(4) Kedagingan (candu seks). Kecanduan seks dan pornografi membuat seseorang rentan terhadap perselingkuhan. Rasul Paulus dalam Galatia 5:19 mengingatkan, “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu…”
(5) Kebutuhan ego. Terus terang, kebutuhan ego dapat membuat seorang pria terkadang bertindak bodoh dan tidak terhormat. Keinginan untuk dihargai dan dikagumi merupakan kebutuhan ego yang bisa di dapat oleh seorang pria dari lawan jenisnya. Kebutuhan ego ini dapat membuat seorang pria Kristen yang terdidik, setia, waras, penuh kasih, dan bahkan dipenuhi Roh Kudus meninggalkan istrinya untuk wanita lain dan berkata, “wanita ini membuatku nyaman”.
Ada kebutuhan ego dalam pernyataan tersebut! Namun ironinya, beberapa pria berpikir bahwa mereka tidak dapat jatuh ke dalam jebakan ego ini. Dalam banyak kasus kejatuhan seorang pria dalam perselingkuhan dan skandal seksual sebenarnya bukanlah karena daya tarik wanita terlalu kuat, melainkan karena egonya yang terlalu lemah