GEREJA YANG MISKIN MENOLONG GEREJA LAIN YANG LEBIH MISKIN (2 KORINTUS 8:1-12)

Pdt. Budi Asali, M.Div.

Bacaan Alkitab 2 Korintus 8:1-12

I) Latar belakang kontext ini.

Latar belakang kontext ini adalah: orang-orang Kristen Yerusalem mengalami kesukaran. Dalam Kisah Para Rasul 11:27-28 terlihat bahwa dinubuatkan akan adanya bahaya kelaparan yang besar, dan rupanya hal inilah yang menyebabkan orang-orang Kristen dari gereja Yerusalem sangat menderita / miskin.
GEREJA YANG MISKIN MENOLONG GEREJA LAIN YANG LEBIH MISKIN (2 KORINTUS 8:1-12)
keuangan, asuransi, otomotif
Kisah Para Rasul 11:27-28 - “(27) Pada waktu itu datanglah beberapa nabi dari Yerusalem ke Antiokhia. (28) Seorang dari mereka yang bernama Agabus bangkit dan oleh kuasa Roh ia mengatakan, bahwa seluruh dunia akan ditimpa bahaya kelaparan yang besar. Hal itu terjadi juga pada zaman Klaudius.”.

Ada pro kontra di antara para penafsir. Ada yang menganggap bahwa yang dimaksud seluruh dunia adalah seluruh kekaisaran Romawi, dan ada yang menganggap hanya tanah Kanaan saja. Tetapi yang jelas gereja Yerusalem terkena, dan ini menyebabkan mereka yang tadinya sudah menderita dan miskin karena permusuhan dari orang-orang Yahudi yang non Kristen dan orang-orang Romawi, sekarang menjadi lebih menderita dan lebih miskin lagi.

Bukan hanya pada jaman itu ada gereja yang menderita dan miskin. Dalam setiap jaman ada gereja yang menderita dan miskin. Apa yang harus dilakukan oleh sebuah gereja / orang-orang Kristen dari suatu gereja pada saat mereka mengetahui adanya gereja lain yang menderita / miskin?

Ada beberapa alasan yang sering menyebabkan suatu gereja tidak menolong gereja lain yang menderita / miskin:

1) Pemikiran yang egois dan tidak kasih seperti “Tak perlu peduli / urusi gereja lain, gereja kita juga butuh uang dan banyak problem.”.

Intinya: alasan terutama untuk tidak menolong adalah ‘tidak adanya kasih’ dan tidak ada rasa kesatuan antar gereja sebagai sesama saudara seiman atau sesama anak Tuhan!

2) Menggunakan Ro 8:28 secara salah.

Roma 8:28 - “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”.

Orang-orang yang kurang ajar menafsirkan: kalau gereja yang menderita / miskin itu adalah anak-anak Tuhan, toh itu semua akan membawa kebaikan bagi mereka. Jadi, tak perlu kita menolong mereka. Ingat bahwa Iblis pun menggunakan ayat Alkitab dalam mencobai Yesus!

3) Gereja kita juga pernah miskin dan menderita, dan kita bisa menjalaninya dan mengatasinya; jadi mereka juga harus bisa.

4) Kalau sekarang kita menolong gereja lain, bagaimana nanti kalau kita sendiri butuh uang?

Mungkin ada banyak alasan lain untuk tidak menolong, tetapi sekarang saya akan konsentrasikan pada apa yang sebaliknya, yaitu alasan-alasan mengapa kita harus menolong gereja lain yang menderita / miskin.

Catatan: gereja lain itu harus adalah gereja yang benar, injili dan Alkitabiah. Beda aliran tak jadi soal asal mereka gereja benar, bukan gereja sesat! Kalau gereja sesat, kita boleh / harus menolong orangnya tetapi bukan gerejanya!

II) Teladan dari Kristus.

Dalam 2Korintus 8:9, Paulus menggunakan teladan Kristus, supaya orang-orang Kristen di Korintus mau ikut menyumbang orang-orang Kristen di Yerusalem.

2Kor 8:9 - “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya.”.

The Bible Exposition Commentary: “Jesus Christ is always the preeminent example for the believer to follow, whether in service, suffering, or sacrifice. ... Jesus Christ gave Himself for us (Gal 1:4; 2:20). Should we not give ourselves to Him? He died so that we might not live for ourselves, but for Him and for others (2 Cor 5:15).” [= Yesus Kristus selalu merupakan teladan yang unggul bagi orang percaya untuk diikuti, apakah dalam pelayanan, penderitaan, atau pengorbanan. ... Yesus Kristus memberikan diriNya sendiri bagi kita (Gal 1:4; 2:20). Bukankah kita harus memberikan diri kita bagi Dia? Ia mati supaya kita tidak hidup untuk diri kita sendiri, tetapi untuk Dia dan untuk orang-orang lain (2Korintus 5:15).].

Galatia 1:4 - “yang telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan Bapa kita.”.

Galatia 2:20 - “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk aku.”.

2Korintus 5:15 - “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.”.

Charles Hodge: “There are two things indicated and intended in this verse. That self-sacrifice is the proper test of love. And second, that the example of Christ, and the obligation under which we lie to him, should lead us to do good to others. ... It is not only the example of Christ which is held up for our imitation; but gratitude to Christ for the infinite blessings we receive from him, is presented as the motive to liberality” [= Ada dua hal yang dinyatakan dan dimaksudkan dalam ayat ini. Bahwa pengorbanan diri sendiri merupakan test yang benar dari kasih. Dan kedua, bahwa teladan Kristus, dan kewajiban terhadap Dia di bawah mana kita berada, harus memimpin kita untuk melakukan yang baik bagi orang-orang lain. ... Bukan hanya teladan Kristus yang ditegakkan bagi peniruan kita; tetapi rasa terima kasih kepada Kristus untuk berkat-berkat yang tak terhingga yang kita terima dari Dia, diberikan / diajukan sebagai dorongan kepada kedermawanan].

Barnes’ Notes: “The apostle Paul was accustomed to illustrate every subject, and to enforce every duty where it could be done, by a reference to the life and sufferings of the Lord Jesus Christ. The design of this verse is apparent. It is, to show the duty of giving liberally to the objects of benevolence, from the fact that the Lord Jesus was willing to become poor in order that he might benefit others. The idea is, that he who was Lord and proprietor of the universe, and who possessed all things, was willing to leave his exalted station in the bosom of the Father and to become poor, in order that we might become rich in the blessings of the gospel, in the means of grace, and as heirs of all things; and that we who are thus benefitted, and who have such an example, should be willing to part with our earthly possessions in order that we may benefit others” [= Rasul Paulus terbiasa untuk menjelaskan setiap pokok, dan untuk menekankan setiap kewajiban dimana hal itu bisa dilakukan, dengan menghubungkannya dengan kehidupan dan penderitaan dari Tuhan Yesus Kristus. Rancangan / tujuan dari ayat ini adalah jelas. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kewajiban memberi dengan royal kepada obyek dari kebajikan / perbuatan baik, dari fakta bahwa Tuhan Yesus mau menjadi miskin supaya Ia bisa memberi manfaat / keuntungan kepada orang-orang lain. Gagasannya adalah, bahwa Ia yang adalah Tuhan dan pemilik dari alam semesta, dan yang memiliki segala sesuatu, mau meninggalkan tempat-Nya yang mulia di dada Bapa dan menjadi miskin, supaya kita bisa menjadi kaya dalam berkat-berkat dari Injil, dalam jalan kasih karunia, dan sebagai pewaris-pewaris dari segala sesuatu; dan supaya kita yang sudah mendapatkan keuntungan / manfaat seperti itu, dan yang mempunyai teladan seperti itu, mau berpisah dengan milik / harta duniawi kita supaya kita bisa menguntungkan / memberi manfaat kepada orang-orang lain].

III) Gereja membantu gereja.

Dalam Kitab Suci juga ada teladan yang sangat baik dari gereja-gereja yang membantu gereja lain yang mengalami kesukaran, penderitaan dan kemiskinan.

1) Gereja Antiokhia membantu gereja Yerusalem.

Kisah Para Rasul 11:27-30 - “(27) Pada waktu itu datanglah beberapa nabi dari Yerusalem ke Antiokhia. (28) Seorang dari mereka yang bernama Agabus bangkit dan oleh kuasa Roh ia mengatakan, bahwa seluruh dunia akan ditimpa bahaya kelaparan yang besar. Hal itu terjadi juga pada zaman Klaudius. (29) Lalu murid-murid memutuskan untuk mengumpulkan suatu sumbangan, sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing dan mengirimkannya kepada saudara-saudara yang diam di Yudea. (30) Hal itu mereka lakukan juga dan mereka mengirimkannya kepada penatua-penatua dengan perantaraan Barnabas dan Saulus.”.

Dari Kis 11:29-30 di atas ini terlihat bahwa ‘murid-murid’ (orang-orang Kristen di Antiokhia) mengumpulkan uang untuk membantu orang-orang Kristen di Yerusalem.

a) Padahal bahaya kelaparan yang dinubuatkan dalam Kis 11:28 itu mungkin juga menimpa mereka sendiri (ini tergantung apa arti dari kata-kata ‘seluruh dunia’ dalam Kisah Para Rasul 11:28 itu).

b) Mungkin mereka merasa berhutang budi kepada gereja di Yerusalem dari mana Injil yang mereka terima itu berasal.

Bdk. Roma 15:27 - “Keputusan itu memang telah mereka ambil, tetapi itu adalah kewajiban mereka. Sebab, jika bangsa-bangsa lain telah beroleh bagian dalam harta rohani orang Yahudi, maka wajiblah juga bangsa-bangsa lain itu melayani orang Yahudi dengan harta duniawi mereka.”.

c) Mereka memberi ‘sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing’ (Kis 11:29)! Tuhan tidak menuntut seseorang memberikan apa yang tidak ia punyai.

Anonymous: “It’s not what you’d do with a million, If riches should e’er be your lot, But what are you doing at present With the dollar and a quarter you’ve got?” [= Bukanlah apa yang engkau akan lakukan dengan satu juta, Jika kekayaan adalah bagianmu / nasibmu, Tetapi apa yang engkau sedang lakukan pada saat ini Dengan dolar dan ¼ dolar / 25 sen yang engkau miliki?] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 239.

Illustrasi: ada sebuah gereja sedang membangun gerejanya, dan pendetanya lalu mendatangi jemaatnya satu per satu untuk minta mereka menyumbang. Pada waktu ia bertemu dengan seorang jemaat ia bertanya: “Kalau engkau mempunyai uang 10.000 dolar, maukah engkau memberikan setengahnya untuk Tuhan?”. Jemaat itu menjawab: “O tentu aku mau, tetapi aku tak punya uang sebanyak itu!”. Pendeta itu bertanya lagi: “Kalau engkau mempunyai sawah 10 hektar, maukah engkau memberikan setengahnya untuk Tuhan?”. Jemaat itu lagi-lagi menjawab: “O tentu aku mau, tetapi sawahku ini sawah pinjaman.”. Pendeta itu bertanya lagi: “Kalau engkau mempunyai 2 ekor babi, maukah engkau memberikan setengahnya untuk Tuhan?”. Jemaat itu menjadi marah! Karena apa? Karena ia memang mempunyai 2 ekor babi!

Pointnya, jangan berangan-angan untuk memberi banyak seandainya saudara seorang kaya. Lihatlah apa yang saudara punya saat ini, dan berikanlah sesuai kemampuan saudara!

d) Yang dibantu oleh mereka hanyalah orang Kristen (Kis 11:29b - ‘dan mengirimkannya kepada saudara-saudara yang diam di Yudea’). Mengapa? Apakah orang Kristen tidak perlu membantu orang non Kristen? Tentu saja ya, tetapi kalau kemampuan terbatas, maka sesama saudara seiman harus diprioritaskan!

Galatia 6:9-10 - “(9) Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. (10) Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.”.

e) Di sini terlihat kesatuan Gereja! Orang-orang Kristen dari Antiokhia (Syria, non Yahudi) membantu orang-orang Kristen di Yerusalem (Yahudi).

2) Teladan dari gereja-gereja Makedonia.

Gereja-gereja di Makedonia sudah menyumbang kepada orang-orang Kristen di Yerusalem. Ini terlihat dari Roma 15:25-27 - “(25) Tetapi sekarang aku sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk mengantarkan bantuan kepada orang-orang kudus. (26) Sebab Makedonia dan Akhaya telah mengambil keputusan untuk menyumbangkan sesuatu kepada orang-orang miskin di antara orang-orang kudus di Yerusalem. (27) Keputusan itu memang telah mereka ambil, tetapi itu adalah kewajiban mereka. Sebab, jika bangsa-bangsa lain telah beroleh bagian dalam harta rohani orang Yahudi, maka wajiblah juga bangsa-bangsa lain itu melayani orang Yahudi dengan harta duniawi mereka.”.

Dalam mendorong jemaat gereja Korintus itu Paulus menggunakan teladan dari gereja-gereja di Makedonia itu.

2Korintus 8:1-5: “(1) Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. (2) Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. (3) Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. (4) Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus. (5) Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami.”.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari text ini:

a) Jemaat dari gereja-gereja di Makedonia itu sendiri sedang sangat menderita dan sangat miskin, tetapi mereka mendesak untuk ikut berpartisipasi dalam membantu orang-orang Kristen yang menderita di Yerusalem (2 Korintus 8:1-4).

Adam Clarke: “Even the poor are called to relieve those who are poorer than themselves; and the afflicted, to comfort those who are more afflicted than they are” [= Bahkan orang miskin dipanggil untuk meringankan beban dari mereka yang lebih miskin dari diri mereka; dan orang yang menderita dipanggil untuk menghibur mereka yang lebih menderita dari mereka].

Corinne U. Wells: “You do not have to be rich to be generous. If he has the spirit of true generosity, a pauper can give like a prince” [= Engkau tidak harus kaya untuk menjadi dermawan. Jika ia mempunyai semangat kedermawanan yang benar, seorang miskin bisa memberi seperti seorang pangeran] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 244.

b) Paulus menyebut ini sebagai kasih karunia Allah yang dianugerahkan kepada orang-orang Kristen di Makedonia itu (2 Korintus 8:1).

Matthew Henry: “The grace of God must be owned as the root and fountain of all the good that is in us, or done by us, at any time; and it is great grace and favour from God, and bestowed on us, if we are made useful to others, and are forward to any good work” [= Kasih karunia Allah harus diakui sebagai akar dan sumber dari semua kebaikan yang ada dalam diri kita, atau yang dilakukan oleh kita, pada setiap saat; dan merupakan kasih karunia dan kebaikan yang besar dari Allah, dan diberikan kepada kita, jika kita dibuat menjadi berguna bagi orang-orang lain, dan siap untuk perbuatan baik apapun].

Barnes’ Notes: “‎the phrase ‘grace of God,’ means that God had bestowed on them grace to give according to their ability in this cause. ... a disposition to contribute to the cause of benevolence is to be traced to God. He is its author. He excites it” [= ungkapan ‘kasih karunia Allah’, berarti bahwa Allah telah memberikan kepada mereka kasih karunia untuk memberi sesuai dengan kemampuan mereka dalam perkara ini. ... suatu kecondongan untuk memberikan sumbangsih pada perkara kebaikan harus dilacak kepada Allah. Ia adalah penciptanya. Ia yang membangkitkannya].

c) Memberi melampaui kemampuan?

Kita harus hati-hati dalam menafsirkan kata-kata ‘mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka.’ (2 Korintus 8:3).

Adam Clarke mengatakan bahwa mereka memberikan sampai mengorbankan kebutuhan pokok mereka sendiri. Tetapi saya berpendapat bahwa tindakan seperti ini hanya boleh dilakukan kalau memang ada keyakinan yang benar bahwa Tuhan menghendaki hal itu.

Dan tindakan ini juga perlu diseimbangkan dengan kata-kata Paulus dalam 2Korintus 9:7 - “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.”.

Tetapi 2Korintus 9:7 ini juga perlu diwaspadai penafsirannya. Bandingkan dengan 2 kutipan di bawah ini.

Wisconsin Journal of Edification: “Too often a cheerful giver is cheerful only because he’s got away with giving as little as possible” [= Terlalu sering orang yang memberi dengan sukacita bersukacita hanya karena ia telah lolos dengan memberi sesedikit mungkin] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 244.

Anonymous: “Giving until it hurts is not a true measure of charity. Some are more easily hurt than others” [= Memberi sampai terasa sakit bukanlah ukuran yang benar dari amal. Sebagian orang lebih mudah merasa sakit dari pada yang lain] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 69.

d) Dalam memberi, mereka pertama-tama memberikan diri mereka kepada Allah, dan lalu oleh kehendak Allah mereka memberikannya kepada Paulus (2 Korintus 8:5).

Roy L. Smith: “No man is really consecrated until his money is dedicated” [= Tak ada seorangpun yang betul-betul dikuduskan sampai uangnya dipersembahkan] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 464.

The Bible Exposition Commentary: “If we give ourselves to God, we will have little problem giving our substance to God. If we give ourselves to God, we will also give of ourselves for others. It is impossible to love God and ignore the needs of your neighbor” [= Jika kita memberikan diri kita sendiri kepada Allah, kita tidak akan mempunyai kesukaran untuk memberikan milik / kekayaan kita kepada Allah. Jika kita memberikan diri kita sendiri kepada Allah, kita juga akan memberikan diri kita kepada orang-orang lain. Adalah mustahil untuk mengasihi Allah dan mengabaikan kebutuhan dari sesama kita].

Barnes’ Notes: “The phrase ‘by the will of God,’ means evidently that God moved them to this, or that it was to be traced to his direction and providence. It is one of the instances in which Paul traces everything that is right and good to the agency and direction of God” [= Ungkapan ‘oleh kehendak Allah’, jelas berarti bahwa Allah menggerakkan mereka pada hal ini, atau bahwa itu harus dilacak pada pengarahan dan providensiaNya. Ini merupakan salah satu contoh dalam mana Paulus melacak segala sesuatu yang benar dan baik kepada pekerjaan dan pengarahan dari Allah].

Matthew Henry: “What we give or bestow for charitable uses will not be accepted of God, nor turn to our advantage, unless we first give ourselves to the Lord” [= Apa yang kita berikan untuk penggunaan yang murah hati tidak akan diterima oleh Allah, ataupun berubah menjadi keuntungan kita, kecuali kita pertama-tama memberikan diri kita sendiri kepada Tuhan].

3) Gereja Korintus membantu gereja Yerusalem.

2Korintus 8:6 - “Sebab itu kami mendesak kepada Titus, supaya ia mengunjungi kamu dan menyelesaikan pelayanan kasih itu sebagaimana ia telah memulainya.”.

Dari ayat di atas ini kelihatannya sudah ada pengumpulan dana di Korintus, yang diceritakan dalam 1Korintus 16:1-3 - “(1) Tentang pengumpulan uang bagi orang-orang kudus, hendaklah kamu berbuat sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang kuberikan kepada Jemaat-jemaat di Galatia. (2) Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing - sesuai dengan apa yang kamu peroleh - menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang. (3) Sesudah aku tiba, aku akan mengutus orang-orang, yang kamu anggap layak, dengan surat ke Yerusalem untuk menyampaikan pemberianmu.”.

Dan Paulus ingin supaya apa yang sudah dimulai itu, diselesaikan sekarang.

2Korintus 8:6,10-11a - “(6) Sebab itu kami mendesak kepada Titus, supaya ia mengunjungi kamu dan menyelesaikan pelayanan kasih itu sebagaimana ia telah memulainya. ... (10) Inilah pendapatku tentang hal itu, yang mungkin berfaedah bagimu. Memang sudah sejak tahun yang lalu kamu mulai melaksanakannya dan mengambil keputusan untuk menyelesaikannya juga. (11a) Maka sekarang, selesaikan jugalah pelaksanaannya itu!”.

Calvin mengatakan bahwa adalah mungkin bahwa semangat membantu yang tadi ada dalam jemaat Korintus itu mulai mendingin, dan Paulus menasihati mereka untuk menyelesaikan apa yang sudah mereka mulai.

Dan Paulus menambahkan bahwa mereka harus memberi sesuai dengan apa yang ada pada mereka.

2Korintus 8:11b-12 - “(11b) Hendaklah pelaksanaannya sepadan dengan kerelaanmu, dan lakukanlah itu dengan apa yang ada padamu. (12) Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu.”.

Dengan adanya kata-kata ini maka tidak ada orang yang tidak harus memberi. Orang miskin yang bisanya hanya memberi sedikit, harus memberi yang sedikit itu. Sedangkan orang kaya, yang bisa memberi banyak, harus memberi banyak.

Calvin: “In this way none are excused; for the rich, on the one hand, owe to God a larger offering, and the poor, on the other hand, ought not to be ashamed of their slender resources” [= Dengan cara ini tidak ada yang punya alasan untuk dibebaskan; karena di satu sisi orang kaya berhutang kepada Allah persembahan yang lebih besar, dan di sisi lain orang miskin tidak boleh malu tentang sumber mereka yang kecil].

IV) Beberapa kutipan yang mendorong untuk memberi.

1) Dari Kitab Suci:

Amsal 28:27 - “Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan, tetapi orang yang menutup matanya akan sangat dikutuki.”.

Amsal 19:17 - “Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu.”.

Amsal 11:25 - “Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum.”.

Kis 20:35 - “Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.’”.

2) Dari sumber-sumber lain.

Billy Graham: “God has given us two hands - one to receive with and the other to give with. We are not cistern made for hoarding; we are channels made for sharing” [= Allah telah memberi kita dua tangan - satu digunakan untuk menerima dan yang lain untuk memberi. Kita bukanlah tangki / bak air yang dibuat untuk menimbun; kita adalah saluran yang dibuat untuk membagikan] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 241.

Clarence Jordan: “The measure of a Christian is not in the height of his grasp but in the depth of his love” [= Ukuran dari seorang Kristen bukanlah tingginya pemahaman / pengertiannya tetapi dalamnya kasihnya] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 100.

Anonymous: “Piety and pity were originally the same. The ‘e’ of piety is simply dropped in pity” [= Kesalehan (piety) dan belas kasihan (pity) semula adalah sama. Hanya huruf ‘e’ dari kesalehan (piety) dicoret dalam belas kasihan (pity)] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 492.

Thomas Aquinas: “Man should not consider his outward possessions as his own, but as common to all, so as to share them without hesitation when others are in need” [= Manusia tidak boleh menganggap harta / milik lahiriahnya sebagai miliknya sendiri, tetapi umum bagi semua, sedemikian rupa sehingga membagikan miliknya tanpa ragu-ragu pada waktu orang lain ada dalam kebutuhan] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 494.

Houston (Texas) Times, All-Church Press: “Use everything as if it belongs to God. It does. You are His steward” [= Gunakan segala sesuatu seakan-akan itu adalah milik Allah. Itu memang milik Allah. Engkau adalah pengurusNya] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 495.

Henry Ward Beecher: “Riches are not an end of life, but an instrument of life” [= Kekayaan bukanlah tujuan dari kehidupan, tetapi alat dari kehidupan] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 570.

Richard Braunstein: “It is possible to give without loving, but it is impossible to love without giving” [= Adalah mungkin untuk memberi tanpa mengasihi, tetapi adalah tidak mungkin untuk mengasihi tanpa memberi] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 240.

William Penn: “Do good with what thou hast; or it will do thee no good” [= Lakukanlah yang baik dengan apa yang engkau miliki; atau itu tidak melakukan apapun yang baik bagimu] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 243.

Old Sanskrit Proverb: “All we can hold in our cold dead hands is what we have given away” [= Semua yang bisa kita pegang dalam tangan kita yang mati dan dingin adalah apa yang telah kita berikan] - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 243.

Bdk Wahyu 14:13 - “Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: ‘Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini.’ ‘Sungguh,’ kata Roh, ‘supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka.’”.

Kata ‘menyertai’ diterjemahkan ‘follow’ [= mengikuti] oleh KJV/RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV.

Penutup.

Apa yang sangat menyedihkan adalah bahwa pada jaman sekarang ini, ‘gereja menolong gereja’ merupakan sesuatu yang hampir punah! Kebanyakan gereja menganggap gereja lain sebagai saingan yang harus dihancurkan, bukan sebagai rekan / saudara seiman yang harus ditolong!

Apakah gereja kita mau mengikuti arus dari gereja-gereja duniawi seperti ini, atau meneladani Yesus dan gereja-gereja yang Alkitabiah seperti gereja-gereja di Antiokhia, Makedonia dan Korintus?

Kiranya Tuhan menolong setiap saudara dalam membantu gereja lain yang menderita / miskin.

-AMIN-
Next Post Previous Post