YESUS SANG PENGENDARA AWAN (JESUS THE CLOUD RIDER)

Pdt. Samuel T. Gunawan, M, Th.

Awan merupakan salah satu gambaran dan motif yang disebutkan di banyak tempat di dalam Alkitab. Orang-orang Ibrani adalah orang-orang yang mengamati alam dengan seksama, termasuk mengamati awan. Misalnya, pelayan Elia mengetahui bahwa jika awan naik dari laut berarti akan turun hujan (1 Raja-raja 18:14) dan sebaliknya awan yang tinggi dari gurun pasir dikenal tidak mengandung hujan (Yudas 1:12). 
YESUS SANG PENGENDARA AWAN (JESUS THE CLOUD RIDER)
bisnis, otomotif, perbankan
Namun, bagi para penulis Alkitab, awan bukan sekedar suatu fenomena meteorologis, melainkan dipakai untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang menggambarkan eksklusivitas kehadiran Yahweh dan karya-karya-Nya bagi umat-Nya. 

Di dalam Alkitab kita melihat bahwa para penulis Alkitab menggunakan awan sebagai gambaran (imagery) dan motif (tema) untuk mengkomunikasikan mengenai: kesetiaan Allah atas Perjanjian-Nya; kehadiran dan kemuliaan Allah; berkat dan perlindungan Allah, anugerah Allah atas dosa manusia, termasuk untuk menggambarkan kefanaan hidup manusia; dan penghakiman Allah.

Berulang kali para penyair dan penulis Perjanjian Lama menggambarkan awan sebagai “kendaraan perang Allah”. Mereka menggambarkan Allah sebagai Sang Pengendara Awan (The Cloaud Rider). Misalnya, nabi Yesaya dalam suatu penglihatan ke masa depan melihat Allah bergerak dalam penghukuman terhadap Mesir, demikian, “Lihat, TUHAN mengendarai awan yang cepat dan datang ke Mesir, maka berhala-berhala Mesir gemetar di hadapan-Nya, dan hati orang Mesir, merana hancur dalam diri mereka” (Yesaya 19:1). 

Para penyair dan penulis Perjanjian Lama menggambarkan secara eksklusif Yahweh sebagai Sang Pengendara Awan yang mengalahkan musuh-musuh-Nya di banyak bagian di dalam Perjanjian Lama.

Daniel menggambarkan Anak Manusia (Yesus Kristus) itu datang “dengan awan-awan dari langit” bahkan kekuasaan dan kemuliaannya kekal dan tidak akan musnah (Daniel 7:13). Dengan kata lain, Daniel melihat Yesus Kristus datang dari langit dengan mengendarai awan. 

Dengan demikian sebagai “The Cloud Rider” Daniel mengidentifikasi Yesus sebagai sosok Pribadi yang berbeda sekaligus sama dengan Yahweh. Karena itulah tidak mengherankan bahwa penggunaan Perjanjian Baru dalam hal motif atau tema awan, dikembalikan kepada fungsi teofani atau lebih spesifik lagi dalam konteks Kristofani. Misalnya pada peristiwa transfigurasi, Allah berbicara dari balik awan-awan: “Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia.” (Lukas 9:35). 

Yesus Kristus, sebagaimana Yahweh dalam Perjanjian Lama naik dengan mengendarai awan (Kisah Para Rasul 1:9) dan kembali ke surga duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Kenaikan Kristus dalam awan kemuliaan ini dan duduk-Nya Kristus di sebelah kanan Allah Bapa menandakan otoritas dan kuasa, serta pelantikan-Nya sebagai Raja atas alam semesta. 

Otoritas dan kuasa yang memang Ia miliki sebelum inkarnasi-Nya. Jadi pelantikan Yesus sebagai raja bukan menunggu saat Kerajaan seribu tahun nanti, tetapi sudah dilakukan saat Ia duduk di sebelah kanan Allah Bapa dan kerajaan seribu tahun nanti merupakan realisasi dari pemerintahan-Nya sebagai raja di bumi. Alkitab menyebutnya dengan gelar “Raja di atas segala raja” (Wahyu 19:16).
Next Post Previous Post