GURU AGUNG: YESUS SEBAGAI SUMBER KEBIJAKSANAAN DAN PENGAJARAN

Tuhan Yesus sangat jelas dikatakan bahwa Dia adalah Guru Agung. Murid-murid maupun orang banyak pada saat itu sering memanggil Yesus dengan sebutan rabbi, 4 kali dalam Matius (Matius 23:7, 8; 26:25, 49), 3 kali dalam Markus (Markus 9:5; 11:21; 14:45). Panggilan itu disadari oleh murid-murid dan Yesus sebagai sesuatu yang mulia, menunjuk pada kedudukan yang tinggi di dalam masyarakat.
GURU AGUNG: KRISTUS SEBAGAI SUMBER KEBIJAKSANAAN DAN PENGAJARAN
Apabila diingat bahwa kata kerja didaske (mengajar) dalam berbagai bentuk telah dipakai 9 kali dalam Matius sebagai gambaran Yesus, 15 kali dalam Markus dan Lukas. “Maka mengajar itu dengan jelas merupakan bagian yang sangat penting dalam pelayanan Yesus”. Guru merupakan lambang peranan Yesus di tengah-tengah murid sebelum Ia disalibkan. 

Robert W. Pazmino berkata “Yesus adalah Guru Agung sebagai teladan dan model di mana hidup dan pelayanan-Nya berharga. Yesus sebagai Guru yang unik, karena Ia Anak Allah dan manusia”. Dalam hal ini pengajaran Yesus pada hakikatnya mengerjakan dan mengajarkan maksud hati Bapa. “Yesus yang mengajarkan maksud hati Bapa artinya pendidikan seutuhnya bersumber dari Allah (Amsal 1:7a). Pendidikan yang mengerjakan maksud hati Allah itulah nilai pendidikan Yesus teladankan di dalam kehidupan-Nya.

Yesus Sang Guru Agung memberikan perhatian dalam mendidik murid-murid-Nya dan memerintahkan agar mereka mengajarkan apa yang telah diterimanya kepada orang-orang yang belum percaya kepada-Nya. Sikap ini Tuhan Yesus perlihatkan sebagai karakter pengajaran-Nya. Seri Antonius menjelaskan:

Kelemah-lembutan Yesus dapat dilihat ketika Ia dengan lemah lembut menghadapi orang berdosa yang bertobat (Luk. 7:37-39; 48-50), sikap-Nya terhadap Petrus yang telah menyangkal-Nya tiga kali (Lukas 22:61; Yohanes 21:15-23). Dan inilah yang dirindukan oleh Yesus menjadi karakter orang-orang Kristen. Sama seperti yang diingatkan oleh Rasul Paulus di dalam 2 Korintus 10:1, “Aku, Paulus, seorang yang tidak berani bila berhadapan muka dengan kamu, tetapi berani terhadap kamu bila berjauhan, aku memperingatkan kamu demi Kristus yang lemah lembut dan ramah.

Selain itu, Tuhan Yesus memakai media dengan memerintahkan murid-murid-Nya untuk mengajar orang-orang. Puncak dari penggunaan media yang digunakan oleh Yesus adalah Dia menggunakan diri-Nya sendiri sebagai contoh yang sulit dilupakan dengan menjalani jalan salib yang penuh penderitaan, mati, bangkit pada hari yang ketiga, naik ke surga, dan memberikan Roh Kudus untuk menolong para murid-murid-Nya. “Yesus selalu membawa pendengar-Nya untuk senantiasa mengarahkan perhatian dan pikiran mereka tertuju kepada Allah dan mengajar dengan penuh kuasa”. Yesus sebagai pengajar sangatlah berkuasa dalam kehidupan setiap orang. Yesus Kristus sebagai Guru Agung sangat luar biasa dalam pengajaran-Nya bagi kehidupan murid-murid pada masa itu dan tetap relevan dalam kehidupan pada zaman sekarang ini. Dalam pembelajaran pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Demikian juga dalam pengajaran Tuhan Yesus pasti ada tujuan yang ingin dicapai.

Salah satu hal yang sangat penting dalam pembelajaran yakni tujuan yang jelas dan khas yang ingin dicapai. Seorang pengajar dalam mengajar jikalau tidak memiliki tujuan sasaran yang jelas, maka dalam pengajarannya tidak akan efektif dan tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Tuhan Yesus mempunyai tujuan yang sangat jelas dalam pembelajaran-Nya yakni mengerjakan kehendak Bapa di surga, mengubah kehidupan orang lain. 

Dalam hal ini tujuan pengajaran Yesus sangatlah memberikan pengaruh bagaimana Tuhan Yesus mengajar sesuai dengan tujuan yang hendak Ia capai. Tujuan-Nya mengarahkan kepada pengenalan akan Kerajaan Allah. Yohanes Enci Pantandean mengatakan “dalam pengajaran-Nya, Yesus banyak mengajarkan tentang Kerajaan Allah dan orang percaya adalah anggota Kerajaan Allah. Orang-orang percaya dituntut untuk dapat melaksanakan peraturan-peraturan, menjadi saksi, bahkan harus siap untuk mengalami hal-hal yang sering kali bertentangan dengan segala keinginan mereka”.

Prinsip Dasar Pengajaran Yesus


Ada dua hal utama yang menjadi prinsip dasar pengajaran Yesus, yaitu pertama: Visi yang Jelas. Visi sangatlah penting dan menjadi prinsip dasar dalam pengajaran. Setiap pengajar harus memiliki visi yang jauh ke depan untuk dicapai dalam setiap pembelajaran yang diberikan. Tuhan Yesus dalam pengajaran-Nya memiliki visi yang jauh ke depan. ”Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk memperluas pelayanan-Nya sendiri dengan memberikan pengarahan yang spesifik untuk memandu pelayanan mereka merupakan garis besar misi Yesus (Matius 10:1-42).”13 Mengembangkan pernyataan visi dan misi untuk memadukan praktik pengajaran firman yang mengidentifikasikan tujuan utama yang spesifik. Tuhan Yesus juga memiliki visi dan misi yang spesifik dalam pengajaran atau pelayanan-Nya bagi murid-murid-Nya.

Kedua: Mengajar Sesuai Kebutuhan. Tuhan Yesus dalam pengajarannya memiliki prinsip dasar yakni mengajar sesuai dengan kebutuhan. J. M Price mengatakan bahwa, ”Yesus selalu memulai pengajaran-Nya dengan kepentingan dan keperluan murid yang mendengar. Ia mengajarkan dari pengalaman hidup orang itu sendiri dan mengantarnya ke tujuan yang hendak dicapai”. Contohnya ketika ahli Taurat bertanya bagaimana ia dapat mewarisi hidup kekal, Tuhan Yesus menarik perhatian hali Taurat itu dengan hukum yang dikenalnya (Lukas 10:25-26). Tuhan Yesus memberikan pengajaran sesuai dengan kebutuhan murid dan apa hal yang sangat dekat dengan pendengar. Prinsip-prinsip pengajaran Tuhan Yesus menurut Kitab Injil Matius 5–7, yaitu:

1. Tuhan Yesus mengajar melalui hidup dan perbuatan-Nya (Matius 4; 4:23-24; 4:25).

2. Tuhan Yesus memakai pengalaman pendengar-pendengar-Nya untuk mengajar mereka (Matius 13:1-9; 5:15-16).

3. Tuhan Yesus terkadang memandang obyek-obyek yang konkret yang dilihat (Matius 12:16-17; 6:25-34).

4. Tuhan Yesus memakai bahan/materi/media yang tepat dan sederhana untuk mengajar (Matius 4:4, 5:5).

5. Tuhan Yesus selalu memberikan kepada pendengar-Nya tanggung jawab untuk mengambil keputusan secara pribadi (Matius 7:24-27).15

Apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus dalam pengajaran-Nya merupakan hal penting yang harus diaplikasikan oleh para guru Pendidikan Agama Kristen masa kini. Memang tidaklah mudah seperti yang diimajinasikan, tetapi Tuhan Yesus telah memberikan teladan yang baik bagi kita dalam mewujudnyatakan pengajaran yang berkuasa melalui pengajaran Pendidikan Agama Kristen di sekolah maupun di gereja.

Metode Pengajaran Yesus

Di samping jabatan Tuhan Yesus sebagai Sang Penebus, Tuhan Yesus dikenal sebagai seorang Guru yang Agung. Orang Yahudi menyebut Dia ‘Rabbi. Ini tentu suatu gelar kehormatan, yang menyatakan betapa Ia disegani dan dikagumi oleh orang sebangsa-Nya selaku seorang pengajar yang mahir dalam segala soal ilmu Ketuhanan. “Sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat yang biasa mengajar mereka’ (Matius 7:29).” Tuhan Yesus Sang Guru Agung telah meninggalkan teladan bagaimana cara mengajar. Tuhan Yesus melatih murid-murid-Nya di luar kelas, di bukit di tepi danau di ladang gandum, serta di tempat-tempat orang menderita, sakit dan melakukan perlawanan (penolakan). 

Tuhan Yesus mengatur lingkungan pembelajaran yang realistis tidak ada pengalaman belajar buatan, kerap kali Yesus pun menguji murid-Nya, menanyakan pendapat mereka, memberikan kasus untuk dipikirkan dan tugas agar dikerjakan. Tuhan Yesus mempunyai 12 murid, yang selalu menyertai-Nya. “Dalam mengajar Tuhan Yesus kerap kali mempergunakan perumpamaan-perumpamaan. Perumpamaan ialah seperti sebuah cerita yang diambil dari kehidupan sehari-hari dengan maksud menerangkan perkara rohani”. Misalnya: Si anak hilang (Lukas 15:11-31); domba yang hilang dan dirham yang hilang (Lukas 15:1-10); penabur (Matius 13:1-23); sesama manusia (Lukas 10:25-37); talenta (Matius 25:14-30).

Untuk melihat dan memahami tentang strategi pengajaran Tuhan Yesus, berikut ini adalah hal-hal yang perlu dipahami mengenai kepribadian Tuhan Yesus dalam pengajaran-Nya, yakni: Gaya mengajar Yesus mampu menarik perhatian khalayak ramai yang sudah bosan dengan cara pendekatan guru-guru biasa. (Markus 1:22; 12:37). 

Robert R. Boehlke mengemukakan delapan gaya mengajar Tuhan Yesus, yakni:

1. Ceramah. Dengan metode ceramah Yesus berusaha menyampaikan pengetahuan kepada murid-murid-Nya atau menafsirkan pengetahuan tersebut. Melalui pendekatan itu Ia mengharapkan dua tanggapan dari para pendengar-Nya: pengertian mendalam dan perilaku baru (bnd. Khotbah di Bukit, Matius 5-7).

2. Bimbingan. Yesus yang mengajar murid-murid-Nya melalui ceramah itu juga memberikan bimbingan kepada mereka. Mereka diajar melalui tinjauan kemudian harus diamalkan (Bnd. Matius 10:7). Pengajaran Yesus dengan metode ceramah tidak berhenti setelah menyampaikan ceramahnya, tetapi Dia masih menuntun murid-murid-Nya melalui metode bimbingan.

3. Menghafal. Tidak jarang Yesus mengutip ayat dari Taurat, nubuat, misalnya untuk membenarkan perilaku atau gagasan yang dikemukakan-Nya (Matius  12:1-8).

4. Perwujudan. Metode ini merupakan pendekatan khas Matius, namun contohnya diberikan oleh Yesus sendiri. Melalui pengajaran-Nya Yesus menyatakan bahwa Israel telah terwujud dalam diri pribadi-Nya sebagai hamba Tuhan yang menderita (Markus 10:32-34; 45). Memang Tuhan Yesus tidak secara menyuruh murid-murid-Nya untuk menghafal ayat-ayat, tetapi tidak jarang Yesus mengutip ayat dari Taurat, nubuat. Melalui perwujudan-Nya Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya bahwa diri pribadiNyalah penyataan yang baru.

5. Dialog. Metode ini banyak sekali terdapat dalam keempat Injil, walaupun penggunaannya tidak persis sama (Matius 19:16-26; Yohanes 4:42).

6. Studi kasus. Yang dimaksud di sini adalah perumpamaan-perumpamaan yang diceritakan Yesus.

7. Perjumpaan. Dengan metode ini, para pelajar ditantang secara langsung untuk mengambil keputusan, di sini Yesus tidak bercerita.

8. Perbuatan Simbolis. Pada awal pelayanan Yesus di depan umum, Ia dibaptiskan oleh Yohanes Pembaptis. Ini adalah bentuk pengajaran kepada murid-murid-Nya melalui perbuatan simbolis.

Sementara itu, Oditha R. Hutabarat mengemukakan enam metode yang sering dipakai Yesus dalam mengajar, antara lain:

Pertama; Ceramah dan contoh (Matius 5:1; 13:36; Markus 4:34; Lukas 4:16; 5:1-3; 6:19-20; 10:23; 14:1-6; 19:1-9; 24:25,27; Yohanes 13:1). 

Kedua; Perumpamaan (Lukas 14:15-24; 15:1-31; 13:6-9; 13:10-17; 13:18-21). 

Ketiga; Cerita (Lukas 16:19-31; 10:25-36). 

Keempat; Tanya jawab / Diskusi (Yohanes 3:1-13). 

Kelima; Ceramah dan Nasehat (Lukas 16:10-18; 11:1-12). 

Keenam; Inquiry (Lukas 4:1-13). 

Dalam mengajar, di samping menggunakan berbagai metodologi kreatif, Yesus selalu menggugah perhatian rasa ingin tahu pendengar-Nya dan terutama membangun komunikasi dengan para murid-murid-Nya. Hal yang dilakukan Tuhan Yesus dan yang patut kita teladani sebagai seorang guru Pendidikan Agama Kristen pada masa kini adalah sebagai berikut sambil mengajar, Ia menatap mereka dengan penuh perhatian; Ia membangun percakapan; Ia mengajukan pertanyaan; Ia mengajak orang untuk lebih memahami topik yang diajarkan; Ia menyebut nama murid-murid-Nya ketika mengajar mereka.

Pendekatan Pengajaran Yesus

Dalam melangsungkan proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen guru haruslah melakukan pendekatan yang baik di antara para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran PAK tersebut yang telah disusun dan diharapkan berdasarkan pendekatan dan proses pembelajaran yang ada. Dalam proses pembelajaran tersebut, konsep pendekatan (approach) dalam kegiatan mengajar ditinjau dari dua jenis pendekatan, yaitu pendekatan individual (individual approach) dan pendekatan kelompok (group approach). B. S. Sidjabat menjelaskan bahwa:

1. Pertama; pendekatan individual. 

Pendekatan ini dilakukan pada kegiatan bimbingan pribadi, tutorial, studi mandiri dan bimbingan penulisan proyek (karya) ilmiah. Dalam kegiatan ini terjadi interaksi antarpribadi, antara guru dan peserta didiknya. 

2. Kedua; pendekatan kelompok. 

Pada pendekatan itu, kegiatan belajar dilakukan oleh sekelompok peserta didik bersama atau tanpa kehadiran guru.

Kedua pendekatan ini Tuhan Yesus menggunakannya dalam melaksanakan pengajaran Firman Tuhan kepada semua orang yang mendengar-Nya. Menurut catatan kitab Injil, Yesus Guru Agung melakukan pendekatan itu di dalam mengajarkan kebenaran Kerajaan Allah. Misalnya Ia melayani Nikodemus yang datang pada malam hari membawa pergumulannya (Yohanes 3:1-21), ini pendekatan individual. 

Kitab Injil juga melaporkan bahwa Tuhan Yesus menggunakan pendekatan kelompok dalam menyampaikan dan memberitakan Injil Kerajaan Surga. Ia memberikan Khotbah di hadapan puluhan, ratusan bahkan ribuan orang pendengar yang datang dari berbagai latar belakang, sosial, usia, dan tingkat spiritualitas. Misalnya: Yesus mengajar sekaligus kepada 5.000 dan 4.000 orang (Markus 6:34; 8:1-3).

Dalam melakukan pendekatan itu, Tuhan Yesus sangat hati-hati memulai pemberitaan-Nya. Tetapi Dia sangat kreatif, seperti ketika Dia mengajar kepada Perempuan Samaria. Lois E. Lebar mengatakan “apa yang dilakukan oleh Tuhan kepada Perempuan Samaria, merupakan pendekatan yang kreatif dan efektif”. Hal ini merupakan konsep pembelajaran yang baik dan memberi pengaruh terhadap kehidupan rohani para murid. Sebab itu, pendekatan individual dan kelompok ini menjadi salah satu cara untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi siswa.
Next Post Previous Post