PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN DAN BERKAT TUHAN (MALEAKHI 3:6-12)

Pdt. Budi Asali, M.Div.

Maleakhi 3:6-12 - “(6) Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap. (7) Sejak zaman nenek moyangmu kamu telah menyimpang dari ketetapan-Ku dan tidak memeliharanya. Kembalilah kepada-Ku, maka Aku akan kembali kepadamu, firman TUHAN semesta alam. Tetapi kamu berkata: ‘Dengan cara bagaimanakah kami harus kembali?’ (8) Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: ‘Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?’ Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus! (9) Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa! (10) Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. (11) Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam. (12) Maka segala bangsa akan menyebut kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri kesukaan, firman TUHAN semesta alam.”.
PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN DAN BERKAT TUHAN (MALEAKHI 3:6-12)
I) Allah tidak berubah (Maleakhi 3:6).

Maleakhi 3:6: “Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap.”.

Ada banyak orang yang beranggapan bahwa kalau mereka taat kepada Allah, maka Allah cinta kepada mereka. Dan sebaliknya, kalau mereka tidak taat kepada Allah, maka Allah akan membenci mereka. Dengan kata lain, mereka beranggapan bahwa Allah ter­gantung kepada manusia!

Ada orang yang menganggap Maleakhi 3:7b, yang berbunyi: ‘kembalilah kepadaKu, maka Aku akan kembali kepadamu, firman Tuhan semesta alam’, sebagai dasar bahwa Allah memang tergantung kepada manusia.

Tetapi, perlu kita ingat bahwa ada banyak ayat-ayat Kitab Suci yang ditinjau dari sudut pandang manusia. Maleakhi 3:7b adalah ayat yang seperti itu. Peninjauan dari pihak manusia tidak memberikan gambaran yang lengkap. Karena itu, kalau kita melihat ay 7b, maka kita perlu bertanya: “Bisakah manusia, dengan kekuatan dan kemauannya sendiri, kembali kepada Allah?”.

Berdasarkan Yoh 6:44,65, jawabnya jelas adalah “Tidak bisa!”.

Yohanes 6:44,65 - “(44) Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. ... (65) Lalu Ia berkata: ‘Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.’”.

Allah harus bekerja lebih dulu dalam diri manusia, baru manusia bisa dan mau kembali kepada Dia. Kalau kita melihat secara keseluruhan seperti ini, maka jelaslah bahwa bukan Allah yang tergan­tung kepada manusia, tetapi manusialah yang tergantung kepada Allah.

Kalau Allah tergantung kepada manusia, maka itu berarti Allah berubah-ubah karena manusia juga berubah-ubah. Tetapi ay 6 jelas mengatakan bahwa Allah tidak berubah!!

Terjemahan hurufiah dari ay 6 adalah: “I, Yahweh, do not change, and you, sons of Jacob, are not destroyed” [= Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, anak-anak Yakub, tidak dihancurkan].

Kata ‘TUHAN’ dalam bahasa Ibraninya adalah YAHWEH / YHWH, yang kalau dilihat dari Keluaran 3:14,15 berarti ‘I am who I am’ [= Aku adalah Aku], yang menunjukkan ketidak-berubahan Allah. Lalu pada ay 6 itu masih ditambahkan lagi kata-kata ‘tidak berubah’. Jadi, ayat ini sangat menekankan ketidak-berubahan Allah.

Inilah yang menyebabkan Ia tidak menghancurkan Israel (ay 6: kata ‘akan’ harus dibuang!).

Allah mempunyai rencana dengan Israel, yaitu rencana tentang Juru selamat / Mesias. Karena itu Ia memilih Israel sebagai bangsa pilihan yang Ia kasihi. Tetapi Israel terus menyeleweng dan hidup dalam dosa (Maleakhi 3:7a). Apakah Allah lalu berubah pikiran / mengubah rencana-Nya dengan memusnahkan Israel dan lalu memilih bangsa lain? Tidak! Allah dan rencana-Nya tidak berubah! Ia tidak memusnahkan Israel.

II) Apa yang Allah lakukan?

Allah memang tidak menghancurkan Israel, tetapi Allah juga tidak bisa membiarkan mereka terus hidup dalam dosa. Lalu apa yang Ia lakukan?

1) Menegur mereka dari dosa mereka dan memanggil mereka untuk kembali kepada-Nya / bertobat.

Maleakhi 3:7: “Sejak zaman nenek moyangmu kamu telah menyimpang dari ketetapanKu dan tidak memeliharanya. Kembalilah kepadaKu, maka Aku akan kembali kepadamu, firman TUHAN semesta alam. Tetapi kamu berkata: ‘Dengan cara bagaimanakah kami harus kembali?’”.

Tetapi Israel ternyata tidak sadar akan dosanya (Maleakhi 3:7c). Orang yang sudah lama ada di dalam dosanya, sering kali menjadi begitu tumpul hati nuraninya, sehingga ia tidak sadar akan dosanya. Ini menyebabkan Allah melakukan hal yang ke 2.

2) Allah menunjukkan dosa tertentu terhadap mana Ia menghendaki Israel bertobat.

Maleakhi 3:8: “Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: ‘Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?’ Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!”.

Dosa mereka itu adalah dimana mereka tidak memberikan per­sembahan persepuluhan dan persembahan khusus.

III) Persembahan persepuluhan dan persembahan khusus.

A) Persembahan Khusus (offerings).

Dari kata bahasa Ibraninya, maka bisa diketahui bahwa yang dimaksudkan dengan persembahan khusus disini adalah persem­bahan seperti dalam Keluaran 29:27-28 dan Imamat 7:14,31-34.

Kel 29:27-28 - “(27) Demikianlah harus kaukuduskan dada persembahan unjukan dan paha persembahan khusus yang dipersembahkan dari domba jantan yang adalah bagi pentahbisan Harun dan anak-anaknya. (28) Itulah yang menjadi bagian untuk Harun dan anak-anaknya menurut ketetapan yang berlaku untuk selama-lamanya bagi orang Israel, sebab inilah suatu persembahan khusus, maka haruslah itu menjadi persembahan khusus dari pihak orang Israel, yang diambil dari korban keselamatan mereka, dan menjadi persembahan khusus mereka bagi TUHAN.”.

Imamat 7:14,31-34 - “(14) Dan dari padanya, yakni dari setiap bagian persembahan itu haruslah dipersembahkannya satu roti sebagai persembahan khusus bagi TUHAN. Persembahan itu adalah bagian imam yang menyiramkan darah korban keselamatan. ... (31) Lalu haruslah imam membakar lemaknya di atas mezbah, tetapi dadanya itu adalah bagian Harun dan anak-anaknya. (32) Paha kanannya harus kamu serahkan kepada imam sebagai persembahan khusus dari segala korban keselamatanmu. (33) Siapa dari antara anak-anak Harun yang mempersembahkan darah dan lemak korban keselamatan, maka dialah yang harus mendapat paha kanan itu sebagai bagiannya. (34) Karena dada persembahan unjukan dan paha persembahan khusus telah Kuambil dari orang Israel dari segala korban keselamatan mereka dan telah Kuberikan kepada imam Harun, dan kepada anak-anaknya; itulah suatu ketetapan yang berlaku bagi orang Israel untuk selamanya.’”.

Pada waktu mereka memberikan persembahan tertentu, maka sebagian dari binatang yang akan dipersembahkan itu harus diberikan kepada imam / orang Lewi. Dosa mereka ialah bahwa mereka tidak melakukan hal itu!

Catatan: Untuk jaman ini, persembahan khusus ini sudah tidak ada lagi, karena semua ini termasuk Ceremonial Law [= hukum yang berhubungan dengan upacara keagamaan] yang sudah tidak perlu dilakukan sejak kematian Kristus.

Efesus 2:15 - “sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diriNya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera,”.

Bdk. Matius 5:17-19 - “(17) ‘Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. (18) Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. (19) Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.”.

Adanya ‘kontradiksi’ antara kedua text di atas ini menyebabkan kita harus membedakan arti kata-kata ‘hukum Taurat’ dalam kedua text itu. ‘Hukum Taurat’ dalam Efesus 2:15 menunjuk pada ‘ceremonial law’ [= hukum yang berhubungan dengan upacara keagamaan], sedangkan ‘hukum Taurat’ dalam Matius 5:17-19 menunjuk pada ‘moral law’ [= hukum moral]. Tanpa pembedaan ini, secara tak terhindarkan kedua text ini akan bertabrakan.

B) Persembahan Persepuluhan.

Ini adalah persembahan yang harus diberikan kepada Tuhan, yang terdiri dari 10 % dari penghasilan kita.

1) Sejarah persembahan persepuluhan.

a) Abraham memberikannya secara sukarela kepada Melkizedek (Kej 14:20).

Kejadian 14:20 - “dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu.’ Lalu Abram memberikan kepadanya sepersepuluh dari semuanya.”.

b) Yakub bernazar akan memberikannya kepada Tuhan; juga dengan sukarela.

Kejadian 28:22 - “Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepadaMu.’”.

c) Sejak jaman Musa, maka persembahan persepuluhan ini bukan lagi merupakan persembahan yang bersifat sukarela, tetapi diharuskan!

Ulangan 14:22 - “‘Haruslah engkau benar-benar mempersembahkan sepersepuluh dari seluruh hasil benih yang tumbuh di ladangmu, tahun demi tahun.”.

Dalam Im 27:30, dikatakan bahwa persembahan persepuluhan adalah milik Tuhan.

Imamat 27:30 - “Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah milik TUHAN; itulah persembahan kudus bagi TUHAN.”.

Karena itu lihatlah apa yang dika­takan Maleakhi dalam ay 8-9 tentang orang yang tidak memberikan persembahan itu.

Maleakhi 3: 8-9: “(8) Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: ‘Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?’ Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus! (9) Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa!”.

Terjemahan ‘menipu’ ini kurang tepat. Kata Ibrani yang diterjemahkan ‘menipu’ ini hanya digunakan di 2 tempat dalam Perjanjian Lama, yaitu di sini dan dalam Amsal 22:23, dimana kata itu diterje­mahkan ‘merampas’.

Amsal 22:23 - “Sebab TUHAN membela perkara mereka, dan mengambil nyawa orang yang merampasi mereka.”.

Karena itu KJV/RSV/NIV/NASB men­terjemahkan semua kata ‘menipu’ dalam ay 8-9 ini dengan kata ‘rob’ [= merampok], dan ini jelas merupakan terjemahan yang lebih tepat. Footnote [= catatan kaki] dari NASB memberikan kemung­kinan terjemahan lain, yaitu ‘defraud’ [= menipu / menggelapkan uang].

Jadi, orang yang tidak memberikan persepuluhan dianggap merampok / menggelapkan uang Tuhan. Itu adalah milik Tuhan dan harus diberikan kepada Tuhan! Apakah saudara memberikan persepuluhan dengan setia? Atau apakah saudara adalah perampok / orang yang menggelapkan uang Tuhan?

d) Bagaimana dengan persembahan persepuluhan pada jaman Perjanjian Baru?

Ada orang-orang yang beranggapan bahwa dalam Perjanji­an Baru, persembahan persepuluhan sebetulnya sudah tidak berlaku lagi. Tetapi biasanya mereka lalu menambahkan bahwa dalam Perjanjian Baru, seluruh milik kita adalah milik Tuhan, dan kita harus menggunakan 100 % milik / penghasilan kita untuk kemuliaan Tuhan.

Tetapi secara strict / ketat, apakah memang persembahan persepuluhan masih diharuskan dalam jaman Perjanjian Baru?

1. Pada jaman Tuhan Yesus hidup dalam dunia, hukum tentang persembahan persepuluhan tetap berlaku.

Lukas 18:12 - “aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.”.

Matius 23:23 - “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.”.

Ini dipakai sebagai dasar untuk mengatakan bahwa hukum itu masih berlaku sampai saat ini! Tetapi penggunaan kedua ayat di atas sebagai dasar tidak cocok, karena secara theologis Perjanjian Baru baru dimulai setelah Yesus mati di kayu salib (karena itu Yesus masih disunat, melakukan upacara-upacara Perjanjian Lama seperti Perjamuan Paskah dsb). Jadi, secara theologis kedua ayat itu masih ada dalam jaman Perjanjian Lama.

2. Ada yang menganggap bahwa hukum tentang persembahan persepuluhan termasuk dalam ceremonial law [= hukum yang berhubungan dengan upacara keagamaan].

Dalam text Maleakhi inipun hukum tentang persembahan persepuluhan digabungkan dengan hukum tentang persembahan khusus, yang jelas-jelas termasuk dalam ceremonial law.

Jadi, persembahan persepuluhan juga termasuk dalam ceremonial law. Dan kalau termasuk dalam ceremonial law, maka berdasarkan Ef 2:15, persembahan persepuluhan harus dihapuskan.

Jadi, benarkah bahwa hukum tentang persembahan persepuluhan termasuk dalam Ceremonial Law?

Jawaban saya:

a. Dalam Perjanjian Lama ceremonial law [= hukum yang berhubungan dengan upacara keagamaan] dan moral law sering dituliskan berdampingan / berurutan dalam satu text / ayat. Misalnya:

Ulangan 12:5-7 - “(5) Tetapi tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, dari segala sukumu sebagai kediamanNya untuk menegakkan namaNya di sana, tempat itulah harus kamu cari dan ke sanalah harus kamu pergi. (6) Ke sanalah harus kamu bawa korban bakaran dan korban sembelihanmu, persembahan persepuluhanmu dan persembahan khususmu, korban nazarmu dan korban sukarelamu, anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu. (7) Di sanalah kamu makan di hadapan TUHAN, Allahmu, dan bersukaria, kamu dan seisi rumahmu, karena dalam segala usahamu engkau diberkati oleh TUHAN, Allahmu.”.

Ul 12:5 bicara tentang rumah Tuhan, yang pasti menunjuk kepada Kemah Suci / Bait Allah, sebagai tempat berbakti. Ini pasti hukum moral. Tetapi lanjutannya bicara tentang korban bakaran dsb, yang jelas termasuk ceremonial law.

Jadi, kalau dalam text Maleakhi yang kita pelajari persembahan khusus disebutkan berurutan dengan persembahan persepuluhan, maka itu tidak membuktikan bahwa persembahan persepuluhan juga termasuk dalam ceremonial law.

b. Hal lain yang harus kita perhatikan adalah: Ceremonial Law adalah hukum yang Tuhan ciptakan, BUKAN karena ketidak-taatan pada hukum itu memang merupakan sesuatu yang salah, tetapi karena Tuhan mempunyai maksud tertentu dengan pemberian hukum itu (sebagai simbol / type / bayangan dari sesuatu yang akan datang), dan karena itu sifatnya sementara.

Juga Ceremonial Law, ditinjau sendirian / secara hurufiah, dan dipisahkan dari tujuannya ataupun penggenapannya, MERUPAKAN SESUATU YANG SEPENUHNYA KONYOL DAN TAK ADA LOGIKANYA!!

Misalnya:

(1) Larangan makan daging binatang tertentu dalam Im 11.

Sebetulnya apa salahnya memakan daging binatang apapun? SEBETULNYA TIDAK ADA SALAHNYA. Apalagi mengijinkan binatang-binatang tertentu untuk dimakan dan melarang binatang-binatang yang lain untuk dimakan. INI SAMA SEKALI TAK ADA LOGIKANYA. Tetapi tetap diperintahkan karena ada tujuan tertentu dari Tuhan.

Jadi, ini termasuk Ceremonial Law, yang tujuannya memisahkan Israel dari bangsa-bangsa lain, supaya jangan sampai mereka musnah gara-gara persekutuan dan kawin campur dengan bangsa-bangsa lain.

Setelah Yesus lahir, apalagi setelah Ia mati dan bangkit, tidak dibutuhkan lagi kemurnian bangsa Israel / Yahudi, dan karena itu larangan itu dicabut.

(2) Mempersembahkan domba untuk korban dosa, apa manfaatnya?

Dalam dirinya sendiri darah binatang itu tidak bisa mengampuni dosa!

Ibrani 10:4 - “Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa.”.

JADI, INI SEBETULNYA TAK ADA LOGIKANYA! Tetapi Tuhan memberikan hukum ini sebagai TYPE / bayangan dari korban Kristus.

Setelah digenapi, atau setelah anti-TYPEnya datang, TYPE ini dibuang / tidak usah ditaati lagi, karena memang tidak ada gunanya.

Tetapi kalau kita menyoroti hukum-hukum dalam 10 Hukum Tuhan, seperti jangan membunuh / berzinah / berdusta, kalau dilanggar memang merupakan suatu kejahatan. Jadi, itu termasuk Moral Law dan berlaku untuk selama-lamanya.

Sekarang tentang persembahan persepuluhan, itu harus dilakukan untuk bisa berjalannya pelayanan dalam Kemah Suci / Bait Allah. INI BUKAN TIDAK ADA LOGIKANYA, BAHKAN SEBALIKNYA, SANGAT LOGIS, KARENA TUJUANNYA MENCUKUPI KEBUTUHAN PELAYAN-PELAYAN BAIT SUCI! Kalau tidak diberikan, maka pelayanan itu menjadi kacau. APAKAH INI TIDAK JAHAT? KARENA ITU INI TERMASUK HUKUM MORAL.

Dan dalam jaman Perjanjian Baru, persamaannya adalah gereja juga membutuhkan uang untuk bisa berjalan dengan baik.

c. Hal yang lain lagi adalah bahwa Ceremonial Law selalu merupakan simbol / type. Kalau persembahan persepuluhan dianggap Ceremonial Law, maka hukum persembahan persepuluhan ini merupakan simbol / TYPE dari apa? Apa dari kedatangan Kristus, ataupun hal-hal yang akan datang yang lain, yang menggenapi persembahan persepuluhan? TIDAK ADA! Dan karena itu, hukum tentang persembahan persepuluhan bukanlah Ceremonial Law. Dan kalau bukan Ceremonial Law, pasti termasuk Moral Law.

d. Hal yang lain lagi: Moral Law tidak boleh dilanggar dalam sikon apa pun, sedangkan Ceremonial Law boleh dilanggar dalam kasus darurat.

SAYA AKAN MEMBERIKAN BUKTI BAHWA CEREMONIAL LAW BOLEH DILANGGAR DALAM KEADAAN DARURAT.

Matius 12:1-4 - “(1) Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-muridNya memetik bulir gandum dan memakannya. (2) Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepadaNya: ‘Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat.’ (3) Tetapi jawab Yesus kepada mereka: ‘Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, (4) bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian YANG TIDAK BOLEH DIMAKAN, BAIK OLEHNYA MAUPUN OLEH MEREKA YANG MENGIKUTINYA, KECUALI OLEH IMAM-IMAM?”.

Bdk. 1Samuel 21:3-6 - “(3) Maka sekarang, apa yang ada padamu? Berikanlah kepadaku lima roti atau apapun yang ada.’ (4) Lalu jawab imam itu kepada Daud: ‘Tidak ada roti biasa padaku, hanya roti kudus yang ada; asal saja orang-orangmu itu menjaga diri terhadap perempuan.’ (5) Daud menjawab imam itu, katanya kepadanya: ‘Memang, kami tidak diperbolehkan bergaul dengan perempuan, seperti sediakala apabila aku maju berperang. Tubuh orang-orangku itu tahir, sekalipun pada perjalanan biasa, apalagi pada hari ini, masing-masing mereka tahir tubuhnya.’ (6) Lalu imam itu memberikan kepadanya roti kudus itu, karena tidak ada roti di sana kecuali roti sajian; roti itu biasa diangkat orang dari hadapan TUHAN, supaya pada hari roti itu diambil, ditaruh lagi roti baru.”.

Roti itu hanya untuk imam (Kel 29:32-34 Imamat 24:5-9; ini merupakan Ceremonial Law), tetapi Daud dan pengikut-pengikutnya memakannya karena kelaparan dan hal ini tidak pernah dianggap sebagai suatu dosa / kesalahan.

Adam Clarke (tentang 1Sam 21:6): “To this history our Lord alludes, Mark 2:25, in order to show that in cases of absolute necessity a breach of the ritual law was no sin. It was lawful only for the priests to eat the shew-bread; but David and his companions were starving, no other bread could be had at the time, and therefore he and his companions ate of it without sin.” [= Cerita sejarah inilah yang disinggung oleh Tuhan kita, Mark 2:25, untuk menunjukkan bahwa dalam kasus kebutuhan yang mutlak, pelanggaran terhadap hukum yang bersifat upacara bukanlah dosa. Roti itu hanya boleh dimakan oleh imam-imam; tetapi Daud dan kawan-kawannya kelaparan, tidak ada roti lain yang bisa didapatkan pada saat itu, dan karena itu ia dan kawan-kawannya memakannya tanpa berdosa.].

Dari 1Samuel 22:10 kelihatannya Ahimelekh berani memberikan roti itu karena ia sudah menanyakan hal itu kepada Tuhan.

1Sam 22:10 - “Ia menanyakan TUHAN bagi Daud dan memberikan bekal kepadanya; juga pedang Goliat, orang Filistin itu, diberikannya kepadanya.’”.

Memang ada pro dan kontra tentang kata-kata ini, tetapi kalaupun Ahimelekh tidak menanyakan tentang roti itu kepada Tuhan, pemberiannya memang bisa dibenarkan oleh pernyataan Yesus sendiri dalam Matius 12:3-4 yang sudah saya kutip di atas.

Jadi, kesimpulannya: kebutuhan / nyawa manusia lebih penting dari peraturan-peraturan ibadah / Ceremonial Law, sehingga Ceremonial Law boleh dilanggar dalam keadaan seperti itu, sekalipun Ceremonial Law itu diberikan oleh Tuhan sendiri.

TETAPI DALAM PERSOALAN HUKUM MORAL, TIDAK ADA SIKON / KEADAAN DARURAT APAPUN YANG MEMBOLEHKAN KITA UNTUK MELANGGARNYA.

Contoh:

(1) Sadrakh, Messakh dan Abednego tidak mau menyembah patung sekalipun harus dimasukkan ke dapur api (Dan 3), Daniel tidak mau berhenti berdoa kepada Allah sekalipun harus dimasukkan gua singa (Dan 6).

(2) Petrus jelas disalahkan karena menyangkal Yesus, sekalipun itu ia lakukan demi menyelamatkan nyawanya (Matius 26:69-74).

(3) Abraham dan Ishak juga disalahkan pada waktu berdusta untuk melindungi diri / istrinya (Kej 12:10-dst Kej 20:2-dst Kejadian 26:6-dst).

(4) Pada waktu Rahab berdusta untuk menyelamatkan pengintai-pengintai Israel, itu tetap adalah dosa (Yos 2:4-5).

(5) Seorang yang sangat butuh makanan tetap tidak boleh mencuri makanan, atau menjadi pelacur (berzinah) untuk bisa mendapatkan uang untuk membeli makanan.

SEKARANG BAGAIMANA DENGAN PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN? APAKAH DALAM KEADAAN DARURAT ORANG BOLEH TIDAK MEMBERI? TIDAK! SAYA AKAN MENUNJUKKAN 2 KASUS DIMANA DALAM KEADAAN DARURATPUN PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN HARUS TETAP DIBERIKAN.

(a) Dalam jaman Nehemia, itu merupakan keadaan darurat, karena mereka baru pulang dari pembuangan, pasti tidak punya banyak uang dan bahkan sangat melarat (lihat Neh 5).

Nehemia 5:1-4 - “(1) Maka terdengarlah keluhan yang keras dari rakyat dan juga dari pihak para isteri terhadap sesama orang Yahudi. (2) Ada yang berteriak: ‘Anak laki-laki dan anak perempuan kami banyak dan kami harus mendapat gandum, supaya kami dapat makan dan hidup.’ (3) Dan ada yang berteriak: ‘Ladang dan kebun anggur dan rumah kami gadaikan untuk mendapat gandum pada waktu kelaparan.’ (4) Juga ada yang berteriak: ‘Kami harus meminjam uang untuk membayar pajak yang dikenakan raja atas ladang dan kebun anggur kami.”.

Sekalipun demikian, pada waktu persembahan persepuluhan diabaikan, dan orang-orang Lewi terpaksa bekerja di ladang, Nehemia menegur mereka, dan menyuruh mereka memberikan persembahan persepuluhan.

Neh 13:5b,10-12 - “(5b) Sebelumnya orang membawa ke bilik itu korban sajian, kemenyan, perkakas-perkakas dan persembahan persepuluhan dari pada gandum, anggur dan minyak yang menjadi hak orang-orang Lewi, para penyanyi dan para penunggu pintu gerbang, dan persembahan khusus bagi para imam. ... (10) Juga kudapati bahwa sumbangan-sumbangan bagi orang-orang Lewi tidak pernah diberikan, sehingga orang-orang Lewi dan para penyanyi yang bertugas masing-masing lari ke ladangnya. (11) Aku menyesali para penguasa, kataku: ‘Mengapa rumah Allah dibiarkan begitu saja?’ Lalu kukumpulkan orang-orang Lewi itu dan kukembalikan pada tempatnya. (12) Maka SELURUH ORANG YEHUDA membawa lagi persembahan persepuluhan dari pada gandum, anggur dan minyak ke perbendaharaan.”.

(2) Ul 26:12-15 - “(12) ‘Apabila dalam tahun yang ketiga, tahun persembahan persepuluhan, engkau sudah selesai mengambil segala persembahan persepuluhan dari hasil tanahmu, maka haruslah engkau memberikannya kepada orang Lewi, orang asing, anak yatim dan kepada janda, supaya mereka dapat makan di dalam tempatmu dan menjadi kenyang. (13) Dan haruslah engkau berkata di hadapan TUHAN, Allahmu: Telah kupindahkan persembahan kudus itu dari rumahku, juga telah kuberikan kepada orang Lewi, dan kepada orang asing, anak yatim dan kepada janda, tepat seperti perintah yang telah Kauberikan kepadaku. Tidak kulangkahi atau kulupakan sesuatu dari perintahMu itu. (14) Pada waktu aku berkabung sesuatu tidak kumakan dari persembahan kudus itu, pada waktu aku najis sesuatu tidak kujauhkan dari padanya, juga sesuatu tidak kupersembahkan dari padanya kepada orang mati, tetapi aku mendengarkan suara TUHAN, Allahku, aku berbuat sesuai dengan segala yang Kauperintahkan kepadaku. (15) Jenguklah dari tempat kediamanMu yang kudus, dari dalam sorga, dan berkatilah umatMu Israel, dan tanah yang telah Kauberikan kepada kami, seperti yang telah Kaujanjikan dengan sumpah kepada nenek moyang kami - suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.’”.

Catatan: Perhatikan bahwa kontext ini berbicara tentang persembahan persepuluhan! Sekarang kita perhatikan secara khusus ay 14nya.

Matthew Henry (tentang Ulangan 26:13-14): “That none of this tithe had been misapplied to any common use, much less to any ill use. ... That they had not eaten of it in their mourning, ... That they had not sacrilegiously alienated it to any common use, for it was not their own.” [= Bahwa tidak ada dari persembahan persepuluhan ini telah digunakan pada penggunaan biasa apapun, apalagi pada penggunaan buruk / berdosa apapun. ... Bahwa mereka tidak memakan darinya dalam perkabungan mereka, ... Bahwa mereka tidak secara melanggar kesucian memindahkan / mengalihkannya pada penggunaan umum apapun, karena itu bukanlah milik mereka sendiri.].

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Ul 26:14): “I have not eaten thereof, under a pretence of poverty, and grudging to give any away to the poor;” [= Aku tidak memakan darinya, DI BAWAH DALIH KEMISKINAN, dan dengan bersungut-sungut memberikannya kepada orang miskin;].

Pulpit Commentary (tentang Ul 26:14): “the reference may be here to the expenses incurred by the death of one for whose funeral the individual had to provide. This view is adopted by Dr. Thomson, who, remarking on this passage, says, ‘This was the strongest possible protestation that he had dealt faithfully in the matter of tithing and consecrated things and in charities to the poor. He had not allowed himself to divert anything to other uses, not even by the most pressing and unforeseen emergencies. It is here assumed, or rather implied, that times of mourning for the dead were expensive, and also that the stern law of custom obliged the bereaved to defray those expenses, however onerous. … The temptation, therefore, to devote a part of the tithes, hallowed things, and charities to defray these enormous, unforeseen, and providential expenses would be very urgent, and he who stood faithful at such times might safely be trusted on all other occasions’ (‘Land and the Book,’ i. 149).” [= referensi di sini mungkin menunjuk pada pengeluaran yang ditimbulkan oleh kematian dari orang untuk penguburan siapa individu ini harus menyediakan. Pandangan ini diambil oleh Dr. Thomson, yang pada saat memberi pernyataan tentang text ini, berkata, ‘Ini adalah protes terkuat yang memungkinkan bahwa ia telah bertindak dengan setia, dalam persoalan memberikan persembahan persepuluhan dan menguduskan hal-hal, dan dalam amal kepada orang-orang miskin. Ia tidak mengijinkan dirinya sendiri untuk menyimpangkan apapun pada penggunaan-penggunaan lain, BAHKAN TIDAK OLEH KEADAAN-KEADAAN DARURAT YANG PALING MENEKAN DAN TAK BISA DIRAMAL. Di sini dianggap, atau dinyatakan secara implicit, bahwa SAAT-SAAT PERKABUNGAN UNTUK ORANG MATI ADALAH MAHAL, dan juga bahwa hukum yang keras dari tradisi mengharuskan orang yang kehilangan membiayai pengeluaran-pengeluaran itu, betapapun beratnya. ... Karena itu, pencobaan untuk memberikan sebagian dari persembahan persepuluhan, hal-hal kudus, dan amal, untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang besar sekali, tak terlihat lebih dulu, dan berhubungan dengan Providensia ini adalah sangat mendesak, dan ia yang tetap setia pada saat-saat seperti itu bisa dengan aman dipercayai pada semua keadaan yang lain’ (‘Land and the Book’, i. 149).].

Calvin (tentang Ul 26:14): “14. I have not eaten thereof in my mourning (TRISTITIA). It is clear that the sacred offerings are here spoken of; but the question is, what is meant by eating in mourning? This is the exposition received by almost universal consent; that although want may have tempted them to theft and fraud, yet the people assert that, even in their poverty and straits, they have abstained from the hallowed things; and to this I willingly assent;” [= 14. Aku tidak memakan darinya dalam / pada perkabunganku (TRISTITIA). Adalah jelas bahwa persembahan-persembahan kudus yang dibicarakan di sini: tetapi pertanyaannya adalah, apa yang dimaksudkan dengan ‘makan dalam / pada perkabungan’? Ini adalah exposisi yang diterima oleh hampir persetujuan universal; bahwa SEKALIPUN KEKURANGAN / KEBUTUHAN BISA TELAH MENCOBAI MEREKA PADA PENCURIAN DAN PENGGELAPAN, TETAPI BANGSA ITU MENEGASKAN BAHWA, BAHKAN DALAM KEMISKINAN DAN KESUKARAN, MEREKA MENAHAN DIRI DARI HAL-HAL YANG DIKUDUSKAN; dan terhadap hal ini saya setuju dengan sukarela;] - hal 284.

Catatan: ‘Tristitia’ adalah kata bahasa Latin yang artinya ‘sorrow’ / kesedihan.

JADI 2 CONTOH DI ATAS INI MENUNJUKKAN BAHWA DALAM KEADAAN DARURATPUN PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN HARUS TETAP DIBERIKAN!!! INI MEMBUKTIKAN BAHWA PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN BUKANLAH CEREMONIAL LAW, TETAPI MORAL LAW!

DAN KARENA PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN TERMASUK MORAL LAW MAKA PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN BERLAKU SELAMA-LAMANYA!

3. Saya mempertahankan hukum tentang persembahan persepuluhan bahkan dalam jaman Perjanjian Baru, karena tidak ada satu ayatpun dalam Perjanjian Baru, baik secara explicit maupun secara implicit, yang menunjukkan dihapuskannya hukum tentang persembahan persepuluhan.

4. Dalam Perjanjian Lama hamba-hamba Tuhan (imam-imam dan orang-orang Lewi) dihidupi oleh persembahan persepuluhan. Jaman Perjanjian Baru, apa bedanya? Kalau persembahan persepuluhan dihapuskan, dengan cara apa gereja memenuhi kebutuhan hidup para hamba Tuhan?

Bdk. 1Korintus 9:7-14 - “(7) Siapakah yang pernah turut dalam peperangan atas biayanya sendiri? Siapakah yang menanami kebun anggur dan tidak memakan buahnya? Atau siapakah yang menggembalakan kawanan domba dan yang tidak minum susu domba itu? (8) Apa yang kukatakan ini bukanlah hanya pikiran manusia saja. Bukankah hukum Taurat juga berkata-kata demikian? (9) Sebab dalam hukum Musa ada tertulis: ‘Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik!’ Lembukah yang Allah perhatikan? (10) Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya. (11) Jadi, jika kami telah menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihankah kalau kami menuai hasil duniawi dari pada kamu? (12) Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar? Tetapi kami tidak mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu, supaya jangan kami mengadakan rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus. (13) Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? (14) Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu.”.

2) Tujuan persembahan persepuluhan.

a) Untuk makan bersama (Ul 12:5-7 14:22-29).

Ulangan 12:5-7 - “(5) Tetapi tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, dari segala sukumu sebagai kediamanNya untuk menegakkan namaNya di sana, tempat itulah harus kamu cari dan ke sanalah harus kamu pergi. (6) Ke sanalah harus kamu bawa korban bakaran dan korban sembelihanmu, persembahan persepuluhanmu dan persembahan khususmu, korban nazarmu dan korban sukarelamu, anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu. (7) Di sanalah kamu makan di hadapan TUHAN, Allahmu, dan bersukaria, kamu dan seisi rumahmu, karena dalam segala usahamu engkau diberkati oleh TUHAN, Allahmu.”.

Ul 14:22-29 - “(22) ‘Haruslah engkau benar-benar mempersembahkan sepersepuluh dari seluruh hasil benih yang tumbuh di ladangmu, tahun demi tahun. (23) Di hadapan TUHAN, Allahmu, di tempat yang akan dipilihNya untuk membuat namaNya diam di sana, haruslah engkau memakan persembahan persepuluhan dari gandummu, dari anggurmu dan minyakmu, ataupun dari anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing dombamu, supaya engkau belajar untuk selalu takut akan TUHAN, Allahmu. (24) Apabila, dalam hal engkau diberkati TUHAN, Allahmu, jalan itu terlalu jauh bagimu, sehingga engkau tidak dapat mengangkutnya, karena tempat yang akan dipilih TUHAN untuk menegakkan namaNya di sana terlalu jauh dari tempatmu, (25) maka haruslah engkau menguangkannya dan membawa uang itu dalam bungkusan dan pergi ke tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, (26) dan haruslah engkau membelanjakan uang itu untuk segala yang disukai hatimu, untuk lembu sapi atau kambing domba, untuk anggur atau minuman yang memabukkan, atau apapun yang diingini hatimu, dan haruslah engkau makan di sana di hadapan TUHAN, Allahmu dan bersukaria, engkau dan seisi rumahmu. (27) Juga orang Lewi yang diam di dalam tempatmu janganlah kauabaikan, sebab ia tidak mendapat bagian milik pusaka bersama-sama engkau. (28) Pada akhir tiga tahun engkau harus mengeluarkan segala persembahan persepuluhan dari hasil tanahmu dalam tahun itu dan menaruhnya di dalam kotamu; (29) maka orang Lewi, karena ia tidak mendapat bagian milik pusaka bersama-sama engkau, dan orang asing, anak yatim dan janda yang di dalam tempatmu, akan datang makan dan menjadi kenyang, supaya TUHAN, Allahmu, memberkati engkau di dalam segala usaha yang dikerjakan tanganmu.’”.

Ul 14:22-27 menunjukkan bahwa persembahan persepuluhan itu digunakan untuk makan bersama-sama dengan orang Lewi.

Ulangan 14:28-29 menunjukkan bahwa 3 tahun sekali persembahan persepuluhan itu digunakan untuk makan bersama dengan orang Lewi, orang asing, janda, yatim piatu, orang miskin, dsb.

Catatan: perhatikan bahwa persembahan persepuluhan tidak pernah diberikan kepada orang-orang miskin untuk dibawa pulang, tetapi hanya untuk makan bersama dengan mereka.

Menurut saya, ini menunjukkan bahwa persembahan persepuluhan tidak boleh diberikan kepada orang miskin. Acara makan bersama itu, menurut saya, lebih tepat kalau dikontextualisasikan sebagai ‘acara gereja’.

b) Untuk menghidupi orang Lewi (Bil 18:21,24 bdk. Maleakhi 3:10a).

Bilangan 18:21,24 - “(21) Mengenai bani Lewi, sesungguhnya Aku berikan kepada mereka segala persembahan persepuluhan di antara orang Israel sebagai milik pusakanya, untuk membalas pekerjaan yang dilakukan mereka, pekerjaan pada Kemah Pertemuan. ... (24) sebab persembahan persepuluhan yang dipersembahkan orang Israel kepada TUHAN sebagai persembahan khusus Kuberikan kepada orang Lewi sebagai milik pusakanya; itulah sebabnya Aku telah berfirman tentang mereka: Mereka tidak akan mendapat milik pusaka di tengah-tengah orang Israel.’”.

Maleakhi 3:10 - “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumahKu dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.”.

Suku Lewi tidak terlibat dalam penyembahan anak lembu emas (Kel 32), dan karena itu mereka dijadikan suku yang melayani Tuhan. Pada waktu Israel masuk Kanaan, suku Lewi tidak mendapatkan tanah (Yos 14:3,4 Yosua 18:7).

Untuk biaya hidup mereka, maka suku-suku yang lain harus memberikan persembahan persepuluhan [dalam Perjanjian Barupun dikatakan bahwa hamba Tuhan harus hidup dari pelayanan (1Kor 9:4-14)].

Pada jaman Nehemia, karena persembahan persepuluhan tidak diberikan, maka orang Lewi terpaksa meninggalkan pela­yanan dan bekerja di ladang.

Nehemia 13:10 - “Juga kudapati bahwa sumbangan-sumbangan bagi orang-orang Lewi tidak pernah diberikan, sehingga orang-orang Lewi dan para penyanyi yang bertugas masing-masing lari ke ladangnya.”.

Karena tujuan persembahan persepuluhan ini adalah untuk membiayai kehidupan pelayan / hamba Tuhan, maka jelas­lah bahwa persembahan ini harus diberikan kepada gereja / rumah Tuhan!

Untuk ini perhatikan:

1. Maleakhi 3:10 - ‘bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan,’.

2. Ulangan 12:5-7 - ‘kesanalah harus kamu bawa ... persembahan persepuluhanmu’.

Jadi, janganlah memberikan persembahan persepuluhan kepada orang miskin, panti asuhan, korban bencana alam, dsb! Kalau saudara mau memberikan kepada orang miskin, panti asuhan, korban bencana alam, dsb, saudara harus memberikan dari 90 % yang tersisa setelah dipotong 10 % untuk Tuhan / gereja.

Bahkan memberikan persembahan persepuluhan kepada hamba Tuhan secara pribadi, menurut saya adalah salah. Dalam Perjanjian Lamapun persembahan persepuluhan bukan diberikan kepada imam / orang Lewi secara pribadi, tetapi kepada Kemah Suci / Bait Allah, dan lalu digunakan untuk mencukupi kebutuhan imam dan orang Lewi. Jadi, pada jaman sekarangpun harus diberikan kepada gereja, dan gereja yang mengaturnya untuk mencukupi kebutuhan hamba-hamba Tuhan.

Catatan: menurut saya, ada satu kasus, dimana persembahan persepuluhan boleh diberikan kepada hamba Tuhan secara pribadi, yaitu dalam kasus ada hamba Tuhan (tentu saja yang benar) yang tidak dicukupi kebutuhan hidupnya oleh gerejanya (bisa karena majelisnya pelit dsb). Dalam hal seperti ini, kita bisa mem-by pass majelis gereja itu dengan memberikannya langsung kepada hamba Tuhan itu, supaya pelayanannya untuk gereja itu tidak terhalang masalah keuangan.

3) Pelanggaran terhadap hukum persembahan persepuluhan ini:

a) Pada jaman Hizkia (2Tawarikh 31:4,5,10-12).

2Taw 31:4,5,10-12 - “(4) Ia memerintahkan rakyat, yakni penduduk Yerusalem, untuk memberikan sumbangan yang menjadi bagian para imam dan orang-orang Lewi, supaya mereka dapat mencurahkan tenaganya untuk melaksanakan Taurat TUHAN. (5) Segera setelah perintah ini tersiar, orang Israel membawa dalam jumlah yang besar hasil pertama dari pada gandum, anggur, minyak, madu dan segala macam hasil bumi. Mereka membawa juga persembahan persepuluhan dari segala sesuatu dalam jumlah yang besar. ... (10) dan dijawab oleh Azarya, imam kepala keturunan Zadok demikian: ‘Sejak persembahan khusus mulai dibawa ke rumah TUHAN, kami telah makan sekenyang-kenyangnya, namun sisanya masih banyak. Sebab TUHAN telah memberkati umatNya, sehingga tinggal sisa yang banyak ini.’ (11) Kemudian Hizkia menyuruh menyediakan bilik-bilik di rumah TUHAN dan mereka menyediakannya. (12) Dan dengan setia mereka membawa segala persembahan khusus, persembahan persepuluhan dan persembahan-persembahan kudus itu ke sana. Konanya, seorang Lewi, mengawasi semuanya, dan Simei, saudaranya, adalah orang kedua.”.

b) Pada jaman Nehemia (Neh 13:10-12).

Nehemia 13:10-12 - “(10) Juga kudapati bahwa sumbangan-sumbangan bagi orang-orang Lewi tidak pernah diberikan, sehingga orang-orang Lewi dan para penyanyi yang bertugas masing-masing lari ke ladangnya. (11) Aku menyesali para penguasa, kataku: ‘Mengapa rumah Allah dibiarkan begitu saja?’ Lalu kukumpulkan orang-orang Lewi itu dan kukembalikan pada tempatnya. (12) Maka seluruh orang Yehuda membawa lagi persembahan persepuluhan dari pada gandum, anggur dan minyak ke perbendaharaan.”.

c) Pada jaman Maleakhi.

1. Maleakhi 3:9: ‘Kamu seluruh bangsa’.

Jadi, pelanggaran ini dilakukan bukan hanya oleh satu atau dua orang, tetapi seluruh bangsa!

2. Maleakhi 3:10: ‘Bawalah seluruh persembahan persepuluhan ...’.

Jadi mungkin ada yang memberikan di bawah 10 %. Tetapi Tuhan tidak senang dengan ketaatan yang sebagian.

d) Pada jaman ini, pasti banyak orang yang tidak memberi­kan persembahan persepuluhan. Ada yang hanya memberi sebagian (kurang dari 10 %); ada yang hanya kadang-kadang memberi; ada yang bahkan tidak memberi sama sekali. Itu sebabnya banyak gereja kekurangan uang.

IV) Perintah bertobat dan janji Allah (Maleakhi 3: 10-12).

1) Bisa kita lihat bahwa pada waktu mereka tidak memberikan persembahan itu, mereka dihukum (ay 9-11).

a) Mereka kena kutuk (ay 9).

Maleakhi 3: 9 terjemahan seharusnya adalah ‘Kamu kena kutuk karena kamu merampok Aku, ya kamu seluruh bangsa’.

b) Allah tidak memberi hujan / berkat (Maleakhi 3:10b).

‘Membuka tingkap di langit dan mencurahkan berkat’ bisa diartikan sebagai hujan biasa. Perlu diingat bahwa kebanyakan dari orang Israel adalah petani dan gembala yang pekerjaannya sangat tergantung pada hujan. Dengan demikian, kalau Tuhan menahan hujan, maka itu sama dengan menahan berkat Tuhan atas pekerjaan mereka.

c) Allah memberi belalang yang merusak panen dan Allah tidak memberikan buah pada pohon anggur mereka.

Maleakhi 3: 11: “Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam.”.

Jadi, Allah bukan hanya menghentikan berkatnya, tetapi bahkan juga memberikan bencana yang menghancurkan penghasilan mereka.

Terhadap ajaran ini, saudara mungkin bertanya: Mengapa banyak orang yang tidak memberikan persembahan persepuluhan, tetapi toh bisa kaya? Jawabnya adalah:

1. Mereka bukan anak-anak Allah; dan Allah tidak menghajar orang-orang yang bukan anak-anakNya.

Ibrani 12:5-8 - “(5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: ‘Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkanNya; (6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihiNya, dan Ia menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak.’ (7) Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? (8) Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.”.

2. Mereka akan mendapat hukuman di neraka.

2) Allah menyuruh Israel bertobat, dan kalau Israel mau bertobat, maka Allah berjanji untuk member­kati:

a) Ia akan memberi hujan / berkat (Maleakhi 3: 10b).

b) Ia akan menyingkirkan belalang dan memberikan buah pada pohon anggur mereka (Maleakhi 3: 11).

Dari bagian ini ada beberapa hal yang bisa kita bahas:

1. Segala sesuatu tergantung kepada Tuhan.

Hujan, belalang, buah, semua tergantung Tuhan (Maleakhi 3:10-11). Jadi, sukses tidaknya pekerjaan kita, lancar tidaknya usaha kita, semua tergantung kepada Tuhan.

Bdk. Mazmur 127:1 - “[Nyanyian ziarah Salomo.] Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.”.

Jadi, segala sesuatu yang kita hasilkan dari pekerjaan, bahkan segala milik kita, sebetulnya adalah pemberian Tuhan.

1Korintus 4:7b - “Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?”.

Kalau kita menyadari hal ini, sebetulnya tidak akan sukar bagi kita untuk memberikan 10 % dari penghasilan kita kepada Tuhan. Kita sebetulnya hanya ‘mengembalikan’ 10 % dari yang Tuhan berikan kepada kita.

Bandingkan dengan kata-kata Yakub dalam Kej 28:22 yang berbunyi: ‘Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepadaMu’.

Persembahan persepuluhan sebetulnya menunjukkan iman / kepercayaan kita bahwa semua milik kita adalah pemberian Tuhan.

2. Banyak orang ‘menjadi miskin karena tidak memberikan persepuluhan’ dan bukannya ‘tidak memberikan persepuluhan karena miskin’.

Banyak orang mau Tuhan mencukupi kebutuhannya dulu (bahkan berlimpah-limpah dulu), baru mau memberikan persembahan persepuluhan. Tetapi ini terbalik! Tuhan menghendaki kita memberikan persembahan persepuluhan dulu, baru Ia akan memberkati kita! (ay 10-11).

Bandingkan juga dengan Mat 6:33 dan 1Raja 17:7-16.

Matius 6:33 - “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”.

1Raja 17:7-16 - “(7) Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu. (8) Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia: (9) ‘Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan.’ (10) Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: ‘Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum.’ (11) Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: ‘Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti.’ (12) Perempuan itu menjawab: ‘Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati.’ (13) Tetapi Elia berkata kepadanya: ‘Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu. (14) Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi.’ (15) Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. (16) Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkanNya dengan perantaraan Elia.”.

Kedua bagian ini mengajarkan kita untuk mengutamakan Tuhan lebih dulu, dan kalau kita mau melakukan hal itu, maka pastilah Tuhan akan mencukupi kebutuhan hidup kita!

Mungkin saudara berkata: ‘Dengan 100 % penghasilan saya saat ini, saya tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarga saya. Lalu bagaimana bisa cukup kalau penghasilan saya itu masih harus dipotong 10 % untuk diberikan kepada Tuhan?’.

Untuk menjawab pertanyaan ini perlu saya jelaskan bahwa kalau saudara memberikan persepuluhan, maka Tuhan akan memberikan berkat. Ini bisa Ia lakukan dengan menambah penghasilan saudara atau menyuruh seseorang memberi uang kepada saudara. Atau bisa saja Tuhan menyingkirkan ‘belalang’ dari kehidupan saudara. Mungkin selama ini saudara tidak cukup, karena adanya ‘belalang’ itu yang bisa berbentuk macam-macam hal, seperti anak sakit, kendaraan rusak, dan semua pengelu­aran extra lainnya. Kalau ‘belalang’ itu disingkirkan oleh Tuhan, maka bisa saja dengan 90 % penghasilan saudara, saudara justru bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarga saudara!

3. Apakah semua ini berarti bahwa ajaran Theologia Kemakmuran itu betul? Tidak! Hal yang penting sekali untuk diketahui adalah bahwa ada perbedaan besar antara Perjanjian Lama dan Perjan­jian Baru.

Dalam Perjanjian Lama, Tuhan menjanjikan berkat Tuhan, kalau Israel taat kepadaNya. Tetapi penekanan dari berkat itu adalah pada hal-hal jasmani (Bdk. Ulangan 11:8-15 Ul 28:1-14 Maleakhi 3:8-11).

Dalam Perjanjian Baru, kalau kita taat, kita juga akan diberkati. Tetapi penekanan dari berkat di sini adalah pada berkat rohani!

Bdk. 2Kor 9:6-11 - “(6) Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. (7) Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. (8) Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. (9) Seperti ada tertulis: ‘Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaranNya tetap untuk selamanya.’ (10) Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; (11) kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami.”.

Kalau kita hanya membaca 2Kor 9:6 saja, seperti yang biasanya dilakukan, maka kita mungkin akan menarik kesimpulan bahwa orang yang memberi banyak persembahan, juga akan menuai banyak uang. Tetapi cobalah baca terusannya! 2Kor 9:8 menyebutkan bahwa ‘mereka berkelimpahan dalam berbagai kebajikan’! 2Kor 9:10 mengatakan bahwa ‘Allah akan melipatgandakan dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu’! 2Korintus 9:11 mengatakan bahwa ‘kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati’. Ini semua jelas menunjuk pada berkat rohani.

Bagaimana dengan berkat jasmani dalam Perjanjian Baru? Apakah Tuhan menjanjikan kekayaan? Sama sekali tidak! 2Kor 8:1-9 menceritakan tentang jemaat Makedonia yang mem­beri lebih banyak dari kemampuan mereka. Tetapi mereka tidak menjadi kaya secara jasmani (bahkan dikatakan kalau mereka sangat miskin - ay 2), tetapi mereka kaya secara rohani!

2Korintus 8:1-9 - “(1) Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. (2) Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. (3) Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. (4) Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus. (5) Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami. (6) Sebab itu kami mendesak kepada Titus, supaya ia mengunjungi kamu dan menyelesaikan pelayanan kasih itu sebagaimana ia telah memulainya. (7) Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, - dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami - demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini. (8) Aku mengatakan hal itu bukan sebagai perintah, melainkan, dengan menunjukkan usaha orang-orang lain untuk membantu, aku mau menguji keikhlasan kasih kamu. (9) Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya.”.

Demikian pula dengan orang-orang yang menjual rumah dan tanahnya, lalu mempersembahkan kepada Tuhan dalam Kis 4:34-37. Tidak pernah dikatakan bahwa mereka lalu menja­di kaya / menerima banyak rumah! Rasul-rasul yang mengikut Tuhan (termasuk Paulus) adalah orang-orang saleh. Tetapi mereka tidak menjadi kaya dalam hal jasmani!

Jadi, dalam Perjanjian Baru, dalam hal jasmani Tuhan tidak menjanjikan kelimpahan. Tetapi, Ia menjanjikan kecukupan (dalam arti: orang Kristen tidak perlu mengemis, berhutang, mati kelaparan, dsb). Janji ini bisa saudara dapatkan dalam Matius 6:25-34.

Juga kalau saudara memperhatikan doa Bapa Kami (Matius 6:9-13), Yesus tidak mengajar supaya kita meminta jadi kaya / berlim­pah-limpah, tetapi supaya cukup (Matius 6:11).

Pertanyaan yang mungkin timbul: Mengapa Perjanjian Lama berbeda dengan Perjanjian Baru? Apakah Tuhan berubah? Tidak!! Tuhan tidak berubah, tetapi caraNya untuk menunjukkan cintaNya berubah.

Illustrasi:

Waktu anak saudara berumur 2 tahun, saudara menunjukkan cinta saudara dengan menggendong dia, menciumi dia dsb. Tetapi cara sauda­ra menunjukkan cinta saudara kepadanya tentu berbeda pada waktu anak itu sudah berumur 17 tahun! Saudara tetap mencintai dia, tetapi cara menunjukkan cinta (perwujudan cinta) berubah.

Allah memper­lakukan orang-orang Perjanjian Lama seperti anak kecil, sedangkan orang-orang Perjanjian Baru seperti orang dewasa. Mengapa demikian? Karena adanya salib / pengorbanan Yesus yang memisahkan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru! Pada jaman Perjanjian Lama, belum ada pengorbanan Yesus. Jadi, orang sukar untuk bisa melihat kasih Allah, kalau Allah tidak memberikan berkat jasmani yang berkelimpahan. Tetapi pada jaman Perjanjian Baru, pengorbanan Yesus sudah terjadi. Jadi, sekalipun kita tidak diberi terlalu banyak berkat jasmani, bahkan sekalipun kita ada dalam penderitaan, kita bisa ‘melihat ke belakang’ (yaitu pada salib yang merupakan puncak pernyataan kasih Allah), dan kita bisa yakin bahwa Allah mengasihi kita. Jadi, dalam Perjanjian Baru tidak lagi diperlukan berkat jasmani yang berkelimpahan untuk bisa melihat kasih Allah! Allah kadang-kadang memberikan kekayaan kepada orang kristen tertentu, tetapi Ia tidak pernah ber­janji bahwa semua orang kristen akan menjadi kaya! Lihat Calvin, ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter XI, no 1-3.

John Calvin: “THE DIFFERENCE BETWEEN THE TWO TESTAMENTS. (1. The Old Testament differs from the New in five respects: representation of spiritual blessings by temporal, 1-3). 1. STRESS ON EARTHLY BENEFITS WHICH, HOWEVER, WERE TO LEAD TO HEAVENLY CONCERNS. What then? You will ask: will no difference remain between the Old and New Testaments? What is to become of the many passages of Scripture wherein they are contrasted as utterly different? ... Now this is the first difference: the Lord of old willed that his people direct and elevate their minds to the heavenly heritage; yet, to nourish them better in this hope, he displayed it for them to see and, so to speak, taste, under earthly benefits. But now that the gospel has more plainly and clearly revealed the grace of the future life, the Lord leads our minds to meditate upon it directly, laying aside the lower mode of training that he used with the Israelites.” [= PERBEDAAN ANTARA DUA PERJANJIAN. (1. Perjanjian Lama berbeda dari Perjanjian Baru dalam lima hal: penggambaran berkat-berkat rohani oleh berkat-berkat sementara, 1-3). 1. PENEKANAN PADA KEUNTUNGAN-KEUNTUNGAN DUNIAWI YANG, HARUS MEMBIMBING PADA URUSAN-URUSAN / PERSOALAN-PERSOALAN SURGAWI. Lalu apa / bagaimana? Kamu akan bertanya: tidak adakah perbedaan yang tertinggal antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru? Akan jadi apa / bagaimana banyak text Kitab Suci dalam mana mereka dikontraskan sebagai sama sekali berbeda? ... Sekarang inilah perbedaan yang pertama: Tuhan dari Perjanjian Lama menghendaki bahwa bangsa / umatNya mengarahkan dan mengangkat pikiran mereka pada warisan surgawi; tetapi untuk memelihara mereka dengan lebih baik dalam pengharapan ini, Ia menunjukkannya kepada mereka untuk melihat, dan boleh dikatakan, untuk mencicipi, di bawah keuntungan-keuntungan duniawi. Tetapi sekarang bahwa injil telah menyatakan dengan lebih jelas kasih karunia dari kehidupan yang akan datang, Tuhan membimbing pikiran kita untuk merenungkan hal itu secara langsung, dengan mengesampingkan cara melatih yang lebih rendah yang Ia gunakan dengan bangsa Israel.] - ‘Institutes of The Christian Religion’, II, XI, 1.

John Calvin: “2. THE EARTHLY PROMISES CORRESPONDED TO THE CHILDHOOD OF THE CHURCH IN THE OLD COVENANT; BUT WERE NOT TO CHAIN HOPE TO EARTHLY THINGS. This will be more apparent from the comparison that Paul made in the letter to the Galatians. He compares the Jewish nation to a child heir, not yet fit to take care of himself, under the charge of a guardian or tutor to whose care he has been entrusted (Galatians 4:1-2). Although Paul applies this comparison chiefly to the ceremonies, nothing prevents us from applying it most appropriately here as well. Therefore the same inheritance was appointed for them and for us, but they were not yet old enough to be able to enter upon it and manage it. The same church existed among them, but as yet in its childhood. Therefore, keeping them under this tutelage, the Lord gave, not spiritual promises unadorned and open, but ones foreshadowed, in a measure, by earthly promises. When, therefore, he adopted Abraham, Isaac, Jacob, and their descendants into the hope of immortality, he promised them the Land of Canaan as an inheritance. It was not to be the final goal of their hopes, but was to exercise and confirm them, as they contemplated it, in hope of their true inheritance, an inheritance not yet manifested to them.” [= 2. JANJI-JANJI DUNIAWI SESUAI DENGAN MASA KANAK-KANAK DARI GEREJA DALAM PERJANJIAN LAMA; TETAPI TIDAK MENGIKAT PENGHARAPAN PADA HAL-HAL DUNIAWI. Ini akan lebih jelas dari perbandingan yang Paulus buat dalam surat Galatia. Ia membandingkan bangsa Yahudi dengan seorang pewaris yang masih kanak-kanak, yang karena belum cocok untuk mengurus dirinya sendiri, di bawah pengawasan seorang penjaga atau guru pada penjagaan siapa ia telah dipercayakan (Gal 4:1-2). Sekalipun Paulus menerapkan perbandingan ini terutama pada upacara-upacara, tak ada apapun yang menghalangi kami untuk juga menerapkannya dengan paling cocok di sini. Karena itu warisan yang sama ditetapkan bagi mereka dan bagi kita, tetapi mereka belum cukup umur untuk bisa memasukinya dan mengurusnya. Gereja yang sama ada di antara mereka, tetapi masih dalam masa kanak-kanak. Karena itu, dengan menjaga mereka di bawah penjagaan ini, Tuhan memberi, bukan janji-janji rohani tanpa hiasan dan terbuka, tetapi janji-janji yang membayangkan lebih dulu (foreshadowed), sampai tingkat tertentu, dengan / oleh janji-janji duniawi. Karena itu, pada waktu Ia mengadopsi Abraham, Ishak, Yakub dan keturunan mereka ke dalam pengharapan kekekalan, Ia menjanjikan mereka Tanah Kanaan sebagai suatu warisan. Itu bukanlah tujuan akhir dari pengharapan mereka, tetapi harus melatih dan meneguhkan mereka, pada waktu mereka merenungkannya, dalam pengharapan tentang warisan mereka yang sebenarnya, suatu warisan yang belum dinyatakan kepada mereka.] - ‘Institutes of The Christian Religion’, II, XI, 2.

Galatia 4:1-2 - “(1) Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu; (2) tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya.”.

John Calvin: “3. PHYSICAL BENEFITS AND PHYSICAL PUNISHMENTS AS TYPES. ... But as the Lord, in testifying his benevolence toward believers by present good things, then foreshadowed spiritual happiness by such types and symbols, so on the other hand he gave, in physical punishments, proofs of his coming judgment against the wicked. Thus, as God’s benefits were more conspicuous in earthly things, so also were his punishments. The ignorant, not considering this analogy and congruity, to call it that, between punishments and rewards, wonder at such great change-ableness in God. ... But we shall readily dispose of these misgivings if we turn our attention to this dispensation of God which I have noted. He willed that, for the time during which he gave his covenant to the people of Israel in a veiled form, the grace of future and eternal happiness be signified and figured under earthly benefits, the gravity of spiritual death under physical punishments.” [= 3. PEMBERIAN-PEMBERIAN JASMANI DAN HUKUMAN-HUKUMAN JASMANI SEBAGAI TYPE-TYPE. ... Tetapi karena Tuhan, dalam memberikan kesaksian tentang kebaikanNya terhadap orang-orang percaya oleh hal-hal baik sekarang ini, pada waktu itu membayangkan lebih dulu (foreshadowed) kebahagiaan rohani dengan type-type dan simbol-simbol seperti itu, demikian juga di sisi lain Ia memberikan, dalam hukuman-hukuman jasmani, bukti-bukti dari penghakimanNya terhadap orang jahat. Demikianlah, sebagaimana pemberian-pemberian Allah lebih menyolok dalam hal-hal duniawi, demikian juga hukuman-hukuman-Nya. Orang-orang yang tak mempunyai pengetahuan, tanpa mempertimbangkan analogi dan kesesuaian ini, saya menyebutnya seperti itu, antara hukuman-hukuman dan pahala-pahala / upah-upah, heran pada kebisa-berubahan yang begitu besar dalam diri Allah. ... Tetapi kita akan dengan mudah membereskan keraguan ini jika kita mengarahkan perhatian kita pada dispensasi dari Allah ini yang telah saya perhatikan. Ia mau bahwa, selama waktu di mana Ia memberi perjanjian-Nya kepada bangsa Israel dalam suatu bentuk yang ditutupi / disembunyikan, kasih karunia dari kebahagiaan yang akan datang dan kekal ditunjukkan dan digambarkan di bawah kebaikan-kebaikan duniawi, keseriusan / beratnya kematian rohani di bawah hukuman-hukuman jasmani.] - ‘Institutes of The Christian Religion’, II, XI, 3.

Kesimpulan: Maleakhi 3:10-12 tidak mendukung Theologia Kemakmuran!

4. Ini tidak berarti bahwa bagi Tuhan hanya persembahan persepuluhan yang penting. Persembahan persepuluhan tanpa ketaatan dalam hal-hal lain, tidak akan dipedulikan oleh Tuhan (Yesaya 1:10-20 1Samuel 15:22).

a. Kalau ada dosa dalam kehidupan saudara, jangan memberikan persepuluhan untuk menyogok Tuhan! Persepuluhan tidak bisa menggantikan ketaatan yang dituntut Tuhan dari diri saudara!

b. Persembahan persepuluhan juga tidak bisa menggantikan pelayanan yang dituntut Tuhan dari saudara! Jangan memberi persembahan persepuluhan, lalu tidak melayani Tuhan, dengan pikiran bahwa saudara sudah ‘mengupah’ hamba Tuhan untuk melayani Tuhan!

BACA JUGA: MEMBAHAS KONTROVERSI PERSEPULUHAN

c. Sekalipun saudara sudah memberikan 10 % kepada Tuhan, saudara tetap harus menggunakan yang 90 % sesuai kehendak Tuhan dan untuk kemuliaan Tuhan (1Korintus 10:31).

5. Adanya janji berkat bagi orang-orang yang memberikan persembahan persepuluhan, menyebabkan banyak orang Kristen memberikan persembahan persepuluhan dengan motivasi yang salah.

Motivasi yang benar pada waktu memberikan persembahan persepuluhan:

a. Jangan memberi dengan terpaksa; takut kalau tidak memberi maka akan dikutuk / dihukum oleh Allah.

Memang yang tidak memberi persembahan persepuluhan akan dihukum. Tetapi jangan hanya karena takut dihukum, lalu saudara memberikan persembahan persepuluhan!

b. Jangan memberi dengan pamrih (supaya dibalas / diberkati oleh Tuhan berlipat ganda).

Memang orang yang memberi persembahan persepuluhan akan diberkati Tuhan, tetapi jangan memberi dengan tujuan supaya saudara diber­kati! Kalau saudara memberikan persembahan persepuluhan dengan ‘jiwa dagang’ seperti ini, jangan berharap bahwa Tuhan akan memberkati saudara! Kalau toh ada berkat, itu mungkin datang dari setan!

Berikan persembahan persepuluhan karena saudara mencintai Tuhan. Berikan dengan hati yang rela / sukacita. Berikan dengan tujuan supaya Tuhan dipermuliakan!

Maukah saudara melakukan hal itu?

-AMIN-
Next Post Previous Post