Prinsip Takut Akan Tuhan Berdasarkan Kitab Amsal
Prinsip-prinsip “takut akan TUHAN” yang perlu diterapkan dalam kehidupan kekristenan berdasarkan kitab amsal antara lain:
Mengenal TUHAN Dengan Sungguh-sungguh
“Jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperolah pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah” (Amsal 2:4-5).
Untuk dapat mengenal Tuhan dengan benar setiap manusia harus dengan sungguh-sungguh mencari dan berusaha untuk mengenal Dia. Kitab amsal memberikan gambaran mengenai sikap setiap orang yang memiliki pengertian tentang takut akan TUHAN seperti seseorang yang mencari perak. Ini berarti bahwa usaha untuk mengenal TUHAN adalah sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan kekristenan setiap hari.
Ketika seseorang mengenal TUHAN dengan benar, maka dengan secara sadar seseorang tersebut akan mendapat pengertian tentang siapa TUHAN itu sehingga, di sinilah seseorang akan mendapat kesadaran untuk menghormati TUHAN yang disembahnya.
Pada dasarnya Allah bukanlah Allah yang tidak dapat dikenal oleh manusia, Allah dapat dikenal melalui pembacaan Firman Tuhan, berdoa, pujian dan persekutuan-persekutuan dengan orang percaya lainnya.
Menjadikan TUHAN Sebagai Sandaran
Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri (Amsal 3:5).
Setiap orang Kristen yang percaya diperingatkan dan diperintahkan untuk percaya sepenuhnya kepada Tuhan, bersandar kepada-Nya dan tidak mengandalkan atau bersandar pada pengertiannya sendiri. Setiap orang yang mau berjalan dengan kekuatannya sendiri adalah orang yang tidak mengenal siapa Tuhannya, bahkan merupakan orang yang tidak menghormati dan menghargai Tuhan dalam hidupnya. “Perintah ini juga merupakan peringatan terhadap bersandar pada perasaan kita. Kesalahan ini banyak terjadi di antara orang Kristen.
Bersandar pada Tuhan berarti mengenal Dia melalui firman-Nya, doa, dan melalui nasihat orang lain”. Orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh bersandar kepada Tuhan akal sehat dan bijaksana (Amsal 3:7). Amsal berkata orang yang bijak akan mewarisi kehormatan (Amsal 3:35). “kepercayaan diperintahkan; kepercayaan yang juga meliputi kepercayaan kepada Allah (Amsal 3:5), mengakui Dia dalam segala bidang kehidupan (Amsal 3: 6), dan takut kepada Dia (ay. 7)”.
Ketika setiap orang menjadikan Tuhan sebagai sandaran dalam hidupnya itu berarti bahwa orang tersebut tidak akan menjadi gentar dan takut terhadap kekejutan yang tiba-tiba karena Dia sendirilah yang akan menghindarkan kaki manusia dari pada jerat (Amsal 3:26).
Percaya kepada Tuhan dengan segenap hati adalah lawannya meragukan Allah dan firman-Nya. Pengertian kita sendiri terbatas, dan mudah salah, dalam semua rencana, keputusan, dan tindakan kita, hendaknya kita mengakui Allah sebagai Tuhan dan kehendak-Nya sebagai keinginan tertinggi kita. Setiap hari kita harus hidup dalam hubungan yang erat dan percaya Allah, senantiasa mengharapkan pengarahan dari Dia.
Dalam Amsal pasal 16:3 mengatakan, bahwa orang percaya seharusnya melakukan segala sesuatu dengan mengandalkan Tuhan karena dengan demikian seluruh rencana manusia akan terlaksana dengan baik. Paul G. Caram mengatakan, “orang yang tidak menyadari Ketidak-berdayaannya akan bersandar kepada Allah sedangkan orang yang percaya kepada kemampuannya sendiri dan bersandar kepada kemampuannya sendiri tidak mencari Allah”. Pernyataan ini menyatakan kepada orang-orang percaya bahwa setiap orang yang bersandar kepada Tuhan adalah orang-orang yang sungguh-sungguh mengenal dan menyatakan kemahakuasaan Tuhan dalam hidupnya.
Berjalan Dalam Kejujuran
Siapa berjalan dengan jujur, takut akan TUHAN, tetapi orang yang sesat jalannya, menghina Dia (Amsal 14:2; Bdg Yohanes 14:15). “Berjalan dengan jujur merupakan sebuah bukti ketaatan, tetapi mengikuti jalan yang sesat adalah sebuah bukti ketidaktaatan kepada Tuhan”. Setiap orang tidak luput dari ujian kejujuran bahkan orang percaya pun tanpa terkecuali. Sikap jujur merupakan wujud dari ketaatan manusia terhadap Tuhannya, ketika manusia tidak hidup dalam kejujuran, maka secara nyata manusia tersebut menghina Dia sebagai Tuhan. “kejujuran dan kejahatan pada dasarnya bersumber pada sikap orang terhadap Allah”.
Jadi, dengan kata lain bahwa kejujuran atau pun kejahatan yang setiap orang lakukan merupakan pemberontakannya terhadap Tuhan. kejujuran mengajarkan setiap orang akan keberadaan Tuhan sebagai pribadi yang Mahatahu. Tuhan menyediakan pertolongan bagi setiap orang yang jujur dan menjadi perisai baginya (Amsal 2:7).
Jadi, ketika manusia menempuh hidup dalam kejujuran berarti orang tersebut telah menjadikan Tuhan sebagai pelindung dan perisai dalam kehidupannya dan sungguh-sungguh menyadari akan keberadaan Tuhan sebagai yang mahakuasa dalam kehidupannya. Orang-orang jujur akan mendiami tanah (Amsal 2:21). Tuhan bergaul erat dengan orang jujur (Amsal 3:32).
Hidup jujur juga merupakan salah satu sikap manusia yang mengakui kehadiran Tuhan setiap waktu dalam kehidupannya. Dalam Amsal pasal 11:1, juga di sana digambarkan bahwa salah satu perbuatan yang tidak jujur adalah pemakaian neraca yang tidak benar untuk menipu orang lain juga merupakan kekejian bagi Tuhan.
Tuhan memerintahkan manusia agar bertindak jujur kepada semua orang, baik dalam hal keuangan maupun dalam keadaan lain yang memungkinkan penipuan. “hanya ketika kita mengukur motivasi pribadi dengan standar kebenaran Alkitab, barulah kita melihat kesalahan dari jalan kita. Allah tidak dapat ditipu dengan Ketidak-jujuran atau alasan kita yang bagus. Ia menghakimi motivasi (Amsal 16:2)
Menjauhi Kejahatan
“Dengan kasih dan kesetiaan, kesalahan diampuni, karena takut akan TUHAN orang menjauhi kejahatan”. (Amsal 16:6 bdg 4:27). Dengan menjauhkan diri dari kejahatan, berarti membuktikan bahwa orang tersebut memiliki penghormatan terhadap Tuhan lewat tingkah lakunya. “Tuhan membenci dosa, bukan membenci orang berdosa. ”Menurut (Amsal 15:9), Tuhan membenci jalan orang jahat, bukan orang jahat itu sendiri”. Bangsa Israel dikelilingi oleh bangsa-bangsa yang kesukaannya hanya melakukan kejahatan dan oleh karena itulah Salomo memberikan nasihat dalam amsal pasal 1:15-16, agar tidak menurut tingkah laku mereka (bdg Amsal 5:14-18).
Menjauhi kejahatan merupakan keharusan bagi setiap orang Kristen yang percaya bukan merupakan paksaan (Amsal 8:13). Kejahatan merupakan sikap pemberontakan manusia terhadap Tuhan, kejahatan merupakan sikap yang tidak menghormati Tuhan. Salah satu bukti bahwa manusia menghormati Tuhan dalam kehidupannya adalah dengan menjauhkan diri dari kejahatan-kejahatan dalam bentuk apa pun yang tidak memuliakan Tuhan. Kekristenan harus menjadi berkat bagi orang-orang yang ada di sekitarnya dengan menunjukkan tingkah laku dan perbuatannya dalam hidup bermasyarakat setiap hari
Memiliki Sikap Hati yang Benar
“Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya: mata sombong, lidah dusta, tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah, hati yang membuat rencana-rencana yang jahat, kaki yang segera lari menuju kejahatan, seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan dan yang menimbulkan pertengkaran saudara” (Amsal 6:16-19). Hati bagi orang Yahudi merupakan pusat dari seluruh keberadaan hidup manusia. Amsal pasal 6:18, memperingatkan manusia untuk selalu menjaga hati dari segala rencana-rencana yang jahat karena ini merupakan satu dari enam bahkan tujuh perkara yang dibenci oleh Tuhan dalam hidup manusia (Amsal 6:16).
Dari hati juga terpancar kehidupan (Amsal 4:23). Hati yang benar akan memancarkan kehidupan yang benar dan memuliakan Tuhan. “Secara alkitabiah, hati dapat dilihat sebagai berisi seluruh pikiran, perasaan, dan kehendak seseorang. Hati adalah pusat intelek (bdg. Ulangan 8:5; 1Samuel 1:12-13; Mazmur 19:15). Hati adalah pusat perasaan (bdg. Keluaran 4:14; Ulangan 6:5; Yosua 5:1; Mazmur 27:14). Hati adalah pusat kehendak manusia (bdg. Keluaran 4:21; Yosua 24:23; 2Taw.6:7; 1Tawarikh 22:19)”
Baca Juga: Manfaat Takut akan TUHAN dalam Kitab Amsal
Dengan memiliki sikap hati yang baik juga setiap orang akan menerima firman-Nya dengan baik dan menyimpannya, sehingga manusia dapat hidup bijaksana dan benar dalam hubungannya dengan Tuhan dan akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN (Amsal 2:5). Tuhan dapat mengetahui apa yang ada dalam hati manusia, oleh sebab itu milikilah hati yang benar karena Tuhan tahu semua isi hati manusia tanpa terkecuali (Amsal 15:11).
Setiap orang perlu menjaga hati. Dari hati manusia akan timbul berbagai macam hal yang tidak memuliakan Tuhan. Bukan korban, bukan harta yang banyak, bukan kecantikan dan kegagahan, bukan prestasi yang Tuhan cari dari setiap orang percaya, akan tetapi Tuhan mencari dan melihat hati manusia. Sebagaimana yang diungkapkan Paul G. Caram bahwa, “Allah tidak menghendaki korban dari kita jika hati kita tidak benar terhadap-Nya. -Ril Tampasigi