AMSAL 3:21-26: KELUHURAN HIKMAT
Matthew Henry (1662 – 1714)
BAHASAN : AMSAL 3:21-26. KELUHURAN HIKMAT.
BAHASAN : AMSAL 3:21-26. KELUHURAN HIKMAT.
Setelah mengumandangkan ucapan bahagia bagi orang-orang yang tidak saja memegang hikmat, tetapi juga berpegang kepadanya, di sini Salomo mengimbau kita untuk mempertahankannya dengan meyakinkan kita bahwa dengan melakukannya, kita akan mendapatkan penghiburan.
[I]. Imbauannya ialah untuk selalu mengarahkan pandangan pada peraturan-peraturan agama dan mengindahkannya di dalam hati (Amsal 3: 21).
1. Untuk selalu mengarahkan pandangan pada peraturan-peraturan itu: “Hai anakku, janganlah pertimbangan dan kebijaksanaan itu menjauh dari matamu. Jangan mengalihkan matamu dari pertimbangan dan kebijaksanaan itu untuk mengejar kesia-siaan. Camkanlah kedua hal itu dalam benakmu, dan jangan pernah melupakannya. Pikirkanlah selalu keduanya. Perbincangkanlah, dan jangan pernah menganggap bahwa engkau telah cukup memperhatikannya sehingga kini engkau bisa menyisihkannya. Sebaliknya, pelihara dan pupuklah keeratanmu dengan kedua hal itu selama engkau hidup.” Orang yang belajar menulis harus selalu menjaga salinan tulisannya itu dan tidak membiarkannya lepas dari matanya. Begitu pulalah orang-orang yang hendak menjalankan hidup dengan bijaksana harus mengindahkan kata-kata hikmat dengan cara yang serupa.
2. Untuk selalu mengindahkannya di dalam hati. Sebab, di sanalah kita harus menyimpan kaidah-kaidah pertimbangan dan kebijaksanaan yang sehat, menaati kaidahnya dan berjalan seturutnya, yaitu di dalam perbendaharaan kita, manusia batiniah yang tersembunyi. Hal itu merupakan harta yang berharga untuk disimpan baik-baik.
[II]. Alasan untuk menekankan imbauan ini adalah karena adanya keuntungan luar biasa yang akan kita terima oleh karena memelihara hikmat.
1. Berkaitan dengan kekuatan dan kepuasan: “Itu akan menjadi kehidupan bagi jiwamu (Amsal 3:22). Hikmat akan menggiatkanmu untuk menunaikan tugasmu ketika engkau mulai malas dan lalai. Hikmat juga akan membangkitkanmu ketika engkau mulai lemah dan lunglai di bawah kesukaranmu. Hikmat akan menjadi kehidupan rohanimu, awal dari kehidupan yang kekal.” Kehidupan jiwa sungguh merupakan kehidupan yang sejati.
2. Berkaitan dengan kehormatan dan nama baik: Itu akan menjadi perhiasan bagi lehermu, layaknya kalung emas atau permata. Perhiasan bagi rahangmu (demikianlah kata aslinya), lembut bagi indra pengecapmu dan menyenangkan (demikianlah yang diartikan oleh sebagian orang). Ia akan menyertakan kelembutan dalam segala perkataanmu (demikianlah yang diartikan oleh yang lain lagi), akan memperlengkapimu dengan perkataan baik yang akan membuatmu dihormati.
3. Berkaitan dengan keamanan dan keselamatan. Salomo menekankan hal ini dalam empat ayat, yang tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa akibat kebenaran (yang di sini artinya sama dengan hikmat) ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya (Yesaya 32:17). Orang-orang benar ada di bawah perlindungan istimewa Allah, dan di sana mereka dapat merasakan kepuasan sepenuh-penuhnya. Mereka aman dan tenteram,
(a). Dalam tindak tanduk mereka setiap hari (Amsal 3:23). Agama dapat menjadi penjaga kita bila kita berkawan dengannya: “Maka engkau akan berjalan di jalanmu dengan aman. Kehidupan alam dan segala isinya berada di bawah perlindungan pemeliharaan Allah, sedangkan kehidupan rohani dan segala kepentingan di dalamnya, ada di bawah perlindungan anugerah-Nya. Dengan demikian, engkau akan dijaga supaya tidak jatuh ke dalam dosa atau malapetaka.”
Hikmat akan mengarahkan dan memelihara kita di dalam jalan yang aman, sejauh mungkin dari cobaan. Hikmat juga akan memampukan kita untuk berjalan di sana dengan rasa aman yang kudus. Jalan penunaian tugas merupakan jalan keselamatan. “Kita terancam jatuh, tetapi hikmat akan memelihara engkau sehingga kakimu tidak akan terantuk akibat hal-hal yang menghambat dan membuat banyak orang tergelincir, sebab engkau akan tahu bagaimana melalui semua hal itu.”
(b). Pada waktu mereka beristirahat di malam hari (Amsal 3:24). Saat kita berbaring untuk beristirahat, saat itulah kita rawan terhadap rasa takut. “Tetapi, teruslah bersekutu dengan Allah dan peliharalah hati nurani yang baik, sehingga jikalau engkau berbaring, engkau tidak akan terkejut oleh karena api, atau pencuri, atau mara bahaya, atau kegentaran terhadap kegelapan, dengan mengetahui bahwa ketika kita dan semua teman-teman kita terlelap, Dia, Penjaga Israel dan setiap orang Israel yang sudah lahir baru, tidak terlelap dan tidak tertidur, dan kepada-Nyalah engkau telah menyerahkan diri dan telah dibawa ke dalam naungan sayap-Nya. Engkau akan berbaring, dan tidak perlu duduk untuk berjaga-jaga. Setelah berbaring, engkau dapat tidur dan matamu tidak perlu terjaga karena kekhawatiran dan ketakutan. Dan engkau akan tidur nyenyak. Tidurmu itu akan menyegarkanmu, sebab tidak ada gangguan dari luar maupun dari dalam” (Mazmur 4:9; 116:7). Cara untuk tertidur lelap adalah dengan memelihara hati nurani yang benar. Orang yang bijak dan saleh akan tertidur lelap, seperti orang yang bekerja keras.
(c). Dalam impitan dan mara bahaya terbesar yang mereka hadapi. Kesetiaan dan hati yang lurus akan menjaga kita, sehingga kita tidak perlu takut kepada kekejutan yang tiba-tiba (Amsal 3:25). Petaka yang tidak disangka-sangka dan mengejutkan, yang tidak memberi kita kesempatan untuk memperlengkapi diri dengan pertimbangan, biasanya akan membuat kita bingung. Akan tetapi, biarlah orang yang benar dan bijak tidak hilang kendali, supaya tidak membiarkan jalan bagi rasa takut apa pun yang menyiksa, sekalipun petaka itu datang dengan begitu tiba-tiba. Biarlah dia tidak takut akan kebinasaan orang fasik, bila itu datang. Artinya:
1). Kebinasaan yang ditimpakan orang-orang fasik terhadap agama dan orang-orang saleh. Sekalipun itu datang dan terlihat begitu dekat di ambang pintu, janganlah takut, sebab, sekalipun Allah bisa saja memanfaatkan orang fasik sebagai alat untuk menghajar umat-Nya, Dia tidak akan membiarkan mereka membinasakan umat-Nya. Atau lebih tepatnya hal itu berarti,
2). Kebinasaan yang akan menimpa orang fasik sebentar lagi. Kebinasaan itu akan datang, dan orang-orang saleh yang rendah hati mungkin akan menyangka bahwa mereka pun akan terseret di dalamnya. Tetapi biarlah ini menghiburkan mereka, yaitu sekalipun penghakiman meluluhlantakkan banyak orang, dan tampak membabi buta, tetapi Allah mengenal orang-orang kepunyaan-Nya dan tahu bagaimana memisahkan yang berharga dan yang hina.
Oleh karena itu, janganlah takut terhadap hal-hal yang tampaknya dahsyat, karena (Amsal 3:26). “TUHAN bukan saja akan menjadi pelindung yang menjagamu, tetapi juga sandaranmu yang memeliharamu tetap aman, sehingga kakimu tidak akan terjerat oleh para musuhmu, atau terjerat oleh ketakutanmu sendiri.” Allah pasti bertindak untuk meneguhkan kaki orang-orang Kudus-Nya.