Menyelesaikan Konflik di Gereja Filipi: Pelajaran dari Paulus (Filipi 4:2-3)

Pendahuluan

Dalam artikel ini, kita akan memperoleh wawasan mendalam dari cara Paulus, seorang tokoh kunci dalam Perjanjian Baru, menangani perselisihan di antara pemimpin gereja tersebut. Mari kita menggali pelajaran berharga dari pendekatan Paulus yang tidak hanya berfokus pada penyelesaian konflik, tetapi juga membangun fondasi kesatuan dan pemahaman dalam terang ajaran Kristus.. Ada tiga wawasan penting yang perlu diperhatikan.
Menyelesaikan Konflik di Gereja Filipi: Pelajaran dari Paulus (Filipi 4:2-3)
Menjadikan Tuhan sebagai Dasar Persatuan (Filipi 4:3)

Perbedaan pendapat tidak bisa dihindari, mengingat pengetahuan, perspektif, pengalaman, dan tingkat kedewasaan yang beragam dari setiap individu. Namun, tidak semua perbedaan harus berujung pada konflik.

Sebagai orang Kristen, panggilan kita adalah untuk "sehati sepikir di dalam Tuhan" (to auto phronein en kyriō). Istilah phronein, yang terkait dengan "pemikiran" atau "sikap pikiran," menekankan pentingnya sikap yang benar terhadap perbedaan. Paulus tidak mendorong kesepakatan bulat dalam setiap masalah, seperti yang terlihat dari penggunaan phroneō dalam konteks yang berbeda-beda di seluruh teks.

Kuncinya terletak pada pemikiran atau sikap individu. Dalam Filipi 4:2, pemikiran bersama dikaitkan dengan Kristus, menekankan kesatuan pikiran dalam kerangka Kristus. Ini tentang bagaimana seseorang berpikir atau sikap hati. Ini sejalan dengan instruksi Paulus sebelumnya dalam 2:5, mendorong orang percaya untuk memiliki pikiran dan sikap yang sama seperti Yesus Kristus.

Pemikiran ini, terhubung dengan Kristus, mengarahkan komunitas Filipi pada kesatuan pemikiran. Paulus tidak mengharapkan persetujuan abadi pada setiap isu, tetapi pendekatan bersama terhadap pemikiran atau sikap hati. Poin ini, yang menekankan pemikiran, sering kali menghasilkan pendapat bersama, bertindak sebagai langkah pencegahan terhadap konflik.

Mencari Bantuan dari Pihak yang Dapat Dipercaya (Filipi 4:3a)

Paulus tidak hanya mengirimkan surat untuk dibacakan di depan seluruh jemaat. Dia tidak hanya memberikan nasihat kepada Euodia dan Syntyche untuk memupuk pikiran yang satu. Dia menyediakan dukungan alternatif – seseorang yang diharapkan bisa membantu kedua perempuan tersebut bersatu dalam Tuhan.

Identitas perantara ini agak tidak jelas dalam teks Yunani, karena istilah yang digunakan adalah gnēsie syzyge. Terjemahan seperti "Sunsugos, sahabat setia saya" (Filipi 4:3a) menyarankan nama pribadi, tetapi asumsi ini meragukan. Dalam budaya Yahudi dan Romawi, syzyge bukanlah nama pribadi. Oleh karena itu, banyak versi bahasa Inggris memilih "rekan kerja" (NASB/ESV/NLT) atau "teman sepenanggung" (YLT/RSV/NIV).

Siapa yang dimaksud oleh Paulus di sini masih bersifat spekulatif (Epafroditus, Timotius, Lukas, dll.), tetapi fokusnya bukan pada identitas individu tetapi pada keterikatan mereka pada Injil. Orang ini adalah pekerja Injil yang terbukti, berkomitmen untuk memberitakan dan menderita demi Injil. Kesungguhan seperti ini penting, mengingat masalah yang dihadapi melibatkan pekerjaan Injil.

Ini menekankan pentingnya melibatkan orang lain ketika menghadapi masalah di luar kemampuan sendiri. Tidak ada malu dalam mengakui kebutuhan bantuan. Aspek kritisnya adalah bahwa perantara harus memiliki kompetensi yang relevan dan dipercayai oleh kedua belah pihak. Mengikutsertakan perantara yang tidak tepat dapat memperburuk masalah.

Menyoroti Kelebihan atau Kesamaan dengan Orang Lain (Filipi 4:3b)

Beberapa orang cenderung bersifat subyektif ketika mengatasi konflik, gagal melihat gambaran besar. Mereka mengabaikan aspek positif pada orang lain atau mengesampingkan fakta yang bertentangan dengan pandangan mereka. Indikator kuat dari subyektivitas ini adalah kegagalan untuk mengenali hal-hal positif pada orang lain.

Selain itu, beberapa orang menyoroti perbedaan dengan orang lain daripada fokus pada kesamaan. Satu perbedaan dapat mengaburkan sepuluh kesamaan, menyebabkan hasil yang merugikan. Paulus mengajarkan kita untuk menghargai aspek positif pada orang lain. Dia memuji Euodia dan Syntyche karena kerjasama mereka dalam menyebarkan Injil, mengakui sifat abadi dari perbuatan baik mereka. Tidak ada kesalahan atau perselisihan yang dapat menghapus kontribusi positif tersebut.

Paulus juga berusaha menyoroti kesamaan. Frasa "berjuang bersamaku dalam Injil" menyiratkan komitmen bersama dan cara pelayanan yang sama. Euodia dan Syntyche bukanlah pekerja sembarangan, melainkan berdedikasi untuk kemajuan Injil. Paulus lebih lanjut memperbesar kesamaan mereka dengan menyebutkan orang lain: "bersama-sama dengan Klemens dan rekan-rekan sekerja lainnya." Dengan kata lain, Paulus menempatkan Euodia dan Syntyche sebagai bagian integral dari pelayanannya. Nilai mereka setara dengan rekan-rekan kerjanya yang lain.

Baca Juga: Eksposisi Filipi 4:2-3 (Euodia dan Sintikhe)

Injil menyoroti kesamaan mendasar: semua adalah orang berdosa yang diselamatkan oleh kasih karunia. Mereka yang benar-benar dipulihkan oleh Injil tidak akan terjerat dalam kebenaran diri sendiri. Melalui lensa Injil, seseorang dapat melihat kelemahan pribadi dengan lebih jelas, membantu menghargai kelebihan orang lain, dan bersyukur atas kesamaan dengan mereka.

Sebagai kesimpulan, pendekatan Paulus dalam menyelesaikan konflik di antara para pemimpin dalam gereja Filipi berkisar pada pembentukan pikiran yang berpusat pada Kristus, mencari bantuan dari individu yang dapat dipercaya yang berkomitmen pada Injil, dan menekankan kelebihan serta kesamaan di antara pihak yang berselisih. Dengan merangkul prinsip-prinsip ini, komunitas Filipi mengelola konflik, memupuk persatuan, dan memperkuat komitmen mereka pada misi Injil.
Next Post Previous Post