5 Metode Penginjilan Yesus: Pembelajaran dari Injil Lukas

Pendahuluan

Dalam menjalankan misi penginjilan, penting untuk memahami metode yang diterapkan oleh Yesus, seperti yang tergambar dalam Injil Lukas. Dengan meneliti pendekatan Yesus dalam menyampaikan berita Injil, kita dapat menarik kesimpulan bahwa keberhasilan penginjilan tergantung pada pemilihan metode yang tepat dan mampu beradaptasi dengan konteks saat ini. 

Dalam konteks ini, 5 (lima) metode penginjilan yang diterapkan oleh Yesus dapat menjadi panduan bagi para penganut dan pemimpin rohaniah modern dalam memberitakan Injil kepada semua orang yang membutuhkan.
5 Metode Penginjilan Yesus: Pembelajaran dari Injil Lukas
1. Penginjilan Pribadi

Pertama, Tuhan Yesus menjumpai seseorang untuk memberitakan kerajaan Surga, metode kesaksian dalam pemberitaan Injil terdapat dalam Injil Lukas. Inti berita Injil yang dilakukan Yesus adalah tentang kerajaan surga atau kerajaan Allah. Artinya, berita tentang bagaimana Allah memerintah dalam hidup orang percaya. Tuhan Yesus tidak hanya menunggu orang berdosa datang kepada-Nya tetapi Ia mencari orang berdosa sebagaimana yang Yesus lakukan bagi para pemungut cukai, Ia datang menjumpai mereka secara pribadi. 

Ia mencari dan menyelamatkan yang terhilang, seperti yang diungkapkan dalam Lukas 19:10, “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." Hal serupa juga disebutkan dalam Kisah Para Rasul 1:8, “…dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”

Selanjutnya, Bagus Surjanto menjelaskan pengertian tentang kata saksi, mengatakan,

Orang percaya diberikan kuasa Roh Kudus untuk menjadi saksi Tuhan, Kata ‘saksi’ dalam ayat ini adalah martureo yang artinya, bersaksi. Dari kata inilah kita mengenal istilah marturia. Bersaksi bukanlah berarti menjadi pengkhotbah atau pendeta walaupun itu merupakan salah satu bentuk dari kesaksian. Bersaksilah adalah seluruh totalitas hidup kita me-lalui perkataan dan perbuatan. Bersaksi melalui perbuatan sering kali berbicara jauh lebih keras daripada perkataan kita. Bersaksi bisa juga berarti mengatakan dan menjadi saksi mata kebenaran Kristus, pribadi dan karya-Nya sehingga dunia benar-benar mengaminkan kebenaran itu.

Kedua, Tuhan Yesus memberikan perhatian kepada pribadi yang berdosa untuk diselamatkan melalui kasih-Nya. Penginjilan adalah fokus kepada orang berdosa yang perlu diselamatkan. Yesus mengasihi semua orang berdosa, tetapi Yesus membenci dosa. Jadi perhatian-Nya penuh terhadap orang orang yang menjadi sasaran penginjilan. Tidak seorangpun dapat datang kepada Allah kalau tidak dicari dan ditemui oleh Yesus. Mereka yang percaya akan diselamatkan. Yesus membuktikan perhatiannya kepda orang orang yang menderita, kesusahan, kesedihan, kelaparan, penyakit, juga kematian. 

Dalam Lukas 6:17-26 Yesus mengajar dan menyembuhkan orang banyak; selain menyembuhkan hamba perwira di Kapernaum (7:1-9); membangkitkan anak muda di Nain (7:11-17); menyembuhkan orang kerasukan setan di Gerasa (8:26-38). Yesus menyembuhkan mereka, menghibur mereka, membangkit-kan yang mati. Namun bukan itu yang menjadi sasaran penginjilan Yesus, melainkan hidup dibalik kematian adalah kehidupan yang kekal. 

Disela-sela perbuatan mukjizat yang dilakukan Yesus, Dia selalu memberitakan kerajaan Allah. Pembebasan dari segala perbudakan adalah fokus perhatian Yesus terhadap orang banyak. Demikian setiap misionaris atau pendeta masa kini wajib memberikan perhatian khusus ter-hadap jiwa-jiwa yang terhilang.

Ketiga, Tuhan Yesus menyembuhkan penyakit secara perorangan dalam perjala-nan misi-Nya. Yesus berurusan dengan pribadi pribadi orang berdosa. Ia peduli terha-dap semua kebutuhan manusia. Ia selalu bersentuhan dengan orang perorang secara pribadi dalam penginjilan-Nya. Sangat banyak mujizat dilakukan Yesus bagi orang yang menderita karena penyakit. 

Berita kerajaan Allah yang diajarkan Yesus, bukan hanya berita secara verbal tetapi fakta Ia menyembuhkan penyakit, menghibur yang susah, membebaskan yang kerasukan setan. Dalam penginjilan yang dilakukan Yesus Ia melakukan banyak mukjizat, demikian pula orang percaya dapat meneladani Kristus dalam pelayanannya. Memohon pertolongan Tuhan, agar pelayanan dapat disertai dengan berbagai karunia Roh Kudus (Band. Lukas 11:20).

Keempat, Tuhan Yesus mendoakan pribadi-pribadi muridNya dan orang lain. Salah satu contoh sikap yang baik dari Tuhan Yesus dalam aktivitas penginjilan-Nya adalah sebagai seorang pendoa yang tekun dan disiplin.19 Kunci keberhasilan peng-injilan adalah doa. Doa merupakan komunikasi yang intim dengan Tuhan, hal tersebut dilakukan Yesus dalam pelayan-Nya. Dalam komunikasi ini Yesus telah menjadi teladan yang sempurna. 

Ia adalah Anak Allah yang turun dari surga, tahu bahwa diri-Nya diutus oleh Bapa, untuk menjadi penebus dosa dunia, yang dalam pelaksanaan misi-Nya di dunia banyak mengalami tantangan dan penderitaan. Ia begitu mengasihi manusia berdosa, namun Ia masih memohon pertolongan Bapa di Sorga. Bahkan Yesus membutuhkan Roh Kudus menyertai pelayanan-Nya. Dalam hal inilah setiap orang percaya patut mengikuti jejak Yesus. Dalam menghadapi penginjilan pribadi, perlu persiapan dengan doa bagi orang-orang yang menjadi target Injil, agar Tuhan menolong dan proses penginjilan berjalan dengan baik.

Kelima, Tuhan Yesus mengusir setan secara perseorangan. Dalam Injil Lukas terdapat banyak mujizat dilakukan Yesus termasuk mengusir setan secara perseo-rangan. Tantangan bagi setiap penginjil adalah bagaiamana ia dapat menginjil dengan efektif dengan diserttai berbagai karunia Roh Kudus, termasuk karunia membedakan Roh dan karunia mujizat. Roh Kudus adalah mitra kerja yang efektif bagi penginjil dalam melaksanakan misi Allah di ladang misi.

Para penginjil juga diberikan kuasa untuk mengusir setan; mereka diurapi dan diutus untuk menyembuhkan penyakit, dan mengusir setan, di samping memberita-kan Injil. Setiap orang yang percaya kepada Yesus akan diberi kuasa untuk mengusir setan. Berita Injil mendapat peneguhan melalui berbagai pernyataan karunia Roh Kudus di mana misionaris pergi melayani. 

Lukas 11:18 menyebutkan, “Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan?” Dan lebih lanjut memberikan penegasan, “Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya?” Pengusiran setan menandakan kehadiran kuasa Allah, pernyataan kerajaan Allah (Lukas 11:20).

Keenam, Tuhan Yesus menerima seseorang yang datang secara pribadi meminta pertolongan kepada-Nya. Terdapat banyak kasus dalam kitab Injil di mana Yesus didatangi orang orang yang membutuhkan pertolongan-Nya. Lukas 7:1-9 menceritakan tentang perwira yang membutuhkan mukjizat bagi hambanya; di tempat lain memberi makan lima ribu orang yang kelaparan (Lukas 8:10-16). 

Lukas 18:35-43 menceritakan tentang Yesus yang menyembuhkan orang buta di dekat Yerikho. Ini adalah sebagian contoh bahwa dalam penginjilan pribadi seorang misionaris memerlukan kuasa Allah dalam Roh Kudus untuk menyertainya agar dapat melayani jiwa jiwa dengan dengan baik; penuh kasih dan kuasa. Pelayanan dengan kuasa adalah ciri pelayan penginjilan Yesus yang tiada taranya. Misionaris di abad ini perlu kembali kepada metode Yesus dalam melaksanakan misi penginjilan.

2. Tanya-Jawab

Metode yang sering dipakai Yesus dalam pelayanan adalah metode tanya jawab. Pada pelayanan Yesus kerap kali mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada para pendengar-Nya. Hal ini dimaksudkan oleh Yesus untuk memperoleh tanggapan dari para pendengar-Nya tentang suatu pengajaran yang hendak disampaikan Yesus. Dengan kata lain bahwa Yesus dengan jalan bertanya denga maksud para pendengar-Nya memberi jawaban maka akan terjadi komunikasi secara bertanggapan.

Pada bagian ini peneliti hendak mengemukanakan empat hal penting yang di-perhatikan, yaitu Tuhan Yesus melakukan tanya-jawab dalam mengajar kebenaran. Ia sanggup menjawab dengan benar dan tegas dan memuaskan pertanyaan penanya tentang kehidupan kekal. Dalam memulai tanya-jawab, Yesus menampilkan diri seba-gai sosok guru yang bijaksana yang dapt membuka pikitan murid untuk memahami kebenaran; pemberitaan Injil melalui tanya-jawab berarti dengan membangun ko-munikasi persahabatan yang erat

Pertama, Tuhan Yesus melakukan tanya-jawab dalam mengajar kebenaran. Penggunaan metode tanya-jawab oleh Yesus dimaksudkan agar para pendengar-Nya belajar berpikir secara aktif dan belajar mengemukakan pendapat tentang sesuatu kebenaran, dengan demikian ada komunikasi timbal balik. Selain itu, melalui perta-nyaan yang diajukan, Yesus sedang membuka pemikiran bagi para pendengar-Nya untuk dipikirkan dan diberi jawaban atasnya. Heinz Kock memberikan komentar “Dengan pertanyaan guru, seorang murid didorong untuk berpikir, murid mempela-jari cara memecahkan masalah murid belajar secara aktif sebab mereka harus ber-pikir untuk menjawab pertanyaan guru.”

Hal senada diungkapkan oleh Edi Tanya,

Teknik bertukar pikiran dalam ber-bagai bentuk seperti diskusi, tanya-jawab dapat memberi rangsangan timbal balik di antara anggota-anggota dalam kelompok yang membawa dampak kepada pikiran, emosi dan kepribadian mereka itulah sebabnya bertukar pikiran itu dapat menjadi komunikasi Injil dan persekutuan Injil. Dengan sangat bijaksana Yesus menggunakan metode tanya jawab untuk mencapai maksud dan tujuan pelayanan-Nya.

Dalam kitab-kitab Injil terdapat sangat banyak pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Yesus kepada para pendengarNya. Dalam setiap bentuk pelayanan Yesus, secara khusus pada waktu Ia melayani orang-orang sakit, secara umum mendahului tindakan penyembuhan, Yesus selalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada orang sakit itu. B. Fobia, menyebutkan, “Cara bertanya menjadi ciri tersendiri dari cerita-cerita keajaiban yang biasanya mendahului atau menyusuli tindakan ajaib dari pahlawan atau tokoh Ilahi, yang dalam hal ini adalah Yesus, dengan demikian menonjol Yesus sebagai pembuat mujizat

Jadi, secara singkat dapat dimengerti bahwa pemakaian metode tanya jawab dalam pelayanan Yesus merupakan satu metode yang sangat efektif. Dalam bagian ini tentunya tidak dimaksudkan untuk mendaftarkan seluruh pertanyaan Yesus kepada para pendengar-Nya. Salah satu contoh metode bertanya yang paling dikenal ketika Yesus bertanya kepada para murid-Nya tentang diri-Nya, “Menurut pendapatmu siapakah Aku ini?” (Matius 16:15). 

Melalui pertanyaan ini sebenarnya Yesus ingin agar murid-murid memberikan tanggapannya, memberikan penjelasan tentang imannya, atau mengungkapkan afirmasi-afirmasi, pengakuan iman kepada Yesus. Pertanyaan Yesus mendapatkan tanggapan yang serius oleh Petrus dan dengan keyakinan yang matang Petrus mengungkapkan pengakuan imannya bahwa “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup” (Matius 16:16); Mesias berarti yang diurapi. 

Jadi, menurut pengakuan Petrus, Yesus adalah ‘unik’, dan merupakan pusat yang mutlak dalam pekerjaan anugerah yang Allah kerjakan di dunia ini. Hal inilah yang menjadi keyakinan Petrus, bahwa pengakuannya bukan hal yang biasa, oleh karena Yesus tidak sama dengan Mesias yang dinantikan Yahudi, mereka menantikan Mesias sebagai raja yang langsung memusnahkan musuh-musuh Israel

Kedua, Tuhan Yesus sanggup menjawab dengan benar dan memuaskan semua pertanyaan para penanya tentang kehidupan kekal. Dengan kata lain, sering ditemu-kan rentetan pertanyaan baru dari Yesus sebagai tanggapanNya atas pertanyaan sebelumnya. Dalam hal inilah memunculkan suatu dialog antara Yesus dengan lawan bicara-Nya. Contoh untuk bagian ini misalnya pada saat terjadi dialog antara Yesus dengan seorang muda kaya, yang bertanya tentang kehidupan kekal (Lukas 18:18-27). 

Tanya-jawab yang terjadi dalam hal ini sebenarnya dimaksudkan oleh Yesus untuk menuntun pemuda ini kepada kebenaran. Ketika pemuda kaya mengajukan pertanyaannya, Yesus tidak langsung memberikan jawaban-Nya, melainkan Ia bertanya kembali sebagai tanggapan-Nya.

Robert E. Boehlke dalam sebuah bukunya menyebutkan demikian: “Seorang muda kaya datang kepada Yesus, pada setiap tahap pertukar pikiran yang terjadi, si pemuda kaya itu diantar untuk menggali lebih dalam lagi, sampai pada akhirnya ia tidak rela menerima hasil penggalian itu” Dalam hal ini belajar dari metode ini Yesus menjadi teladan yang sempurna dalam menjelaskan berbagai pertanyaan yang sulit, meskipun diajukan oleh seorang terpelajar, kaya, dan berpengetahuan agama yang tinggi. Dalam hal ini Yesus menunjukkan bahwa Ia adalah guru yang agung, memberikan penjelasan yang tepat .

Ketiga, Yesus dapat membuka pikiran murid untuk memahami kebenaran. Dalam Lukas 24:13-35 ada fakta penting di mana Yesus menyatakan diri kepada dua murid yang sedang berjalan menuju Emaus. Yesus tidak terburu-buru memperkenal-kan diri-Nya, tetapi Ia mendekati murid-murid-Nya, bergaul dengan mereka yang dalam keadaan bingung. Murid ini sedang galau sebab mereka tidak mengerti bagaimana seorang baik seperti Yesus dibunuh dan disalibkan oleh bangsanya. Yesus mengetahui kegalauan mereka, mereka pun tidak mengenal Yesus yang sedang bersama mereka, cara Yesus membuka pikiran mereka melalui proses tanya jawab. Yesus memulai dengan pertanyaan diagnosa. 

Dalam dialog itu, pada Lukas 24:16, Yesus juga bertanya lagi: Apakah itu? Di Lukas 24:19 Yesus membiarkan murid itu terus menjelaskan apa yang mereka sedang pikirkan. Kemudian Yesus mulai berkata, “hai kamu orang bodoh” betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi. percakapan itu berlanjut, akhirnya murid itu mulai mengenal Yesus sendiri yang sedang diperbincangkan selama di perjalanan. Metode tanya-jawab seperti ini relevan dalam penyampaian berita Injil. Melihat pergumulan orang berdosa dan membawa mereka dengan cara bijaksana kepada Tuhan Yesus.

3, Visitasi

Dari antara sekian banyak metode penginjilan Yesus, salah satunya ialah metode visitasi. Metode ini artinya Yesus berkunjung ke sasaran misi. Ada tiga hal yang dapat diuraikan pada bagian ini yaitu: kedatangan Yesus ke dunia merupakan kunjungan Allah kepada manusia berdosa; Tuhan Yesus melakukan penginjilan dengan mengunjungi sasaran-Nya; Yesus tidak hanya menunggu orang datang kepadaNya , tetapi Ia pergi mencari yang terhilang

Pertama, Kedatangan Yesus kedunia merupakan kunjungan Allah kepada manusia berdosa. Artinya Kehadiran Yesus ditengah dunia, adalah bukti kedatangan Allah kepada manusia, atau perkunjungan Allah dari Sorga ke dalam dunia. Ia tidak hanya mendatangi seluruh umat manusia di suatu tempat tetapi Ia bermaksud untuk menjumpai setiap manusia di semua tempat dan semua waktu. 

Allah tidak memakai malaikat untuk memberitakan Injil, tetapi memakai semua orang percaya, orang percaya yang diutus dengan kuasa Roh Kudus pergi memberitakan Injil. Per kunjungan Allah ke dunia dari Sorga yang mulia adalah penting mengajarkan kepada orang percaya bahwa per kunjungan misionaris ke seluruh dunia menjangkau orang berdosa bagi Kristus adalah hal yang urgen.

Kedua, Tuhan Yesus melakukan penginjilan dengan mengunjungi sasaran-Nya. Pada dasarnya Allah memiliki sifat yang sangat pribadi hendak menjumpai setiap manusia secara pribadi. Setelah manuisa jatuh kedalam dosa Tindakan Allah adalah datang dan mencari manusia secara langsung. Tiap orang harus berjumpa dengan Yesus secara pribadi; oleh karena itu, para murid Yesus atau orang percaya harus mengambil sikap untuk selalu dapat mendatangi sasaran yang hendak disampaikan berita Injil. Ada banyak penginjilan yang Yesus lakukan dengan cara perkunjungan dari rumah ke rumah.

4. Keteladanan Disiplin Rohani 

Ada beberapa hal mengenai teladan yang dapat dilihat dari pribadi Yesus, yaitu teladan dalam penderitaan, tidak berbuat dosa, tidak pernah menipu, tidak membalas pada saat dicaci maki, sabar dalam ancaman, penyerahan diri total pada kehendak Allah, teladan dalam kebenaran. Mengenai teladan dalam penderitaan, Alkitab menyebutkan teladan itu, “sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu supaya kamu mengikuti jejak-Nya (1Petrus 2:21). 

Penegasan Yesus jelas, “…Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salib dan mengikut Aku.” Yesus telah menunjukkan bahwa Ia telah menerima penderitaan. Yesus menderita lebih dari siapa pun, dan Ia telah menunjukkan kasih-Nya kepada semua orang ber-dosa. Penderitaan Yesus menunjukkan betapa besar kasih-Nya bagi orang-orang berdosa. Lukas 24:26 juga mengatakan dengan gamblang, “Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?"

Yesus tidak berdosa; Petrus menegaskan hal itu, “Ia tidak berbuat dosa dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya” (1Petrus 2:22). Yesus tidak pernah membalas ketika dicaci-maki; justru Ia mengajarkan, “…kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu…” (Matius 5:44-45). Hal tidak membalas caci maki merupakan hal yang paling berat untuk dilakukan sebagai umat manusia. sebagai manusia biasa kita selalu tergoda untuk membalas segala sakit hati kepada mereka. namun dengan keteguhan dan ketekunan hati, 

Yesus telah mengubah sakit hati tersebut menjadi kebahagiaan yang utuh tak kurang suatu apa pun melalui satu ujian (ujian kerendahan hati). Yesus tetap sabar sekalipun dalam ancaman (band. Lukas 21:19; Roma 12:12;). Teladan bersabar di dalam ancaman merupakan esensi dalam ajaran Kristen, di mana Yesus menunjukkan kasih-Nya kepada musuh-Nya dan kehidupan yang dijanjikan-Nya adalah kehidupan kekal. Yesus meneladankan tentang menyerahkan segala hal kepada Allah.

Yesus memberikan keteladanan tentang kebenaran dalam Iman. Penebusan dosa yang dilakukan Yesus adalah inti kebenaran pengajaran-Nya; kebenaran yang mutlak, kebenaran yang tidak terbantahkan supaya kita sebagai umat Kristen tidak sia-sia mempercayai Yesus adalah juru selamat manusia dan kita menerima anugerah keselamatan abadi dan bukan kematian kekal. 

Iman menjadi sebuah alat yang dipakai Tuhan untuk membuat orang-orang percaya menjadi percaya kepada Yesus sebagai juru selamat secara pribadi. Gaya hidup teladan yang dalam kedisiplinan seorang penginjil sangat penting, Yesus mempunyai gaya hidup sebagai penginjil sejati. Pikiran, perasaan, perkataan, perbuatan-Nya, seluruhnya sebagai teladan. Sikap hidup Kristiani yang benar-benar dijalankan dengan semestinya dapat Tuhan pakai untuk membuka hati orang-orang non Kristen terhadap Injil.”

Komitmen seorang penginjil merupakan hal yang mutlak dimiliki oleh seorang pekabar Injil; komitmen kepada Kristus, komitmen kepada tujuan penginjilan, dan komitmen pada rencana penginjilan. Komitmen kepada Kristus berarti, pernyataan janji kepada Kristus yang harus dimiliki oleh seorang penginjil, karena Kristus adalah Sang Pemberi Amanat Agung untuk melaksanakan penginjilan ke seluruh dunia. 

Komitmen kepada Kristus membuat seorang penginjil menjadi tangguh. Komitmen yang dinyatakan adalah bersedia menderita seperti Kristus bahkan rela mati bagi Kristus, seperti pernyataan rasul Paulus: “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang dinyatakan kepada kita” (Roma 8:18).

5, Kesaksian Hidup

Kesaksian hidup merupakan salah satu metode penginjilan yang efektif dalam komunikasi Injil. Kesaksian hidup adalah berita kebenaran yang dapat dibaca orang

Artinya kesaksian hidup sebagai berita Injil itu sendiri. Bukan hanya bersaksi dengan berita Injil yang disampaiakan scara verbal, tetapi gaya hidup, perbuatan dalam kehidupan sehari-hari itu sebagai isi kesaksian itu. Makna terang dan garam dunia, meskipun tidak bercerita tentang Yesus tetapi karena perbuatan kasih, kekudusan dan ketaatan kepada Tuhan itu menjadi cahaya kebenaran yang memancar dari dalam kehidupannya. Orang percaya yang telah diselamatkan memiliki tanggung jawab untuk hidup dalam kebenaran sesuai dengan tuntunan Roh Kudus.

Hidup benar menjadi daya tarik yang efektif dalam penginjilan. Hidup Yesus telah menjadi sebuah contoh bagi dunia, dunia tidak mendapatinya melakukan dosa. Sehingga tidak dapat mendakwa diri-Nya sebagai orang berdosa. Inilah yang membuat dunia bungkam di mana terang itu mampu menerangi kegelapan. Kebenaran dalam Kristus menempelak dosa. Yesus menghardik para penyamun di Bait Allah, di mana ahli Taurat dan orang Farisi mengotori rumah dosa menjadi sarang kejahatan. 

Betapa pentingnya penginjilan sebagai kesaksian hidup, dialami setiap orang percaya. Jika hidup orang percaya telah berkomitmen menjadi garam dan terang dunia maka ia akan sangat bermanfaat dalam pemenangan jiwa dari kesaksian hidupnya bukan sekadar kata-kata (Lukas 22:71).

Baca Juga: 1 Korintus 9:16 (3 Prinsip Penginjilan Paulus)

Yohanes bersaksi tentang Yesus, tetapi Yesus adalah Kabar Baik itu sendiri. Yohanes 1:7 mengatakan, bahwa ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. Orang Kristen seharusnya bukan hanya menyampaikan kabar baik tetapi dirinya harus menjadi kabar baik itu sendiri, sebab Ia murid Kristus. Hidup benar menjadi salah satu cara efektif menjadi saksi Kristus. Sebab kebenaran itu memancar keluar dari kehidupan orang benar. Matius 5:14 menegaskan, bahwa orang Kristen adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.

Hidup Kristen memancarkan terang Kristus dari perbuatannya menjadi berkat. Yesus adalah utusan dari surga yang datang dengan tujuan untuk menebus dosa dunia. Menebus dari dosa dan menebus dari perbudakan Iblis. Penebusan oleh Kristus bukan hanya untuk manusia dapat bebas dari segala ketidakmampuannya menghadapi dosa, kedagingan dan kuasa Iblis, tetapi juga dikaruniakan Roh Kudus agar dapat mampu hidup benar, hidup dalam terang Firman Allah agar menjadi berkat bagi dunia. Yesus, sebagai utusan, menaati kehendak Bapa-Nya. Demikian pula murid Kristus, wajib menaati kehendak Kristus (Yohanes 20:21). 

Orang Kristen benar bukan karena usaha sendiri menjadi benar, tetapi karena dibenarkan oleh Kristus yang diyakininya dengan iman; meyakini bahwa orang percaya telah dibenarkan oleh Kristus, sehingga wajib hidup bertumbuh, berakar, berbuah dalam Kristus. Artinya, kehidupan dalam Kristus bukan melemparkan tanggung jawab, melainkan berkomitmen untuk terus hidup dalam kekudusan.

Metode penginjilan kesaksian tidak dapat terpisahkan dengan mengabarkan Injil secara pribadi. Metode seperti ini sangatlah efektif dilaksanakan di semua budaya. Iswara mengemukakan,

Metode kesaksian (testimony) cenderung efektif di dalam semua budaya, khususnya di tengah-tengah budaya post-modern yang sedang dihadapi gereja masa kini. Cerita tentang pengalaman hidup sering menarik bagi orang lain, bahkan bagi orang-orang yang tidak suka atau tidak terbuka untuk membicarakan hal-hal keagamaan, kesaksian bahkan dapat mengatasi rintangan-rintangan intelektual. Seseorang biasa-nya menghentikan keterampilan berpikir kritisnya dan menu-runkan kehati-hatian ketika mendengarkan sebuah cerita.

Dengan demikian metode kesaksian bisa dilaksanakan di lingkungan keluarga, usaha, komunitas usahawan, komunitas mahasiswa, dan lainnya. Metode ini bisa akurat dan tepat sasaran dengan keteladanan.

Keteladanan memang sudah menjadi keharusan dimiliki peka bar Injil. Lebih lanjut Iswara berpendapat, “Bagi banyak orang Kristen, kehidupan saleh si penginjil adalah pembuka jalan yang efektif bagi kegiatan penginjilan. Di sini, demonstrasi cara hidup saleh dari orang-orang Kristen dipahami sebagai pra-penginjilan.” 


Dengan uraian di atas, maka dapat dipastikan bahwa keteladanan bisa menjadi andalan dalam metode penginjilan seperti ini. Setidak-tidaknya keteladanan merupakan perintis atau pembuka jalan untuk orang lain menjadi respons dengan pemberitaan Injil. Sebagaimana dalam Kisah Para Rasul 2:46-47 dituliskan sikap keteladanan umat Tuhan disukai oleh semua orang yang menyebabkan bertambahnya orang percaya.

Kesimpulan

Melalui kajian terhadap metode penginjilan Yesus menurut Injil Lukas, maka dapat disimpulkan bahwa melaksanakan aktivitas penginjilan, memerlukan sebuah metode sebagaimana yang Yesus lakukan. Dalam penginjilan Yesus menggunakan 5 metode penginjilan agar berita Injil dapat dipahami oleh orang banyak. 

Penginjilan akan lebih efektif bahkan dapat tersampaikan dengan baik, apabila menggunakan metode yang benar dan yang bisa menyesuaikan dengan konteks. Lima metode yang dilakukan oleh Yesus dalam penginjilan kiranya juga bisa dipakai oleh orang-orang percaya juga para gembala di masa kini untuk memberitakan Injil kepada semua orang berdosa. Frans Wonatorei
Next Post Previous Post