Eksposisi Filipi 2:1-8 - Kasih dan Kesetiaan

Pendahuluan:

Tulisan ini akan mengeksposisi pesan-pesan penting yang disampaikan oleh Rasul Paulus kepada jemaat Filipi dalam Suratnya yang terdapat di Filipi 2:1-8. Surat ini memuat ajaran tentang kasih, kesetiaan, dan sikap hidup yang terpusat pada Kristus. Mari kita telaah bersama-sama makna dan relevansi pesan-pesan ini bagi kehidupan kita sebagai orang percaya.
Eksposisi Filipi 2:1-8 - Kasih dan Kesetiaan
Penghiburan dalam Kasih (Filipi 2:1)

Jemaat Filipi adalah jemaat yang selalu hidup dalam sebuah kekeluargaan yang luar biasa. Filipi 2:1, “Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan.”

Meskipun dalam bertumbuh dalam iman yang penuh banyak tantangan, jemaat ini adalah jemaat yang selalu saling membangun dan mensupport serta memberikan bantuan dengan penuh sukacita. Tantangan yang datang tidak membuat mereka menjadi patah semangat dalam mengiring Yesus. Sehingga penghiburan dalam kasih menjadi bagian terpenting untuk Rasul Paulus pesankan dalam nasihatnya kepada jemaat Filipi. 

Sebagai pemimpin rohani, Rasul Paulus mengingatkan bahwa mereka harus terus membangun sebuah kekuatan iman untuk saling menghibur dan menjadi pelayan-pelayan yang menyenangkan hati Tuhan (Kusradi, 2020).

Menghibur artinya memberikan dukungan kepada seseorang. Penghiburan dalam kasih akan memberikan semangat yang baru. Ketika penghiburan didasarkan atas sebuah kasih, pastilah tidak ada terjadi pilih kasih.

Selalu dalam Persekutuan Roh (Filipi 2:1)

Sukacita yang luar biasa, juga dirasakan Paulus ketika melihat jemaat Filipi. Mereka adalah jemaat yang militant serta setia di dalam Yesus. Namun dirasa perlu untuk Rasul Paulus mengingatkan jemaat Filipi, supaya mereka tetap setia dalam persekutuan Roh. Filipi 2:1, “Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan.”

Persekutuan dalam Roh inilah yang membuat jemaat Filipi akan senantiasa bertahan dan makin kuat menghadapi segala tantangan bahkan bersatu padu membawa Injil Kristus kepada siapa pun.

Hubungan antara Roh Kudus dan orang percaya (Harefa, 2020). Persekutuan bicara tentang sebuah tindakan perkumpulan yang dilaksanakan untuk saling menguatkan. Inti kekristenan yang sejati adalah selalu hidup dalam persekutuan-persekutuan dan ini adalah inti gereja mula-mula sehingga berkembang dengan dahsyat dalam Kisah Para Rasul (Baskoro, 2020b).

Dengan persekutuan dalam Roh yang kuat akan menjadi lebih bersatu. Paulus sebagai pemimpin, sadar bahwa persekutuan merupakan kunci kekuatan untuk Injil tetap diberitakan. Pemimpin yang berhati hamba adalah senantiasa membangun kehidupan rohani dalam persekutuan Roh yang indah. Sebab Kepemimpinan yang sesungguhnya dimulai dari diri pribadi seorang pemimpin dengan hati seorang hamba, kemudian dinyatakan keluar untuk melayani orang lain (Suhadi & Arifianto, 2020).

Ada Kasih Mesra (Filipi 2:1)

Kekuatan sebuah hubungan adalah kasih mesra. Semuanya dimulai dari betapa kasihnya Rasul Paulus kepada jemaat Filipi sehingga jemaat Filipi menjadi jemaat yang juga memiliki hubungan kasih mesra. Filipi 2:1, “Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan.” Hubungan kasih mesra ini didasarkan kepada kasih Kristus yang telah mengikat mereka karena pemberitaan Injil.

Kasih mesra membuat sebuah hubungan makin indah. Pemimpin yang memiliki karakter mengasihi dengan sungguh, dipastikan akan menghasilkan pertumbuhan karakter jemaat yang juga saling mengasihi. Kasih mesra menjadi dasar sebuah kekuatan gereja, serta menjadi berkat bagi bangsa (Arifianto & Stevanus, 2020).

Penuh Belas Kasihan (Filipi 2:1)

Dasar belas kasihan Kristus menjadi kunci yang sangat penting dalam sebuah gereja. Filipi 2:1, “Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan.” Sebab belas kasihan Kristus tidak bersumber kepada perasaan, namun kepada kasih yang muncul karena jiwa-jiwa yang harus diselamatkan (Yen, 2019).

Belas kasihan yang muncul adalah belas kasihan pada jiwa-jiwa yang terhilang dan perhatian kepada kehidupan orang percaya. Bagi Rasul Paulus ketika jemaat Filipi hidup dengan belas kasihan Kristus, maka yang yang terjadi mereka akan militan dalam mencari jiwa dan membawanya kepada Kristus, sebab saling mensupport juga dalam kehidupan sehari-hari. Karakter inilah yang harus dikembangkan oleh orang percaya, terutama pemimpin Kristus, sehingga seperti hatinya Tuhan melihat manusia, demikianlah orang percaya melihat setiap jiwa-jiwa dengan penuh belas kasihan untuk diselamatkan.

Sehati Sepikir, Satu Kasih, Satu Jiwa, Satu Tujuan (Filipi 2:2)

Dasar karakter yang kadang sulit sekali terjadi adalah sehati sepikir, satu kasih, satu jiwa dan satu tujuan. Filipi 2:2 “karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan.” Ini membutuhkan kerendahan hati dan kebesaran hati untuk melihat sisi yang lain dalam sebuah pandangan namun tetap bisa menerima dengan sukacita. Sehati sepikir berbicara tentang meskipun mungkin ada perbedaan pendapat namun dengan semangat yang sama bisa meraih dan mengoptimalkan pandangan yang sudah disepakati (Sinukaban, 2018).

Sebab mau tidak mau dalam kehidupan berjemaat, jemaat Filipi memiliki cara pandangan yang kadang berbeda satu dengan yang lain dalam memberikan penyelesaian sebuah pandangan. Rasul Paulus mengingatkan untuk mereka sehati dan sepikir. Artinya bukan berarti tidak boleh memberikan pandangan pemikiran dalam sebuah proses permasalahan yang timbul. 

Namun jika sudah disepakati dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang, maka seluruh jemaat harus mendukung. Sebab fokusnya adalah kasih Kristus. Bukan kasih karena kesamaan posisi jabatan bahkan beberapa hal yang berhubungan dengan keduniawian. Kasih yang menjadi dasarnya adalah kasih Kristus yang menerima orang percaya apa adanya (Alexander, 2009, p. 127).

Satu kasih artinya Kristus yang telah mempersatukan, demikianlah kiranya bisa hidup saling menerima satu sama lain tanpa membeda-bedakan unsur harta, jabatan bahkan kelebihan dan kelemahan. Kasih merupakan pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Pemimpin yang penuh kasih akan membawa jemaat menjadi pribadi yang penuh kasih. 

Dalam jiwa ada pikiran, perasaan dan kehendak. Rasul Paulus mengingatkan kepada jemaat Filipi untuk dalam satu jiwa. Pikiran, perasaan dan kehendak menjadi satu dalam Kristus. Namun apa saja yang terjadi, seluruh potensi kehidupan harus fokus kepada hal yang sudah disepakati tanpa menghakimi satu sama lain dan bisa menerima dengan sukacita.

Sebab Tuhan akan memberkati orang percaya yang hidupnya sehati, seperti doa Tuhan Yesus dalam Yohanes 17, supaya murid-murid-Nya satu, sama seperti Bapa dan Yesus adalah satu. Tuhan pasti memiliki tujuan besar atas gereja-Nya. Sebab Kepala gereja adalah Kristus, jemaat adalah tubuh. Yesus sebagai Kepala Gereja pasti memiliki tujuan yang sangat jelas bagi gereja-Nya (Wiersbe & Sugden, 2003). Gereja Tuhan yang didirikan bukan hanya untuk satu atau dua tahun saja, namun sampai selama-lamanya. Bukti kesehatian bukan saja pikiran, perasaan dan kehendak namun juga tujuan gereja Tuhan yang sudah didoakan.

Tidak Mencari Kepentingan Sendiri dan yang Sia-sia (Filipi 2:3)

Rasul Paulus mengingatkan jemaat Filipi untuk hidup dalam berjemaat untuk tidak mencari kepentingan diri sendiri, sebab mencari kepentingan diri sendiri adalah hal yang sia-sia. Filipi 2:3, “dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;” Bahkan pemimpin-pemimpin yang ada dalam jemaat juga harus hidup berfokus kepada kepentingan orang lain dan bukan berfokus kepada kepentingan pribadi.

Kepentingan pribadi akan menimbulkan gejolak dan perselisihan. Namun mengutamakan kepentingan orang lain adalah cerminan karakter Kristus yang berfokus kepada jiwa-jiwa yang diselamatkan. Ini esensi dasar kehidupan karakter berhati hamba. Pemimpin yang berfokus kepada kepentingan bersama akan membawa sebuah terobosan yang Dashyat dalam gereja Tuhan. Ini adalah sikap dengan rendah hati, menganggap yang lain lebih utama dari yang lain. Kerendahan hati adalah wujud sikap hati hamba yang paling mendasar (Wiseman, 1994).

Menaruh Pikiran dan Perasaan yang Terdapat dalam Kristus (Filipi 2:5)

Sentral kehidupan Kristen adalah pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus. Filipi 2:5, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,” Dalam bagian ini Rasul Paulus mengingatkan jemaat Filipi, bahwa dalam apa pun yang terjadi, seharusnya berfokus kepada pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus. Pikiran dan perasaan Kristus adalah jiwa-jiwa (Sanders, 1993).

Jiwa-jiwa menjadi fokus kehadiran Yesus ke dunia dan mati di kayu salib. Banyak orang selalu tertuju kepada pikiran dan perasaan pribadi. Padahal pikiran dan perasaan pribadi itu beragam. Keberagaman yang bertujuan pada kepentingan diri sendiri tidak akan membawa dampak yang besar bagi Kerajaan Allah. Paulus dalam bagian ini menyadarkan bahwa hidup jemaat dan pemimpin gereja harus bersumber kepada pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus.

Tidak Ada Hak Milik yang harus Dipertahankan (Filipi 2:6-7)

Yesus datang ke dunia dengan sebuah misi bagi penyelamatan manusia. Yesus adalah Tuhan, Pencipta alam semesta dan yang berdaulat atas seluruh kehidupan manusia. Yesus rela meninggalkan sorga dengan segala milik yang harus dipertahankan, turun ke dunia untuk menjadi manusia. Filipi 2:6-7, “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.” Kesetaraan dengan Allah yang tidak perlu dipertahankan.

Pribadi yang menjadi tebusan bagi semua orang percaya. Ini adalah teladan hati hamba yang Yesus miliki. Sebetulnya berkaca dari pemahaman ini, tidak ada apa pun yang orang percaya harus pertahankan. Yesus yang adalah Allah, rela menjadi hamba. Semua ini dilakukan Yesus, karena manusia berharga dan siap menjadi tebusan bagi dosa umat manusia. 

Hati hamba adalah bicara tentang konsep terbesar dalam kehidupan orang percaya. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, barang siapa yang ingin menjadi besar, harus menjadi yang terkecil. Bahkan Yesus memberikan teladan, bahwa kedatangan-Nya bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani.

Hati hamba selalu berbicara tentang buat siapa hidup ini ada dan tidak lagi tertuju kepada diri sendiri. Rasul Paulus menghendaki jemaat dan para pemimpin gereja untuk berfokus hidup dengan hati hamba. Roh Kudus akan memberikan kemampuan bagi setiap orang percaya untuk memiliki karakter hati hamba seperti Yesus (Hocking, 2009). Ini adalah panggilan yang tertinggi dan harga keselamatan adalah hati hamba Yesus yang harus menjadi teladan setiap orang percaya terutama pemimpin gereja

Merendahkan Diri (Filipi 2:8)

Yesus merendahkan diri serendah-rendahnya menjadi manusia. Filipi 2:8, “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” Yesus menjadi manusia dengan tujuan besar manusia diselamatkan. Keselamatan menjadi sentral pesan dan kehadiran Yesus di dalam dunia. Yesus merendahkan diri artinya Dia rela mengalami hal-hal yang seharusnya tidak perlu Yesus alami. Banyak hal yang nyaman ditinggalkan Yesus ketika Yesus harus merendahkan diri serendah-rendahnya menjadi manusia.

Baik itu surga, kemuliaan dan kejayaan. Hal ini menunjukkan bahwa manusia sangat berharga di hadapan Yesus, terbukti Yesus merendahkan diri menjadi manusia. Yesus yang tidak berdosa disebut berdoa karena orang percaya tebusan-Nya. Dia yang tidak terkutuk disebut terkutuk karena dosa umat manusia. Rasul Paulus menyatakan ini dalam suratnya menjadi sebuah acuan salah satu karakter yang harus dimiliki oleh pemimpin rohani, yaitu rendah hati (Octavianus, 2000, p. 98). Terlebih kepemimpinan begitu erat kaitannya dengan kepemimpinan yang melayani (Simon & Poluan, 2021).

Taat dengan Sungguh (Filipi 2:8)

Ketaatan Yesus sampai di kayu salib menjadi harga yang harus dibayar demi sebuah karya keselamatan. Filipi 2:8, “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” Tanpa sebuah ketaatan, tidak mungkin keselamatan akan menjadi bagian umat manusia. 

Rasul Paulus mau mengingatkan jemaat Filipi atau para pemimpin Filipi untuk mereka sadar bahwa kunci segala-galanya adalah ketaatan. Setia dalam proses tanpa protes. Ketaatan artinya melakukan secara tepat yang diperintahkan tanpa hati yang bersungut-sungut. Ketaatan yang mutlak akan membawa sebuah karya besar. Yesus sudah buktikan itu (Damazio, 1993).

Baca Juga: Ucapan Syukur dan Doa Paulus: Filipi 1:3-5

Harapan besar Rasul Paulus adalah seluruh jemaat Filipi menjadi pribadi-pribadi yang taat akan kebenaran Firman Tuhan. Ketaatan akan kebenaran Firman Tuhan menjadi tolak ukur kehidupan yang berhati hamba. Hati hamba pasti tidak akan berontak dan selalu dengan ucapan syukur menerima setiap perintah yang ada. Ini menunjukkan sebuah karakter ketundukan kepada otoritas di atasnya

Kesimpulan

Dari telaah kita terhadap Filipi 2:1-8, kita dapat menyimpulkan bahwa pesan-pesan yang disampaikan oleh Rasul Paulus kepada jemaat Filipi memiliki nilai yang sangat penting bagi kita sebagai umat Kristiani. Kasih, kesetiaan, kerendahan hati, dan hidup dalam persekutuan Roh adalah hal-hal yang harus kita tanamkan dalam kehidupan kita sehari-hari. 

Dengan mengikuti teladan Kristus dan mempraktikkan ajaran-ajaran-Nya, kita dapat memperkuat iman kita dan membawa dampak positif bagi lingkungan di sekitar kita. Marilah kita terus memperdalam pengertian akan ajaran-ajaran Alkitab dan mengaplikasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari agar kita menjadi saluran berkat bagi orang lain dan memuliakan nama Tuhan dalam segala hal. Eksposisi Filipi 2:1-8 - Kasih dan Kesetiaan
Next Post Previous Post