DUKACITA DAN SUKACITA SETURUT KEHENDAK ALLAH

Pdt. DR. Stephen Tong.

MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH

BAB IX : DUKACITA DAN SUKACITA SETURUT KEHENDAK ALLAH

Bacaan: 2 Korintus 7 :8-11, 1 Tesalonika 5 :16-18
DUKACITA DAN SUKACITA SETURUT KEHENDAK ALLAH
I) DUKACITA SETURUT KEHENDAK ALLAH

Ada tiga kali istilah “dukacita menurut kehendak Allah” disebutkan dalam 2 Korintus 7:8-11. Aspek ini sangat jarang kita temukan yaitu kehendak Tuhan yang bersifat negatif! Kita suka mendengarkan kehendak Tuhan yang memberikan berkat dan kelancaran, kehendak Tuhan yang memimpin kita sehingga kita maju ke dalam kemakmuran dan sebagainya. Tetapi di dalam Alkitab banyak aspek-aspek di belakang tirai yang terlihat begitu negatif, terlihat kurang dinamis,. Tetapi di dalamnya mengandung pimpinan Tuhan yang lebih dari apa yang bisa kita mengerti.

(1) Aspek Tersembunyi dalam Kehendak Allah.

Di dalam teologi Lutheran , ada satu kalimat yang mengatakan memang Tuhan Allah yang disebut The Hiddenness of God . Artinya, sesuatu aspek yang disembunyikan oleh Tuhan Allah atau aspek yang tersembunyi di dalam keilahian-Nya. Ketika kita melihat bulan, bulan itu mengelilingi bumi tanpa berotasi pada porosnya. Itu sebabnya mata kita hanya bisa melihat satu permukaan saja, sedangkan permukaan di belakangnya belum pernah dilihat oleh mata manusia, kecuali kita melihatnya melalui foto yang diambil oleh satelit.

Demikian juga Tuhan kadang-kadang tidak menyatakan kehendak-Nya dengan jelas kepada kita. Ada bagian-bagian yang tersembunyi. Martin Luther mengatakan bahwa ini adalah Ketersembunyian Tuhan. Aspek tersembunyi dari Tuhan dalam kehendak kekal-Nya. Dalam kehendak Allah, kita jangan hanya melihat aspek-aspek yang positif atau aspek-aspek yang negatif, aspek-aspek yang tampak kurang jelas di dalam pimpinan-Nya, karena di dalamnya tersimpan banyak bahagia yang tidak terlihat oleh kita.

Salah satu aspek yang jarang diketahui oleh manusia adalah kehendak Tuhan yang mau supaya kita hidup bersumpah cita! Kita selalu tidak bisa menerima hal ini, Kita mau Kekristenan yang mudah, yang instan. Kekristenan yang langsung bisa mendapatkan kenikmatan. Kita cenderung tidak bersedia mendengarkan khotbah yang berat dan tidak mau mengikuti kebaktian yang di dalamnya penuh berisi pengajaran yang ketat, yang menuntun kita untuk taat dan mengikut Tuhan. Kita tidak suka memilikinya. Kita cenderung lebih suka memilih kebaktian-kebaktian yang langsung menggairahkan emosi, yang memberikan kesenangan sementara secara lahiriah. Bahkan kita mau menjadi orang Kristen yang hanya menerima berkat dari Tuhan Allah. Itulah kecelakaan besar di dalam Kekristenan! Jika kita hanya mau mengetahui aspek yang optimis saja, tetapi tidak mengingat akan aspek yang sedih, sulit dan negatif, maka kita akan menjadi orang Kristen yang timpang dan tidak pernah bisa mengerti kehendak Allah secara seimbang.

Seorang uskup yang saya temui di Malaysia mengatakan bahwa selama dia menjadi uskup bertahun-tahun, para bawahannya yang mendapat kesempatan pergi ke luar negeri selalu memakai istilah yang indah untuk tindakannya. Ketika mereka berhenti dari jabatannya dan mengatakan kepada uskup itu bahwa Tuhan sudah membuka jalan bagi mereka. Tuhan sudah menyatakan kehendak-Nya bagi mereka atau Tuhan sudah memimpin sekeluarga mereka untuk keluar dari Malaysia.

Jika ditanya ke mana Tuhan memimpin mereka? Maka mereka menjawab bahwa Tuhan sudah membuka jalan ke Amerika. Tuhan sudah membuka jalan ke Australia, Selandia Baru atau Kanada. Lalu Uskup tersebut menyatakan kepada saya bahwa dia merasa heran sekali. Mengapa Tuhan selalu memimpin orang ke negara-negara yang makmur? Mengapa Tuhan jarang memimpin orang ke negara-negara yang sulit? Mengapa pimpinan Tuhan selalu mengarahkan ke negara-negara yang kaya? Mengapa Tuhan tidak memimpin ke tempat-tempat yang sulit? Kekristenan mulai gagal.

(2) Aspek Negatif dalam Kehendak Allah.

Kekristenan yang gagal adalah Kekristenan yang melihat kehendak Tuhan hanya semata-mata menghasilkan aspeknya yang optimis! Orang-orang demikian beranggapan bahwa kehendak Tuhan pasti menjadikan mereka lebih lancar, lebih sukses, lebih kaya, lebih makmur dan lebih unggul di dunia ini. Alkitab tidak mengajarkan seperti itu. Celakalah teolog-teolog yang menganut teologi kemakmuran yang tidak memberitakan kehendak Tuhan secara total kepada jemaatnya karena mereka akan dianggap sebagai nabi yang tidak setia. Biarlah kita mengerti kehendak Tuhan dan memahaminya secara menyeluruh, bukan hanya memetik apa yang kita senangi saja.

Apakah yang merintangi manusia untuk hidup dalam kerohanian? Apakah yang menghambat pertumbuhan kerohanian kita? Uangkah? Kedudukan, kejayaan dunia, ilmu pengetahuan, rasio atau filsafatkah? Apakah Saudara merasakan jika gaji Saudara terakumulasi bulan depan? Saudara merasa senang atau susah? Apakah Saudara berpendapat bahwa uang menghambat kerohanian Saudara? Jika Saudara berpendapat demikian, mengapa Saudara merasa senang jika gaji Saudara ditambahkan?

Jika Saudara berpendapat bahwa kedudukan yang semakin tinggi akan menghambat kerohanian, mengapa Saudara merasa senang jika ditingkatkan ke kedudukan yang lebih tinggi? Jika hal demikian adalah Saudara alami, maka Saudara adalah orang Kristen yang tidak konsisten. Jika Saudara mengetahui hal-hal yang dapat menghambat kerohanian Saudara, tetapi Saudara senang memperolehnya, apakah yang terjadi dengan kerohanian Saudara?

Baik uang, kedudukan dan semua yang sudah disebutkan di atas tadi belum tentu menghambat kerohanian seseorang! Uang belum tentu menghambat. Kedudukan tentu saja tidak menghambat. Yang menghambat adalah sikap Saudara yang salah terhadap segala sesuatu yang Tuhan berikan kepada Saudara!

Suatu kali ketika berada di Singapura, saya bertanya di depan massa yang mengikuti kebaktian tentang bagaimana pimpinan Tuhan yang sudah mereka alami. Seseorang yang berdiri lalu berkata: “Puji Tuhan. Dulu saya miskin, tapi sekarang menjadi kaya.” Orang lain berkata, bahwa dulu dia sakit, lalu sekarang sehat. Jawaban yang diberikan merupakan aspek-aspek yang sangat positif dan sangat baik.

Setelah itu saya bertanya lagi kepada mereka: “Apakah Tuhan mungkin memimpin Anda untuk sakit? Mungkinkah Tuhan memimpin Anda untuk mengalami kesulitan?” Mereka mengatakan seolah-olah itu tidak mungkin. Masakan Tuhan memimpin anak-Nya untuk menjadi lemah? Mungkinkah Tuhan memimpin kita untuk menjadi gagal? Ada terlalu banyak hal yang perlu digarap dalam diri kita masing-masing agar kerohanian dan iman Kekristenan kita bisa dipertanggungjawabkan sehingga sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab.

Paulus yang berteriak: “Bersukacitalah engkau” , adalah Paulus yang berteriak: “Dengan sesungguhnya aku berkata kepadamu: Aku mempunyai dukacita yang besar.” Jikalau Paulus memberitakan kepada orang Kristen agar mereka bersukacita, tetapi mengapa Paulus juga mengatakan secara terus terang bahwa di dalam dirinya ada dukacita yang besar? Bagaimana konflik-konflik semacam ini bisa diharmoniskan dan bisa kita mengerti artinya secara tuntas?

Ada kegembiraan yang dari Tuhan, tetapi ada juga kesenangan yang bukan dari Tuhan! Ada dukacita yang berasal dari Tuhan, tetapi ada juga dukacita yang berasal dari setan!

(3) Kesedihan yang Kudus.

Jikalau kita tidak bisa membedakan dengan baik antara kegembiraan yang boleh kita miliki sebagai orang Kristen dan dukacita apa yang harus kita miliki, atau kita tidak bisa membuang kegembiraan yang palsu yang bukan berasal dari Tuhan dan kita menerima dukacita yang palsu yang bukan di dalam kehendak Tuhan, maka kita akan menjadi orang Kristen yang kacau dalam kehidupan emosi kita masing-masing.

Emosi yang dikuduskan merupakan salah satu aspek yang besar dalam kekudusan progresif. Kekudusan progresif berarti kekudusan yang semakin membersihkan diri. Setelah diselamatkan, kita tidak langsung berjumpa dengan Tuhan. Kita sudah menyelamatkan, tapi kita masih menunggu kedatangan Kristus. Di antara titik permulaan keselamatan dan titik kesempurnaan keselamatan, kami berada di dalam satu perjalanan yang panjang. Di tengah-tengah perjalanan mengikuti Kristus yang panjang ini, kita memerlukan sesuatu kekudusan yang bersifat progresif. Makin suci, makin membersihkan diri dan makin belajar mirip dengan Tuhan yang kudus, yang telah mati bagi kita.

Dalam proses perjalanan menguduskan diri ini, maka salah satu aspek yang paling penting yaitu pengudusan emosi. Di dalam emosi kita, kita harus menyesuaikan apa yang kita senangi dengan apa yang Tuhan senangi. Kita senang menurut kesenangan Tuhan, kita susah menurut kesusahan yang dari Tuhan. Jikalau kita tidak mengerti bagaimana bersedih dalam kesedihan Tuhan, maka emosi kita belum beres. Jikalau kita tidak mengetahui bagaimana berjanji dalam kebahagiaan Tuhan, maka emosi kita belum beres.

Jangan berasumsi bahwa kebaktian yang mendatangkan kesenangan bagi kita adalah pasti kebaktian yang dari Tuhan. Kita harus menguji, apakah kesenangan itu adalah kesenangan yang suci atau bukan. Jika Saudara berbuat demikian, maka Saudara adalah orang Kristen yang baik. Jikalau Saudara tidak bisa membedakan antara kegembiraan yang sesuai dengan kehendak Tuhan dan suka cita yang bukan, ataupun dukacita yang sesuai dengan kehendak Tuhan dan dukacita yang bukan, maka Saudara menjadi orang Kristen yang menipu diri. Saudara menjadi orang Kristen yang emosinya telah menjadi anak terhilang. Emosi yang hilang dari kehidupan Kristen yang salah.

Hidup orang Kristen yang benar, yang sehat dan beres, adalah hidup orang Kristen yang mengetahui bagaimana menguduskan emosi dirinya sehingga sesuai dengan kehendak Tuhan, kita bisa mengendalikan emosi kita. Sesuai dengan kehendak Tuhan, kami berjanji atau bersumpah dengan cita-cita.

Tawa yang murah adalah tawa yang tidak berharga. Kadang-kadang ada lelucon-lelucon yang sangat lucu, yang membuat kita tertawa. Kami senang. Tetapi jika kita berpikir kembali, maka kita tahu bahwa kita sudah ditipu, karena tawa yang ditimbulkannya itu adalah tawa yang murah dan tidak berarti. Kadang-kadang terjadi sebaliknya. Kita bersedih. Waktu itu kita merasa sulit melewati saat-saat yang berat. Tetapi setelah saat-saat kesedihan itu berlalu, kita justru melihat bahwa dari kesedihan yang anggun itu timbul hasil-hasil dan buah yang berkualitas dan mempunyai nilai yang kekal. Inilah arti dari 2 Korintus 7:8-11. Apakah Saudara memperhatikan aspek ini? Berdukacita di dalam kehendak Allah. Duka suci menurut kehendak Tuhan.

Di dalam kehendak Allah ada semacam kedukaan, semacam kesedihan yang suci. Dan jika hal itu tidak ada dalam hidup Saudara, maka saya bertanya-tanya atau menyanggah apakah Saudara itu seorang anak Tuhan yang baik. Jika Saudara mempunyai kedukaan yang suci, yang sesuai dengan kehendak Tuhan, pasti dengan sendirinya Saudara sedang berjalan di dalam kehendak Tuhan.

Kehendak Tuhan perlu kita ketahui bukan supaya kehendak Tuhan Allah kita peran untuk mempermudah hidup kita. Orang yang mau menjalankan kemauan Alah adalah orang yang sudah bersedia mengorbankan diri, bersedia menjadikan diri taat dan bersedia menyerahkan diri di bawah kedaulatan Roh Tuhan, sehingga di dalam Dia kita menyesuaikan diri kita.

Paulus pernah mengirimkan sepucuk surat kepada orang di Korintus (1 Korintus) dan di dalam surat lanjutannya (2 Korintus) ia mengungkapkan bahwa dirinya menyesal karena surat yang pernah ditulisnya itu terlalu keras isinya. Surat 1 Korintus sebenarnya membuat gereja Korintus menjadi sedih.

Apakah seorang ibu yang suka melihat anaknya susah karena kata-katanya yang keras? Adakah seorang bapak yang tega melihat anak-anaknya menangis hanya karena tegurannya terlalu keras? Benarlah peribahasa Tionghoa yang mengatakan: “Pukulan ada di atas badan anak, tetapi sakit ada di dalam hati ibu.”

Rupanya Paulus mengetahui kesedihan jemaat di Korintus yang menerima suratnya, melalui orang lain. Paulus semakin bersedih melihat kesedihan mereka. Tetapi setelah kesedihan itu, jemaat di Korintus lalu menegur diri sendiri. Kesedihan itu mengakibatkan mereka benar-benar berjalan di dalam firman Tuhan, melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh, dan menyucikan hati nurani.

Setelah Paulus mendengar tentang suratnya yang mengakibatkan kesedihan, dan kesedihan itu mengakibatkan kemakmuran dalam kerohanian orang Korintus, maka Paulus sekarang terhibur. Peristiwa itu menjadi sesuatu wadah di mana Tuhan memberikan inspirasi pada bagian ayat yang penting ini.

Paulus merasakan dua kali kesedihan. Waktu ia menulis surat 1 Korintus dia menegur. Waktu Paulus menegur, jemaat di Korintus menjadi sedih dan ini membuatnya sedih. Waktu Paulus memikirkan kesedihan jemaat Korintus, dia menjadi lebih sedih dan menyesal. Tetapi waktu Paulus mengetahui bahwa setelah bersedih jemaat Korintus menjadi lebih baik, maka dia tidak jadi menyesal atas penyesalannya dulu.

Tidak menyesal atas penyesalan sebenarnya berarti Paulus tidak perlu terlalu susah pada waktu melihat orang lain susah pada waktu membaca suratnya yang isinya sesuai dengan kehendak Allah. Kesusahan semacam itu sangat dibutuhkan oleh jemaat Korintus. Orang yang berani mengatakan kalimat-kalimat yang sementara tidak disukai oleh manusia sangat diperlukan!

Seorang yang mau mengabdi kepada Tuhan, seorang nabi yang sejati, tidak boleh segan-segan berani mengatakan hal-hal yang perlu. Seorang hamba Tuhan tidak boleh mencari dan menyenangkan orang-orang karena takut orang lain akan marah. Jikalau perlu, kita harus terus terang mengatakan kelemahan orang lain, tetapi di belakang peneguran itu, kita harus memiliki satu hati yang mempunyai tiga hal: (1) Saudara tahu bahwa teguran Saudara ini merupakan kehendak Tuhan; (2) Saudara sudah berdoa bagi mereka dengan sungguh-sungguh berdasarkan kasih; (3) Saudara mempunyai pengharapan bagi mereka agar sesudah mereka bersedih karena teguran itu, mereka memikirkan jalan keluar untuk membawa mereka menuju kesempurnaan.

Gereja-gereja gagal menjadi jika gereja sudah kehilangan ketiga unsur ini. Jika seorang pengkhotbah berkhotbah hanya untuk mencari pendengar, maka ia mencari khotbah yang bisa menarik lebih banyak orang untuk mendengarkan, yang bisa diterima dengan baik oleh orang-orang modern dan yang bisa mengakibatkan kolekte mereka menjadi lebih banyak.

Celakalah kita, jika menjadi hamba Tuhan ataupun jika kita berada di dalam satu gereja yang tidak mementingkan kehendak Allah, tidak mementingkan firman Tuhan, kedaulatan Tuhan, kesucian Tuhan dan isi hati Tuhan, namun hanya mementingkan apakah manusia bisa senang atau tidak. Gereja seperti ini bukanlah memperdengarkan suara Tuhan, tetapi justru memperdengarkan suara manusia.

Paulus berkata: “Jikalau engkau yakin akan cita-cita menurut kehendak dunia ini, maka dukacita itu pada akhirnya akan membawamu menuju kematian.” Orang yang sedih tanpa pengharapan, orang yang sedih di luar kehendak Tuhan, pada akhirnya akan bersedih sampai mati. Sejarah membuktikan ada banyak politikus yang sedih sampai mati karena mereka mempunyai ambisi-ambisi yang rusak. Sejarah membuktikan ada pula kesedihan yang sesuai dengan kehendak Tuhan yang akhirnya memperoleh kebahagiaan yang luar biasa.

Sukacita yang sejati tidak berasal dari luar melainkan dari dalam. Penganiayaan bisa datang. Ejekan, olokan, umpatan, hinaan, fitnah, bisa datang kepada kita; tetapi sumber hidup baru dari Tuhan terus mengalirkan suatu keharusan yang tidak bisa ditutup, tidak bisa ditudungi dengan kekuatan manusia. Dukacita macam apa yang bisa disebut sebagai dukacita menurut kehendak Tuhan? Kita akan melihat empat aspek yang besar.

(4) Aspek-aspek Dukacita dalam Kehendak Allah.

a) Dukacita di dalam Pertobatan Total.

Pertobatan dapat dibagi dalam dua aspek. Pertama, pertobatan total ; sebagai satu titik permulaan seseorang mengikut Yesus Kristus. Itu adalah kehancuran hati karena kesadaran diri sebagai orang berdosa yang tidak memiliki pengharapan. Kita sadar akan kebobrokan total. Kita sadar akan kerusakan diri yang tidak ada kemampuan dan daya apa pun dari diri untuk membantu diri kita sendiri. Lalu kita datang kepada Tuhan sebagai orang yang tidak memiliki daya. Orang yang sadar bahwa dirinya tidak mempunyai pertolongan orang lain, orang yang sadar bahwa dirinya tidak mempunyai kekuatan untuk menolong dirinya sendiri dan orang yang datang kepada Tuhan, itulah pertobatan total yang ada pada seseorang waktu ia menjadi Kristen.

Kedua, pengobatan setelah ia menjadi Kristen . Sesudah pertobatan pertama dan menjadi anak Tuhan, maka setiap hari orang Kristen kemudian memelihara diri, sesuai dengan statusnya yang baru supanya menyatakan bahwa hidup yang baru sudah berjalan dalam dirinya.

Pertobatan total yang pertama adalah pertobatan yang hanya satu kali saja diperlukan seumur hidup. Seumur hidup, kita hanya memerlukan pertobatan semacam itu satu kali. Sekali selamanya. Bertobat dan berpaling kepada Yesus Kristus.

Saudara meninggalkan dosa dan menyatakan diri sebagai orang yang tidak mempunyai harapan terhadap diri sendiri, tetapi memerlukan pertolongan dari Tuhan. Kita hancur hati dan betul-betul seperti pemungut cukai yang memukul dadanya serta berkata: “Tuhan, kasihanilah hamba seorang yang berdosa ini.”

Saya tidak tahu, apakah Saudara pernah terjatuh dengan kehancuran hati seperti itu yang disertai dengan kesadaran yang diberikan oleh Roh Kudus bahwa Saudara orang berdosa di mana Saudara perlu Yesus Kristus dan Saudara melihat dengan jelas bahwa Kristus mati bagi Saudara?

Apakah penginjilan dan kebaktian yang besar-besaran yang dilakukan sekarang membawa orang melakukan konversi dengan cara ini atau tidak? Jikalau tidak, maka saya bertanya-tanya apakah keramaian itu membawa faedah terhadap gereja. Perkabaran Injil yang murni dan pertobatan yang sungguh-sungguh, menuntut satu pertobatan yang benar-benar. Allah tidak pernah menghina orang yang benar-benar memahaminya.

Semua bangunan di dunia ini memerlukan bahan-bahan yang baik agar tampak megah dan tampak lebih mahal serta anggun. Tetapi cara Allah berlainan sekali. Kerajaan Allah bukan dibangun dengan bahan yang indah-indah, melainkan dengan hati yang hancur! Ini cara Tuhan yang berlainan dengan manusia.

Jangan menganggap dosa yang terlalu besar tidak mempunyai jalan untuk menyelamatkan. Jangan menganggap tuduhan hati nurani yang terlalu keras membuat Saudara tidak mempunyai harapan. Jika Saudara benar-benar percaya kepada Tuhan dan menerima Yesus Kristus, tidak ada dosa yang terlalu besar yang tidak bisa diampuni oleh Tuhan. Tidak ada tuduhan hati nurani yang terlalu keras, sehingga Tuhan tidak bisa menyingkirkannya. Yesus datang dan mati justru karena dosa Saudara dan saya. Dia mati di atas kayu salib, mengalirkan darah untuk membawa kita yang berdosa kembali kepada Tuhan.

Tetapi mereka yang melakukan imajinasi sendiri dan menyatakan diri lebih baik dari orang Kristen, mereka yang melakukan kebaikan dan merasa diri tidak perlu melakukan transaksi. Mereka secara utuh merupakan orang berdosa yang akhirnya dibuang oleh Tuhan. Kebajikan bukanlah hal yang tidak penting. Tetapi jika Saudara tidak pernah melihat kegagalan dirinya, lalu hanya mengakui dirinya sebagai orang yang lebih baik dari orang lain, maka Saudara jauh dari Kerajaan Sorga.

Sebaliknya, meskipun Saudara seorang berdosa, tetapi Saudara percaya bahwa Krstus mati bagi Saudara, Saudara mengkonversi dalam kehancuran hati, lalu kembali kepada Dia, maka ada keutuhan hidup baru yang Tuhan berikan bagi Saudara. Jangan kembali ke dosa. Setelah Saudara mengkonversi, hiduplah dalam kesucian. Hiduplah bagi Tuhan dan jangan kembali kepada dosa!

Orang baik yang belum bercermin, mempunyai kebaikan yang merupakan anugerah umum dari Tuhan. Orang yang sudah berdosa besar jangan menganggap bahwa dosanya tidak menghancurkan hati Tuhan. Orang yang Berdosa Besar jangan berasumsi bahwa jika merasa diri terlalu rusak maka tidak ada pengharapan yang sama sekali bagi dirinya. Kristus dalam keadaan yang begitu menyedihkan, mati bagi orang berdosa. Inilah kehendak pertama.

Kehendak pertama dalam emosi yang sedih adalah kehendak Allah agar kita bertransaksi meninggalkan dosa. Pada saat seseorang berevolusi secara total, pada saat seseorang kembali kepada Tuhan, maka saat itu adalah saat di mana orang itu sedih dan hancur hatinya, dan ini tidak dihina oleh Tuhan. Pada waktu seseorang berevolusi, saat itu membuktikan Roh Kudus sudah bekerja di dalam hatinya. Saat itu menyatakan bahwa Tuhan sedang melaksanakan keselamatan yang telah disediakan bagi orang itu. Pada saat orang itu tidak menolak pekerjaan Roh Kudus, akibatnya ialah sesuatu hasil dari diperanakkan kembali oleh Roh Kudus yaitu membawa orang itu kepada kesedihan yang total, kesedihan cita-cita untuk dosa-dosanya. Ini dukacita pertama dalam kehendak Allah.

(b) Dukacita di dalam Memelihara Kesucian.

Hidup dalam kesucian adalah hasil dari dilahirkan kembali oleh Roh Kudus. Roh Kudus memperanakkan kita dan memberikan hidup baru kepada kita. Hidup baru yang berasal dari Tuhan itu adalah hidup suci. Hidup suci itu dengan sendirinya akan mengalirkan suatu kuasa kekudusan di dalam kelakuan kita masing-masing sehingga kita menjadi orang Kristen yang hidup suci.

Hidup suci perlu dipertahankan. ”Pada saat memelihara hidup kesucian itu, kita kadang-kadang menjadi sangat terganggu jika pencobaan datang. Bagi orang non-Kristen, melakukan dosa adalah sebuah aturan, tetapi bagi orang Kristen yang sudah dilahirkan kembali, melakukan dosa adalah sebuah pengecualian.” Bagi orang yang belum diperanakkan pula, mereka tidak malu berbuat dosa, tanpa merasa sedih, tanpa merasa terganggu dan mereka akan terus-menerus berbuat dosa sebagai satu kerutinan. Tetapi bagi orang Kristen yang sudah diperanakkan pula, tidaklah demikian. Kalau terpeleset berbuat dosa, ia akan merasa susah dan sedih! Inilah perbedaannya, dan ini juga tanda apakah seseorang sudah menyelamatkan atau belum.

Orang yang sudah diselamatkan akan merasa terongrong dan susah oleh kehadiran satu dosa. Tetapi bagi orang yang belum diselamatkan, meskipun ia melakukan dosa yang besar, ia bahkan menikmati hal itu dan berpikir bahwa dirinya lebih pintar daripada orang lain. Orang seperti itu menipu gurunya, mengelabui orang tuanya dan merasa bangga. Ia menikmati dosa.

Mungkin ada orang yang mencuci rambut dua kali sehari, tetapi mungkin juga ada orang yang mencuci rambut dua kali seminggu. Tetapi satu hal yang dapat kita percayai adalah kita lebih peka pada waktu tangan kita kotor daripada waktu rambut kita kotor. Yang paling peka bagi kita adalah pada waktu mata kita kotor. Rambut yang terkena satu butir pasir tidak akan terlalu mengganggu. Bahkan jika terkena lima puluh butir pasir pun tidak terlalu mengganggu. Tetapi apa yang Saudara rasakan pada saat memakai sepatu yang ada batu kerikil di dalamnya? Saudara pasti tidak beta dan ingin segera mengeluarkannya. Mengapa? Karena kaki lebih peka terhadap gangguan. Bagaimana jika mata Saudara kemasukan sebutir pasir? Bisakah Saudara tidak membersihkan mata sampai sepuluh butir masuk ke dalamnya? Apakah Saudara akan mengatakan bahwa Saudara merasa repot untuk mengeluarkan sebutir pasir pada mata Saudara dan ingin menyimpannya di waktu lain? Bagaimana pun repotnya, Saudara akan segera mencuci mata dan mengeluarkan pasir tersebut. Mengapa? Karena mata terlalu sensitif!

Kebersihan mata tidak bisa ditoleransi. Apakah sikap yang tidak bertoleransi itu sikap yang baik? Baik! Apakah sikap bisa bertoleransi itu sikap yang baik. Baik juga! Ada dua macam toleransi. Toleransi dalam kehendak Tuhan dan toleransi yang bukan kehendak Tuhan. Toleransi yang merupakan kehendak Tuhan harus kita jalankan, tetapi toleransi yang bukan kehendak Tuhan jangan kita lakukan!

Yang perlu dikeluarkan harus dikeluarkan, yang perlu ditahan harus ditahan, yang perlu diterima harus kita terima. Semua hal harus kita bedakan antara yang merupakan kehendak Tuhan dan yang bukan. Sebutir pasir di dalam mata akan mengganggu pikiran, emosi, nafsu makan, tidur dan banyak hal lainnya. Jika ada orang yang matanya penuh pasir dan berkata: “Puji Tuhan, saya harus sabar menunggu sampai Tuhan datang dan membersihkan mata saya.” Maka saya kira orang itu sudah tidak perlu khawatir lagi.

Waktu kita masih kecil, kita sering berlomba untuk saling menatap tanpa berkedip sama sekali. Sebenarnya itu satu-satunya hal. Dia yang bertahan lebih lama akan dianggap sebagai pemenangnya. Tapi bukan yang memang lebih pintar, justru yang memang itu lebih bodoh. Mengapa? Karena lensa mata kita adalah lensa yang terbaik di dunia. Mata kita memerlukan pelumasan yang dikeluarkan oleh kelenjar air mata. Minyak yang keluar dari kelenjar air mata itu adalah minyak terhalus yang tidak ada pada pabrik-pabrik lensa mana pun. Mata kita mengalirkan semacam pelumas yang luar biasa halusnya yang menggosok mata dan membersihkannya.

Mobil yang jarang diganti pelumasnya akan lebih cepat turun mesin dibandingkan dengan mobil yang pelumasnya diganti secara kontinu. Demikian pula mata kita bisa bertahan berpuluh-puluh tahun karena pelumasan yang halus tersebut. Mata terus-menerus membersihkan diri. Konsistensi atau terus menerus membersihkan diri, inilah hidup orang Kristen. Orang Kristen berbeda dengan mereka yang belum diselamatkan. Orang yang sudah ditebus oleh darah Yesus Kristus harus berbeda dengan mereka yang belum mengenal Yesus Kristus. Karena orang yang belum diselamatkan hidup terus-menerus di dalam rongrongan dosa yang tidak disadarinya secara penuh. Orang Kristen hidup dalam satu kesadaran berdasarkan kepekaan yang sangat halus. Calvin mengatakan: “Orang suci bukanlah orang yang tidak berbuat dosa, tetapi orang suci adalah orang yang mempunyai kepekaan yang besar terhadap dosa kecil yang dilakukannya.”

Siapakah orang suci? Orang suci bukanlah orang yang tidak pernah berbuat dosa. Tidak ada orang seperti itu. Orang suci bukanlah orang yang tidak pernah berbuat dosa. Tetapi orang suci adalah orang yang mempunyai kepekaan yang besar terhadap dosa yang kecil. Ini kalimat yang sangat agung. Jika seseorang mempunyai kepekaan yang besar terhadap dosa yang kecil, maka orang itu lebih mudah memelihara diri dalam kesucian. Tetapi seseorang yang mempunyai kepekaan yang kecil terhadap dosa yang besar, maka orang ini tidak mungkin memelihara hidupnya dalam kesucian.

Mengapa hidup Kekristenan kita tidak beres? Karena pada saat kita berdosa kita tidak peka dan mengabaikan hal itu. Kita berbuat jahat dan menganggap hal itu sebagai hal yang remeh, karena orang lain melakukan hal yang lebih jahat daripada yang kita lakukan. Kita melihat ada pendeta yang tidak beres, ada pula anggota majelis gereja yang tidak beres, ada orang Kristen lain yang tidak beres, lalu menganggap hal itu sebagai peluang bagi kita untuk hidup yang tidak beres pula. Akibatnya, kita tidak bisa memelihara diri dalam hidup kesucian. Kesedihan yang timbul karena kita melakukan dosa adalah kesedihan yang menurut kehendak Allah. Dukacita menurut kehendak Allah.

(c) Dukacita Melihat Kemerosotan Moral dalam Masyarakat.

Waktu Saudara melihat orang di sekitar Saudara berbuat dosa dan orang pada masa kini sudah begitu berani berbuat dosa, apakah Saudara senang atau susah hati? Jika Saudara senang, berarti Saudara belum diselamatkan dan tidak menghendaki Allah berada dalam dukacita dan kesucian-Nya. Tetapi jika Saudara menyerap masyarakat yang berbuat dosa, hal itu membuktikan bahwa Saudara telah mempunyai keselamatan dan emosi kesucian yang sesuai dengan kehendak Allah.

Hal ini kita pelajari dalam Alkitab khususnya dalam kasus Lot, keponakan Abraham. Banyak mempunyai semacam perasaan tanggung jawab yang selalu bereaksi kepada masyarakat sekitar. Pada satu aspek, Lot mempunyai kegagalan rohani. Tetapi pada pihak yang lain, dia tetap mempunyai ciri khas sebagai orang suci yang sesungguhnya.

Ada banyak pendeta yang pada saat berkhotbah untuk memuji iman Abraham, selalu diiringi dengan mencela Lot. Banyak yang dianggap sebagai orang yang kurang rohani, kurang baik, dan sebagainya. Apakah orang yang berani mencela Lot itu pasti orang yang rohaninya lebih baik daripada dia? Pada saat kita mempelajari Alkitab, sepertinya kita menganggap diri kita lebih suci daripada Ayub, kita lebih baik daripada Daud atau Musa. Kita sering cenderung melihat kegagalan seseorang lebih dari melihat kegagalan diri kita sendiri!

Bukankah kita sendiri belum tentu lebih baik dari mereka? Alkitab tidak berani mengkritik Lot. Bahkan dalam Perjanjian Baru, Alkitab menyatakan bahwa Lot adalah seorang yang benar. Saya mohon kita tidak hanya memiliki hati yang takut akan Allah, tetapi juga kita hati-hati dan tidak sembarangan mengkritik orang-orang yang dicatat dalam Alkitab. Memang Alkitab mencatat kegagalan-kegagalan orang-orang yang besar sekalipun. Semua ini dicatat sebagai pelajaran bagi orang-orang yang akan datang., tetapi Alkitab juga mengajarkan kita untuk menikmati keindahan hidup orang lain dengan baik.

Mengapa dalam Perjanjian Lama, Lot disebut sebagai orang yang benar? Karena Lot mempunyai beberapa kelebihan yang luar biasa, yaitu: (1) Lot ada di tengah-tengah lingkungan yang begitu jahat, namun ia tetap memelihara keutuhan keluarga. Dia tidak bercerai dengan isterinya, dia memelihara anaknya dengan baik. Di tengah-tengah masyarakat yang rusak, banyak orang Kristen yang ikut-ikutan rusak. Di tengah-tengah suasana masyarakat yang begitu mudah untuk hidup tidak beres, Lot tetap adalah orang Kristen yang baik, inilah Lot. (2) Banyak mendidik kedua anak pertamanya tetap sebagai perawan sebelum pernikahan sampai pada hari Sodom dan Gomora menghancurkan Tuhan. Saat ini kita menyaksikan di negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Kristen di Barat, hampir tidak ada anak perempuan yang masih menjadi perawan pada hari ia menikah. Banyak tetap mempunyai keindahan. Ia tetap bisa menjadi contoh bagi kita.

Apakah Saudara yang belum menikah mau mempersembahkan tubuh yang utuh hanya bagi suami yang Saudara tercinta? Atau apakah Saudara berasumsi bahwa hal itu hanya dilakukan oleh orang-orang yang berpikiran kuno? Apakah Saudara beranggapan bahwa hal itu hanya dilakukan oleh mereka yang saudara anggap tidak mempunyai peluang mendapatkan jodoh? Apakah Saudara merasa bangga terhadap kehidupan perkawinannya yang tidak dipelihara dengan baik?

Pada saat Lot menerima kedatangan du malaikat Tuhan dalam rupa dua orang pria di rumahnya, maka pria-pria di kota tempat Lot mendatangi rumahnya, ingin bersetubuh dengan tamu-tamu Lot tersebut (Kejadian 19:1-8). Kedua malaikat yang masuk ke rumah Lot pasti memiliki paras yang luar biasa memesona, sehingga di Sodom dan Gomora yang penuh dengan pria-pria homoseks merasa sangat kagum dan tertarik. Akhirnya orang-orang itu berkerubung di sekitar rumah Lot dan meminta agar dua pria di rumahnya itu dikeluarkan dan mereka akan bersetubuh dengan dua pria itu., Ini bukti bahwa zaman itu homoseks sudah begitu meluas dan sudah begitu merusak manusia.

Banyak dari mereka menjawab dengan mengatakan bahwa kedua anak itu terpaksa akan menyerahkannya pada orang-orang Sodom dan Gomora untuk melampiaskan nafsu mereka. Kedua anak Lot masih perawan. Di dalam banyak berkompromi. Tetapi dalam keadaan demikian pun terbukti bahwa masih banyak anak perempuan yang mempunyai pendidikan keluarga yang cukup baik. Lot bukan saja memiliki keluarga yang baik, Alkitab mengatakan bahwa Lot sangat sedih untuk dosa-dosa yang dia lihat di sekitarnya. Itulah titik puncak yang membuktikan bahwa Lot seorang yang benar. Orang suci mempunyai kesedihan yang suci atas kerusakan moralitas masyarakat.

Pada saat kita melihat kota tempat tinggal kita melakukan dosa, kejahatan semakin berkembang. Dan orang-orang makin menjauhi Tuhan, apakah hati kita tidak sedih? Apakah kita tidak peduli? Apakah kita tidak ikut menangis? Jika kita melihat kawan kita yang tidak mau bekerja melainkan hanya berjudi, apakah kita tidak mendoakan mereka dan bersedih bagi mereka? Astaga! Berdukalah menurut kehendak Tuhan! Alkitab dengan jelas mengatakan kepada kita akan dukacita atas izin Allah. Kita masih melihat masyarakat yang moralitasnya semakin mundur. Kita susah melihat pemuda-pemudi yang tidak memiliki standar moral. Kesedihan semacam itu adalah kesedihan seturut kehendak Allah.

Apakah di dalam hati Saudara suatu beban ketika Saudara melihat masyarakat dan pemuda-pemudi yang rusak?

(d) Prihatin terhadap jiwa-jiwa yang belum diselamatkan.

Kemanakah jiwa-jiwa manusia akan pergi? Jiwa-jiwa itu menuju sorga atau neraka? Menuju ke bahagia yang kekal atau ke kegagalan yang tidak mungkin diperbaiki lagi? Pada saat kita melihat bangsa kita yang masih berada di dalam dosa, apakah Saudara tidak mempunyai perasaan prihatin terhadap mereka? Paulus menulis: ”Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak berdusta. Suara hatiku juga terkuak dalam Roh Kudus bahwa aku sangat sedih cita dan selalu bersedih hati. Bahkan aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara fisik.” (Roma 9:1-3).

Jikalau mereka dapat diselamatkan, maka meskipun Paulus harus terpisah dari Kristus, ia rela. Paulus rela menerima kutukan. Paulus rela masuk neraka jika dengan jalan itu ia bisa menjadikan orang-orang yang dikasihinya menjadi orang Kristen yang masuk ke dalam surga. Paulus rela di pisahkan dari Kristus. Paulus rela dikutuk kalau itu mengakibatkan orang lain diselamatkan. Inilah satu dukacita yang luar biasa. Inilah satu kesedihan yang sangat berharga.

Justru jika tidak mempunyai kesedihan semacam itu, kerohanian kita tidak pernah maju. Orang-orang yang dekat dengan kita tidak akan mendapatkan faedah apa pun. Untuk apa Saudara marah? Untuk apa Saudara menangis? Kita hanya menangis karena kurang cantik atau cepat menjadi tua. Kita menangis karena tidak ada uang. Kita sedih karena diejek orang lain.

Tangisan dan kesedihan semacam itu tidak pernah dialirkan oleh Yesus Kristus. Yesus tidak pernah menangis untuk dirinya sendiri. Yesus tidak pernah menangisi keadaan dirinya yang susah. Paulus pun tidak. Nabi Yeremia disebut sebagai nabi yang penuh dengan air mata, namun tidak ada satu tetes air mata yang dialirkan bagi dirinya sendiri. Yeremia mengalirkan air mata melihat bangsanya yang tidsak mengenal Tuhan. Dia mengalirkan air mata melihat orang-orang berdosa melawan hukum-hukum Tuhan. Yeremia menangisi orang lain. Demikian pula Yesus Kristus. Saya berharap Saudara juga demikian.

II. SUKACITA SETURUT KEHENDAK ALLAH

Dalam 1 Tesalonika 5:16-18, dikatakan bahwa hidup yang penuh dengan doa, syukur dan kegembiraan adalah hidup yang dikehendaki oleh Tuhan. Tuhan tidak mau kita hidup dalam kecemasan, kekawatiran ataupun kesedihan yang tidak ada habisnya. Hidup seperti itu adalah tanda dari hidup orang yang tidak mempunyai pengharapan. Tuhan mau agar kita selalu hidup dalam kebahagiaan.

(1) Beda antara Sukacita dan Kesenangan.

Sukacita berbeda dengan tertawa-tawa! Orang yang hanya tertawa-tawa, banyak yang menjadi penghuni rumah sakit jiwa. Sukacita bukanlah tertawa-tawa yang tidak keruan. Apakah arti hidup itu terkandung? Hidup intinya adalah hidup yang mempunyai sikap positif. Emosi yang mengalahkan segala kesedihan secara faktual.

Kita bukan malaikat. Kita adalah manusia. Kita hidup di dunia, belum sampai ke surga. Menjadi orang Kristen akan banyak menghadapi kesulitan. Alkitab mengatakan bahwa menjadi orang Kristen adalah menjadi orang yang akan menghadapi banyak tantangan, kesulitan dan kekompakan. Kita juga tidak terlepas dari kesulitan yang datang dari alam. Orang Kristen mungkin sakit keras, demikian juga orang yang bukan Kristen. Orang bukan Kristen mungkin mati dalam kecelakaan lalu lintas, orang Kristen juga mungkin mati dalam kecelakaan lalu lintas.

Apakah karena kemungkinan kesulitan yang timbul itu sama, lalu kita berpikir untuk tidak menjadi orang Kristen? Apakah kehidupan orang Kristen benar-benar sama dengan kehidupan orang bukan Kristen? Tidak! Sama sekali berbeda! Hidup kita di dunia ini hanya beberapa puluh tahun. Tetapi kita mempunyai satu kemenangan di dalam, yang menghasilkan satu kegembiraan. Sukacita kita bukan berasal dari luar diri, tetapi dari dalam! Yang dari luar adalah senang-senang, tetapi yang berasal dari dalam adalah kegembiraan yang sebenarnya.

Tidak masalah bagi kita untuk membedakan antara satu emosi kesenangan dan satu sukacita. Sukacita tidak terkurung, tidak terbatas dan tidak terpengaruh oleh segala kesulitan yang ada di sekitar kita. Karena di dalam jiwa kita ada satu kemenangan berdasarkan pengharapan akan satu status yang baru.

(2) Kaitan antara Sukacita dan Pengharapan.

Orang yang mempunyai pengharapan, berbeda dengan orang yang tidak mempunyainya. Orang yang tidak berpengharapan hanya melihat kesulitan-kesulitan. Tetapi orang yang mempunyai pengharapan, melihat pertolongan yang melebihi segala kesulitan. Pengharapan menjadikan kita sebagai orang yang memiliki kebahagiaan.

Orang yang tidak mengerti hal ini berasumsi bahwa kebahagiaan diperoleh dengan mendapatkan rumah yang besar atau kedudukan yang tinggi. Kita tidak perlu iri kepada mereka yang kaya. Sebenarnya tidak ada yang perlu menjadikan kita iri terhadap orang lain. Orang menjadi senang jika dirinya menjadi kaya, tetapi orang menjadi susah jika dari kedudukannya sebagai orang kaya, jatuh miskin. Sukacita tidak tergantung pada kekayaan atau kesuksesan ekonomi. Bahkan terkadang keadaan serba berkecukupan dapat menjadi jerat bagi iman sehingga tidak bisa bertumbuh dengan sehat.

(3) Sukacita, Doa dan Ucapan Syukur.

Sukacita di dalam Kristus berlainan dengan kegembiraan mana pun. Kalau Saudara menjadi orang kaya, silakan menikmati kekayaan itu atas kehendak Tuhan. Jika Saudara miskin, jangan menambah kecemasan dan rong-rongan dari perasaan iri hati kepada orang kaya. Kita bisa menyimpulkan di dalam Tuhan. Tetaplah berdoa!

Doa adalah satu pengakuan akan keterbatasan manusia! Doa adalah satu pengakuan akan kedaulatan Allah. Doa adalah memasukkan kebebasan kita ke dalam pimpinan Tuhan Allah. Orang Kristen adalah orang yang bersyukur; orang Kristen adalah orang yang berdoa.

Bersyukur, bisa dilihat oleh manusia. Berdoa, dilihat oleh Tuhan. Hal yang baik untuk kita lakukan adalah: Jika kita sedang susah, beritahukanlah itu kepada Tuhan. Jika kita sedang senang, beritahukanlah hal itu kepada orang lain. Susah harus kita tanggung sendiri, tapi senang harus kita bagi-bagikan kepada orang lain. Orang rohani adalah orang yang menanggung kesusahannya sendiri dan membagi-bagikan kesenangan kepada orang lain. Orang yang tidak rohani adalah orang yang mengambil seluruh kesenangan bagi dirinya sendiri dan membagi-bagikannya dengan susah payah kepada orang lain.

Kekuatan dan kelebihan untuk menanggung kesulitan dan salib yang berat serta tetap membagikan kegembiraan kepada orang lain harus kita pelajari. Adakah hidup kita mempunyai pengharapan? Berikanlah kepada orang lain. Orang yang selalu membangun kegembiraan dan pengharapan, tak mungkin akan kehabisan kebahagiaan di dalam hatinya. Jadilah orang yang penuh dengan kegembiraan dan syukur!

Doa dan syukur memiliki perbedaan. Berdoa meminta, tetapi bersyukur terima kasih. Sikap pesimis selalu mendampingi seseorang yang meminta kepada orang lain, tetapi sikap optimis selalu menyertai orang yang berterima kasih kepada orang lain. Orang Kristen yang tahu berdoa tetapi tidak tahu bersyukur, belum genap menjalankan kehendak Allah! Orang yang hanya tahu bersyukur tanpa tahu bertanya, juga belum mengetahui sumber anugerah.

Bersukacita, berdoa dan bersyukur adalah kehendak Allah bagi kita. Banyak hal yang tidak kita syukuri kepada Tuhan karena kita tidak pernah menghitungnya. Kita cenderung tidak memperhitungkan dan mengabaikan semua kebaikan Tuhan. Tetapi jika Tuhan mengizinkan sedikit kesulitan yang diberikan kepada kita, kita langsung marah kepada-Nya. Itu sikap yang kurang terbuka! Hidup bersyukur merupakan kehendak Allah bagi kita di dalam Kristus.

Apakah kita mempunyai emosi yang anggun seperti ini? Apakah kita mempunyai cara berjanji dan bersumpah cita-cita yang sesuai dengan kehendak Tuhan? Kalau kita mau menjadi orang yang mencari kehendak Tuhan, biarlah Saudara berpikir seperti Tuhan berpikir. Berperasaan seperti Tuhan berperasaan. Saudara bersedih sesuai dengan kesedihan Allah. Bersukacita sesuai dengan kegembiraan Allah. Maka, Saudara adalah seorang yang benar-benar berada di dalam kehendak Allah. Hidup yang penuh dengan syukur dan kegembiraan, akan memberikan kekuatan. Janganlah mau dirongrong oleh kecemasan dan kekawatiran, tetapi hiduplah bersandar kepada Tuhan dan dengan kesenangan menikmati apa yang sudah menjanjikan-Nya.
Next Post Previous Post