Amsal 11:15-31 - Upah Orang Benar dan Kemurahan Hati

Matthew Henry (1662 – 1714).

BAHASAN : Amsal 11:15-31

Upah Orang Benar
Amsal 11:15-31 - Upah Orang Benar dan Kemurahan Hati
Amsal 11:15. “Sangat malanglah orang yang menanggung orang lain, tetapi siapa membenci pertanggungan, amanlah ia.”

Di sini kita diajarkan:

1). Secara umum, kita tidak boleh menggunakan harta benda kita sesuka hati kita. Dia yang memberikannya kepada kita memiliki kuasa untuk memerintahkan bagaimana kita harus menggunakannya, karena itu bukan milik kita sendiri. Kita hanyalah pengurus. Lebih jauh, dalam hukum-Nya Allah memperhatikan kepentingan-kepentingan kita dan mengajar kita bahwa perbuatan baik harus dimulai dari diri kita atau dari dalam rumah kita sendiri, tetapi tidak boleh berhenti di sana.

Ada pengurusan rumah tangga yang baik yang merupakan sifat baik yang ilahi, dan kebijaksanaan dalam mengatur urusan-urusan kita yang merupakan bagian dari sifat orang baik (Mazmur 112:5). Setiap orang harus adil terhadap keluarganya, karena kalau tidak maka dia tidak setia dengan tugasnya sebagai seorang pengurus rumah tangga yang baik.

2. Secara khusus, kita tidak boleh setuju begitu saja menjadi penjamin bagi orang lain secara gegabah,

(a). Karena ada bahaya hal itu akan membawa kita ke dalam kesulitan, dan menyulitkan keluarga kita juga setelah kita meninggal. Orang yang menanggung orang lain, karena diminta oleh seseorang dan berjanji untuk terikat bagi orang itu, mungkin karena dia mengenal orang itu dan berpikir bahwa dia tahu keadaan orang itu tetapi kemudian terbukti salah, maka sangat malanglah dia. ‘Contritione conteretur’ – Dia pasti akan hancur lebur secara menyedihkan karenanya, dan mungkin menjadi bangkrut. Tuhan Yesus menanggung kita ketika kita belum mengenal Dia, bahkan ketika kita masih menjadi musuh-Nya, dan Dia mengalami kemalangan karenanya. TUHAN berkehendak meremukkan dia.

(b). Karena orang yang menolak segala jenis pertanggungan tetap memiliki pijakan yang kokoh. Seseorang dapat memiliki pijakan yang kokoh jika berhati-hati untuk tidak melibatkan diri dalam urusan yang melebihi kemampuannya, supaya dia tidak perlu meminta orang lain untuk dibelenggu bagi dia.
----------
UPAH ORANG BENAR.

Amsal 11:16.“Perempuan yang baik hati beroleh hormat; sedangkan seorang penindas beroleh kekayaan.”

Di sini:

1. Seorang penindas (KJV: laki-laki yang kuat – pen.) di perboleh-kan beroleh kekayaan. Orang-orang yang sibuk di dunia, yang memiliki semangat dan minat yang tinggi, dan mampu menang melawan semua orang yang menghalangi mereka, kemungkinan besar akan memper-tahankan apa yang telah mereka miliki dan mendapatkan lebih banyak lagi. Sementara itu orang-orang yang lemah dimangsa oleh semua orang di sekitar mereka.

2. Perempuan yang baik hati pastilah sangat berhati-hati dalam memelihara nama baiknya, demi kebijaksanaan dan kesederhanaan, kerendahan hati dan kebaikan, serta semua kebaikan-kebaikan lainnya yang merupakan perhiasan sejati perempuan. Sama halnya seperti laki-laki yang kuat melindungi harta bendanya. Dengan cara yang serupa, perempuan yang benar-benar baik hati akan mampu melindungi kehormatan mereka dengan kebijaksanaan dan kelakuan baik mereka. Perempuan yang baik hati sama terhormatnya dengan laki-laki yang berani, dan kehormatannya sama pastinya.
----------
UPAH ORANG BENAR.

Amsal 11:17.“Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri.”

Sudah menjadi pegangan umum, bahwa setiap orang adalah untuk dirinya sendiri. Proximus egomet mihi – Tidak ada yang lebih dekat denganku daripada diriku sendiri. Nah, jika ini dimengerti dengan benar, akan menjadi alasan bagi kita untuk menghargai watak-watak yang baik dalam diri kita dan menyalibkan watak-watak yang buruk. Dalam penghiburan di masa sekarang pun, kita adalah sahabat atau musuh bagi diri kita sendiri, tergantung pada apakah kita diatur oleh pegangan-pegangan dasar keagamaan atau tidak.

1). Orang yang murah hati, lembut, dan menyenangkan berbuat baik kepada diri sendiri, memudahkan diri sendiri dan menjaga dirinya tetap demikian. Dia senang melakukan tugasnya, dan ikut meringankan beban orang-orang yang baginya bagaikan diri sendiri, karena kita adalah sesama anggota. Orang yang menyirami orang lain dengan hal-hal baiknya yang fana, akan mendapati bahwa Allah akan menyirami dia dengan berkat-berkat-Nya yang rohani, yang akan mengerjakan yang terbaik bagi jiwanya sendiri. Lihatlah Yesaya 58:7 dan seterusnya.

Apabila engkau tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri, melainkan melakukan yang baik kepada orang lain seperti untuk dirimu sendiri, apabila engkau menggunakan dirimu untuk berbuat baik dan menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri, engkau akan berbuat baik kepada jiwamu sendiri, karena Tuhan akan memuaskan hatimu dan membaharui kekuatanmu. Sebagian orang menganggapnya bagian dari sifat orang yang murah hati, bahwa dia banyak menghasilkan manfaat dari dirinya sendiri.

Sifatnya yang cenderung murah hati terhadap orang lain itu akan membantu dia melakukan yang sesuai bagi dirinya sendiri juga, dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya. Diri (KJV: jiwa – pen.) dapat kita pahami sebagai manusia batiniah, sebagaimana Rasul Paulus menyebutnya, sehingga ayat ini mengajar kita bahwa tindakan murah hati yang utama dan agung adalah menyediakan penyangga-penyangga yang baik bagi jiwa kita sendiri yang diperlukan bagi kehidupan rohani kita.

2. Orang yang kejam, suka memberontak, dan bertabiat buruk, menyiksa badannya sendiri, dan karena itu dosanya menjadi hukuman baginya. Dia kelaparan dan mati karena menginginkan apa yang dia miliki, karena dia tidak memiliki hati untuk menggunakan apa yang dimilikinya, baik untuk kebaikan orang lain maupun bagi kebaikannya sendiri. Dia menjengkelkan bagi sanak saudaranya yang terdekat, yang adalah tubuhnya sendiri dan yang seharusnya demikian (Ef. 5:29). Iri hati, kebencian, dan keserakahan dunia membusukkan tulang dan menghabiskan daging.
----------
UPAH ORANG BENAR.
Amsal 11:18. “Orang fasik membuat laba yang sia-sia, tetapi siapa menabur kebenaran, mendapat pahala yang tetap.”

Perhatikanlah:

1. Orang-orang berdosa menimpakan tipu daya yang paling mematikan ke atas diri mereka sendiri: Orang fasik membuat laba yang sia-sia, membangun rumah bagi dirinya sendiri di atas pasir, yang akan memperdayai dia ketika badai datang. Ia berjanji pada diri sendiri akan mendapatkan sesuatu dengan dosanya, tetapi itu tidak akan pernah didapatkannya. Dosa itu bahkan akan memenggal lehernya sambil tersenyum kepadanya. Dosa menipu aku dan oleh perintah itu ia membunuh aku.

2. Orang-orang kudus menyimpan perlindungan terbaik bagi diri mereka sendiri: Orang yang menabur kebenaran, yang memang baik, dan selalu berusaha melakukan kebaikan, dengan mengarahkan pandangan kepada imbalan di masa depan, akan memiliki pahala yang tetap. Pahala itu pasti bagi dia, sepasti yang dapat diberikan oleh kebenaran kekal. Jika tidak lalai menabur benih, maka panen pun tidak akan gagal (Galatia 6:8).
----------
UPAH ORANG BENAR.

Amsal 11:19. “Siapa berpegang pada kebenaran yang sejati, menuju hidup, tetapi siapa mengejar kejahatan, menuju kematian.”

Di sini ditunjukkan bahwa bukan hanya melalui penghakiman ilahi maka kebenaran akan berujung pada kehidupan, dan kejahatan berujung pada kematian, tetapi juga karena kodratnya, maka kebenaran itu memiliki kecenderungan langsung yang mengarah kepada kehidupan dan kejahatan kepada kematian.

1. Kekudusan sejati adalah kebahagiaan sejati. Kekudusan sejati meru-pakan persiapan, jaminan, dan kesungguhan untuk mendapatkan kebahagiaan sejati. Kebenaran mencondongkan, mengatur, dan memimpin jiwa menuju hidup.

2. Dengan cara yang sama, orang-orang yang memanjakan dirinya dalam dosa membuat diri mereka pantas untuk menerima kehancuran. Semakin keras seseorang dalam pencarian-pencariannya yang penuh dosa, semakin tajam kecondongannya kepada kehancurannya sendiri. Dia membangunkan kehancurannya ketika tampak tidur, dan memper-cepatnya ketika tampak berlambat-lambat.
----------
PERIBAHASA-PERIBAHASA PENTING.

Amsal 11:20.“Orang yang serong hatinya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang tak bercela, jalannya dikenan-Nya.”

Penting bagi kita untuk mengetahui apa yang Allah benci dan apa yang Allah senangi, supaya kita bisa mengatur diri sesuai dengan-Nya, menghindari hal-hal yang tidak disukai-Nya dan mengabdikan diri untuk menyenangkan hati-Nya. Nah, di sini kita diberi tahu,

1. Bahwa tidak ada yang lebih menyakiti hati Allah daripada kemuna-fikan dan bermuka dua. Itulah arti dari kata yang kita terjemahkan menjadi tipu muslihat, yaitu berpura-pura berlaku adil tetapi bermaksud jahat, berjalan di jalan-jalan yang berbelit-belit, supaya tidak ketahuan. Orang yang serong hatinya bertindak berlawanan dengan apa yang baik, sambil mengakui apa yang baik, dan yang seperti itu adalah kekejian bagi TUHAN, lebih daripada orang-orang berdosa mana pun (Yesaya 65:5).

2. Bahwa tidak ada yang lebih menyenangkan hati Allah daripada ketulusan dan kejujuran: Orang yang tak bercela, yang tujuan dan tindakannya jujur, yang perilakunya di dunia dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah, bukan oleh hikmat duniawi, mereka inilah yang disenangi oleh Allah, bahkan Allah membanggakan mereka (Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub?) dan ingin supaya kita mengagumi mereka. Lihat, inilah seorang Israel sejati.
----------
PERIBAHASA-PERIBAHASA PENTING.

Amsal 11:21. “Sungguh, orang jahat tidak akan luput dari hukuman, tetapi keturunan orang benar akan diselamatkan.”

Perhatikanlah:

1). Persekongkolan dalam dosa pasti akan dicerai-beraikan, dan tidak akan membantu melindungi orang-orang berdosa: Walaupun bergandengan tangan (KJV), walaupun banyak yang sepakat untuk bersama-sama memelihara kejahatan melalui perbuatan mereka, dan berjanji untuk saling mendukung dalam membela kejahatan melawan semua serangan hikmat dan keadilan, walaupun mereka bersekutu untuk mendukung dan menyebarluaskan kejahatan, walaupun keturunan orang jahat mengikuti jejak orangtua mereka yang jahat, dan bertekad memelihara kebiasaan mereka dengan cara melanggar agama, namun semua ini tidak akan melindungi mereka dari keadilan Allah. Mereka tidak akan dianggap tidak bersalah.

Keadilan Allah tidak akan membenarkan mereka jika mereka beralasan bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah sesuai dengan apa yang dilakukan oleh kebanyakan orang dan sesuai dengan apa yang dilakukan oleh kelompok mereka. Mereka tidak akan luput dari hukuman. Lihatlah air bah yang menimpa seluruh dunia yang dihuni orang-orang yang fasik. Jumlah dan kekuatan mereka, serta kesepakatan mereka dalam berbuat dosa, tidak akan bermanfaat bagi mereka ketika hari pembalasan tiba.

2. Bahwa pewaris-pewaris agama pasti akan diberkati: Keturunan orang benar, yang mengikuti jejak kebenaran mereka, walaupun mereka bisa saja jatuh ke dalam kesulitan, pada waktunya akan diselamatkan. Walaupun mungkin saja keadilan datang perlahan untuk menghukum orang jahat, dan belas kasihan datang perlahan untuk menyelamatkan orang benar, namun keduanya pasti akan datang. Terkadang keturunan orang benar, walaupun mereka sendiri bukan orang benar, diselamatkan demi pendahulu mereka yang saleh, seperti yang sering dialami Israel dan keturunan Daud.
----------
PERIBAHASA-PERIBAHASA PENTING.

Amsal 11:22. “Seperti anting-anting emas di jungur babi, demikianlah perempuan cantik yang tidak susila.”

Di sini kita harus memahami susila sebagai agama dan anugerah, suatu selera dan rasa suka yang sungguh-sungguh (demikianlah arti kata tersebut) pada kehormatan dan kesenangan yang menyertai kebajikan tanpa noda. Maka perempuan yang tidak susila berarti seorang perempuan dengan perilaku yang bebas dan tidak tahu aturan. Lalu perhatikanlah:

1. Di sini memang benar bahwa kecantikan atau keelokan jasmani itu seperti anting-anting emas, sesuatu yang sangat berharga, dan kalau ada hikmat dan anugerah yang melindungi dari godaannya, maka itu merupakan perhiasan yang sangat baik. ‘Gratior est pulchro veniens de corpore virtus’ – Kebajikan tampil istimewa dan agung saat disertai kecantikan. Tetapi perempuan yang bodoh dan tidak susila, dengan sikap yang menganggap remeh, cocok dibandingkan dengan seekor babi, walaupun dia sangat cantik. Dia berkubang dalam lumpur hawa nafsu yang kotor, yang mencemarkan pikiran dan hati nurani, dan walaupun dimandikan akan kembali lagi ke situ.

2. Sayang kalau kecantikan itu sangat disalahgunakan, seperti yang dilakukan orang-orang yang kecantikannya tidak disertai kesopanan. Kecantikan itu seperti pemberian yang tidak tepat untuk mereka, sangat tidak pada tempatnya, seperti anting-anting emas di jungur babi, yang dipakainya untuk membongkar timbunan kotoran. Jika kecantikan tidak dikawal oleh kebajikan, maka kebajikan menjadi rentan oleh karena kecantikan. Ini boleh diterapkan pada semua karunia dan kelebihan jasmani lainnya. Sayang jika orang memiliki karunia dan kelebihan jasmani tetapi tidak memiliki kebijaksanaan untuk menggunakannya dengan baik.
----------
PERIBAHASA-PERIBAHASA PENTING.

Amsal 11:23.“Keinginan orang benar mendatangkan bahagia semata-mata, harapan orang fasik mendatangkan murka.”

Ayat 23 ini mengajar kita apa keinginan dan harapan orang benar dan orang fasik, dan bagaimana jadinya nanti, apa yang mereka inginkan dan apa yang akan mereka dapatkan.

1. Orang benar menginginkan bahagia, bahagia semata-mata (KJV: yang baik semata-mata – pen.). Segala yang mereka inginkan adalah semua orang di sekitar mereka baik-baik saja. Mereka tidak mengharapkan penderitaan bagi siapa pun, melainkan kebahagiaan bagi semua orang. Kalau untuk mereka sendiri, keinginan mereka bukanlah memuaskan nafsu jahat mana pun, melainkan mendapatkan perkenan dari Allah yang baik dan memelihara kedamaian hati nurani yang bersih. Dan kebahagiaan yang akan mereka dapatkan adalah kebahagiaan yang mereka inginkan (Mazmur 37:4).

2. Orang fasik menginginkan kemurkaan. Mereka menginginkan hari bencana, supaya penghakiman Allah dapat memuaskan nafsu dan dendam mereka, menyingkirkan orang-orang yang menghalangi mereka, dan supaya mereka bisa mendapatkan keuntungan bagi diri mereka sendiri dengan memancing di air yang keruh. Namun, murkalah yang akan mereka dapatkan, dan malapetaka bagi mereka. Mereka mengharapkan dan menginginkan kejahatan bagi orang lain, namun kejahatan itu justru berbalik menimpa mereka sendiri. Karena mereka senang sekali mengutuk, mereka akan mendapatkan kutuk yang cukup.
----------
PUJIAN UNTUK KEMURAHAN HATI.

Amsal 11:24.“Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang meng-hemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan.”

Perhatikanlah:

1). Mungkin saja seseorang semakin kaya dengan menggunakan apa yang dia miliki dengan bijaksana, menabur dalam pekerjaan-pekerjaan kesalehan, berbuat amal, dan bermurah hati, namun bertambah kaya. Bahkan, dengan cara itulah orang dapat bertambah kaya, seperti jagung bertambah banyak dengan ditabur.

Dengan menggunakan apa yang kita miliki dengan sukacita, jiwa kita disegarkan, dan dengan demikian dipersiapkan untuk pekerjaan-pekerjaan yang harus kita lakukan, dengan mengurus apa yang kita miliki dengan teliti sehingga bertambah banyak. Cara itu mendatangkan nama baik yang ikut menambah kekayaan.Tapi bertambahnya kekayaan itu terutama harus diakui sebagai berasal dari Tuhan. Dia memberkati tangan yang memberi, sehingga membuatnya menjadi tangan yang memperoleh (2 Korintus 9:10). Berilah, dan kamu akan diberi.

2. Mungkin saja seseorang menjadi miskin karena menyimpan-nyimpan apa yang dia miliki, menghemat secara luar biasa, tidak melunasi utang-utang yang sepantasnya dibayar, tidak membantu orang miskin, tidak menyediakan secara memadai untuk keluarga, tidak mau membuat pengeluaran-pengeluaran yang perlu untuk pemeliharaan harta benda. Itu membuatnya selalu kekurangan (KJV: mengarah kepada kemiskinan).

Cara itu mengekang kepandaian dan kerajinan manusia, melemahkan kepentingan mereka, menghancurkan nama baik mereka, dan membuat mereka kehilangan berkat Allah. Lagi pula, walaupun manusia selalu menyimpan apa yang mereka miliki, jika Allah menghancurkan dan merusaknya, maka tidak akan ada yang tersisa (Hagai 1:6, 9). Api yang tidak ditiup akan menghabiskannya.
----------
PUJIAN UNTUK KEMURAHAN HATI.

Amsal 11:25. “Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum.”

Melakukan perbuatan amal itu sangat bertolak belakang dengan pikiran biasa, dan perbuatan memberi justru akan membebaskan kita. Karena itu kita perlu betul-betul menekankan kepada diri sendiri betapa melakukan kebaikan kepada orang lain itu adalah untuk keuntungan kita sendiri, seperti sebelumnya (ayat 17).

1. Dengan melakukan kebaikan, kita akan mendapatkan penghiburan di dalam hati kita: Siapa banyak memberi berkat, yang jiwanya suka memberkati, yang berdoa bagi orang-orang kesusahan dan memenuhi kebutuhan mereka, yang menyebarkan berkat dengan bibir yang memberkati dan tangan yang murah hati, jiwa seperti itu diberi kelimpahan dengan sukacita sejati dan diperkaya dengan lebih banyak anugerah.

2. Kita akan memperoleh balasan dari Allah dan manusia: Siapa memberi minum orang lain dengan aliran-aliran pemberiannya, ia sendiri akan diberi minum. Allah pasti akan membalasnya dengan embun, dengan curahan yang banyak, dari berkat-Nya, yang akan Dia curahkan, sampai berkelimpahan (Maleakhi 3:10). Orang yang memiliki rasa terima kasih akan membalas pemberiannya itu jika ada kesempatan. Orang yang murah hatinya akan beroleh kemurahan, dan orang yang baik akan diperlakukan dengan baik.

3. Kita akan terus di mampu kan untuk melakukan yang lebih baik lagi: Siapa memberi minum, dia bahkan akan menjadi seperti hujan (demikian beberapa orang mengartikannya). Dia akan diisi kembali, seperti awan yang kembali setelah hujan, dan akan berguna dan diterima lagi, seperti hujan bagi rumput yang baru dipotong. Siapa mengajar akan belajar (demikianlah bahasa Aramaik menafsirkannya). Barang siapa menggunakan pengetahuannya untuk mengajar orang lain akan diajar sendiri oleh Allah. Kepada orang yang memiliki dan menggunakan apa yang dimilikinya, akan diberi lebih banyak lagi.
----------
PUJIAN UNTUK KEMURAHAN HATI.

Amsal 11:26.“. Siapa menahan gandum, ia dikutuki orang, tetapi berkat turun di atas kepala orang yang menjual gandum.”

Lihatlah di sini :

1. Bagaimana kita harus menggunakan karunia pemberian Allah. Kita tidak boleh menimbunnya untuk keuntungan kita sendiri, supaya kita diperkaya olehnya, melainkan harus mengeluarkannya untuk kepentingan orang lain, supaya mereka bisa terbantu dan terpelihara olehnya. Itu adalah dosa, jika seseorang menahan gandum ketika sedang mahal dan langka, dengan harapan akan terus bertambah mahal, untuk mempertahankan dan menaikkan pasaran, ketika harga sudah sangat tinggi sehingga orang miskin menderita karenanya.

Pada saat seperti itu, orang-orang yang memiliki persediaan gandum sendiri wajib memperhatikan orang miskin, dan bersedia menjual dengan harga pasar, merasa puas dengan keuntungan yang biasa-biasa saja, dan tidak bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari penghakiman Allah. Itu adalah contoh perbuatan amal yang mulia dan besar jika orang menyimpan persediaan yang diperlukan melakukannya untuk membantu mempertahankan harga pasar supaya tetap rendah ketika harga bahan pokok meningkat terlalu banyak.

2. Bagaimana kita harus menghargai suara orang banyak. Kita tidak boleh menganggap suara orang banyak itu sebagai suatu hal yang tidak penting dan tidak perlu diperhatikan, entah kita menerima maksud dan perkataan yang buruk ataupun baik dari sesama kita, doa-doa mereka atau kutuk-kutuk mereka. Di sini kita diajar supaya takut kepada kutuk-kutuk mereka, dan mendahulukan keuntungan kita sendiri daripada mendatangkan kutuk-kutuk tersebut, dan mengharapkan berkat-berkat mereka, dan dengan pengorbanan tertentu membeli berkat-berkat tersebut. Kadang-kadang benar, ‘vox populi est vox Dei’ – suara rakyat adalah suara Allah.
----------
KEBODOHAN DAN KESEDIHAN ORANG BERDOSA.

Amsal 11:27.“Siapa mengejar kebaikan, berusaha untuk dikenan orang, tetapi siapa mengejar kejahatan akan ditimpa kejahatan.”

Perhatikanlah:

1. Orang-orang yang rajin melakukan kebaikan di dunia membuat diri mereka dikasihi baik oleh Allah maupun manusia. Siapa bangun pagi-pagi untuk apa yang baik (demikianlah maksudnya), yang mencari kesempatan untuk melayani teman-temannya dan membantu orang-orang miskin, dan memeras tenaga untuk itu, berusaha untuk dikenan orang (KJV: mendapatkan perkenanan – pen.). Semua orang yang di sekitarnya menyukai dia, dan mengatakan hal-hal baik tentang dia, dan akan siap melakukan kebaikan baginya. Dan lebih baik dari itu lagi, lebih baik dari hidup, dia memperoleh kasih setia Allah.

2. Orang-orang yang rajin melakukan kejahatan sedang mempersiapkan kehancuran untuk diri mereka sendiri: Akan ditimpa kejahatan. Suatu saat mereka akan menerima balasan yang sama dengan perbuatan mereka sendiri. Selain itu, perhatikanlah, mengejar kejahatan di sini dilawankan dengan mengejar kebaikan, karena orang yang tidak melakukan kebaikan sedang melakukan hal yang merugikan.
----------
KEBODOHAN DAN KESEDIHAN ORANG BERDOSA.

Amsal 11:28.“Siapa mempercayakan diri kepada kekayaannya akan jatuh; tetapi orang benar akan tumbuh seperti daun muda.”

Perhatikanlah:

1. Kekayaan kita akan mengecewakan kita ketika sedang sangat membutuhkan: Siapa mempercayakan diri kepada kekayaannya, seakan-akan kekayaannya itu dapat menjamin dia diperkenan oleh Allah, dan menjadi perlindungan dan bagian bagi dirinya, akan jatuh. Seperti orang yang meletakkan beban tubuhnya pada buluh yang patah, buluh itu bukan hanya akan mengecewakan dia, tetapi juga mengenai tangannya dan menusuk dia.

2. Kebenaran kita akan bermanfaat bagi kita ketika kekayaan kita tidak menolong: Orang benar kemudian akan tumbuh seperti daun muda, daun muda kebenaran, seperti pohon yang daunnya tidak akan layu (Mazmur 1:3). Bahkan dalam kematian, ketika kekayaan tidak menolong manusia, tulang-tulang orang benar akan segar seperti tumbuh-tumbuhan muda (Yesaya 66:14). Ketika orang-orang yang berakar pada dunia layu, orang-orang yang dicangkokkan pada Kristus dan turut mendapat bagian dalam akar dan getahnya akan berbuah dan berkembang.
----------
KEBODOHAN DAN KESEDIHAN ORANG BERDOSA.

Amsal 11:29. “Siapa yang mengacaukan rumah tangganya akan menangkap angin; orang bodoh akan menjadi budak orang bijak.”

Di sini dua sikap berlebihan dalam mengatur urusan keluarga dikecam dan akibat-akibat buruknya dinubuatkan:

1. Kehati-hatian dan kebijaksanaan duniawi di satu sisi. Ada sebagian orang yang karena ketekunan yang berlebihan dalam mengejar dunia merasa gelisah tentang usaha mereka, resah dengan kerugian-kerugian mereka, bersikap keras terhadap pelayan-pelayan mereka, kikir terhadap keluarga mereka, sampai mengacaukan rumah tangganya dan terus membuat kesal semua orang yang ada di sekitar mereka.

Sementara itu, ada lagi sebagian orang lain lagi yang berpikir bahwa mereka bisa mengadakan beberapa perubahan untuk diri mereka sendiri, dan memperoleh atau menyimpan, dengan mendukung kelompok-kelompok dan permusuhan-permusuhan dalam keluarga mereka. Semua ini benar-benar mengacaukan rumah tangga mereka. Mereka semua akan kecewa, karena mereka akan menangkap angin. Semua yang akan mereka dapatkan dengan taktik-taktik ini bukan hanya hampa dan tidak berharga bagaikan angin, tetapi juga keributan dan kesusahan, kesia-siaan dan kekesalan.

2. Kecerobohan dan kurangnya kebijaksanaan umum di sisi lain. Orang yang bodoh dalam usahanya, yang tidak memperhatikan usahanya ataupun mengerjakannya dengan canggung, yang tidak memiliki rencana dan pertimbangan, bukan hanya kehilangan nama baik dan kepentingannya, tetapi juga menjadi budak orang bijak. Dia jatuh miskin dan dipaksa bekerja untuk mempertahankan hidup, sementara orang-orang yang mengatur usahanya dengan bijaksana menanjak, dan memperoleh kuasa atas orang yang bodoh itu, dan orang-orang lain yang seperti dia.

Masuk akal, dan sangat pantas, jika orang bodoh harus menjadi budak orang bijak. Dan berdasarkan alasan tersebut, dan juga alasan-alasan lain, kita wajib menyerahkan keinginan-keinginan kita kepada kehendak Allah, dan menundukkan diri kepada-Nya, karena kita adalah orang-orang bodoh sedangkan Dia memiliki kebijaksanaan yang tidak terbatas.
----------
KEBODOHAN DAN KESEDIHAN ORANG BERDOSA.

Amsal 11:30.“Hasil orang benar adalah pohon kehidupan, dan siapa bijak, mengambil hati orang.”

Ayat 30 ini menunjukkan bahwa berkat-berkat orang baik, terutama orang-orang yang sangat bijaksana, sangat baik bagi tempat-tempat di mana mereka tinggal, dan oleh karena itu sangat dihargai.

1. Orang benar itu bagaikan pohon kehidupan. Hasil kesalehan dan kebaikan mereka kepada sesama, pengajaran-pengajaran mereka, teguran-teguran mereka, teladan-teladan mereka, dan doa-doa mereka, kepentingan mereka di sorga, dan pengaruh mereka di bumi, adalah seperti buah-buah pohon kehidupan, berharga dan berguna. Buah-buah kehidupan itu ikut menopang dan memelihara kehidupan rohani banyak orang. Mereka adalah perhiasan firdaus, gereja Allah di bumi, yang berpihak kepada kepentingan-Nya.

2. Orang bijak adalah orang yang lebih. Mereka bagaikan pohon pengetahuan, tidak terlarang tetapi menguasai pengetahuan. Siapa bijak, dengan menyampaikan kebijaksanaannya, mengambil hati orang (KJV: memenangkan jiwa-jiwa – pen.), memenangkan hati mereka sehingga membuat mereka mengasihi Allah dan kekudusan, dan dengan demikian berhasil mengajak mereka ikut dalam kepentingan-kepentingan kerajaan Allah di antara manusia.

Dikatakan bahwa orang bijak menuntun banyak orang kepada kebenaran (Daniel 12:3), dan itu sama dengan memenangkan jiwa-jiwa di sini. Orang-orang yang menjadi percaya karena Abraham disebut sebagai orang-orang yang diperoleh mereka (Kejadian 12:5; KJV: jiwa-jiwa yangmereka dapatkan –pen). Barangsiapa mau memenangkan jiwa-jiwa perlu memiliki kebijaksanaan untuk mengetahui bagaimana cara berurusan dengan mereka, dan barangsiapa berhasil memenangkan jiwa-jiwa menunjukkan bahwa mereka bijak.
----------
KEBODOHAN DAN KESEDIHAN ORANG BERDOSA.

Amsal 11:31.“Kalau orang benar menerima balasan di atas bumi, lebih-lebih orang fasik dan orang berdosa!”

Ini, saya pikir, adalah satu-satunya amsal Salomo yang diawali dengan nada menuntut perhatian, Camkanlah! (KJV), yang menyiratkan bahwa amsal ini bukan hanya mengandung kebenaran yang nyata, yang dapat dilihat, tetapi juga kebenaran yang unggul, yang dengan begitu harus dipertimbangkan.

1. Beberapa orang memahami kedua bagian ayat itu berbicara tentang balasan karena tidak mendapat perkenanan: Orang benar, jika mereka melakukan kesalahan, akan dihukum atas kesalahan mereka di dunia ini. Terlebih lagi orang fasik akan dihukum atas kesalahan mereka yang dilakukan bukan karena kelemahan melainkan karena kesombongan. Jika penghakiman dimulai di rumah Allah, apa jadinya dengan orang-orang fasik? (1 Petrus 4:17-18; Lukas 23:31).

2. Saya lebih suka memahaminya sebagai balasan berupa penghargaan bagi orang benar dan hukuman bagi orang berdosa. Marilah kita memperhatikan imbalan yang ditetapkan Allah Pemelihara. Ada beberapa balasan di atas bumi, di dunia ini, dan dalam hal-hal yang ada di dunia ini, yang membuktikan bahwa sesungguhnya ada Allah yang memberi keadilan di bumi (Mazmur 58:12), tetapi itu tidak terjadi pada semua orang. Banyak dosa yang tidak dihukum di bumi, dan ibadah yang tidak mendapat upah, yang menandakan bahwa ada penghakiman yang akan datang, dan akan ada balasan yang lebih sesuai dan sepenuhnya di masa yang akan datang.

Sering kali orang benar menerima balasan atas kebenaran mereka di sini di atas bumi, walaupun itu bukan balasan yang utama, apalagi upah satu-satunya yang dimaksudkan untuk mereka atau diharapkan oleh mereka itu. Tetapi apa pun yang dijanjikan firman Allah kepada mereka, atau apa pun yang dianggap baik bagi mereka menurut kebijaksanaan Allah, akan mereka dapatkan di atas bumi. Demikian pula orang fasik dan orang berdosa, bangsa-bangsa, keluarga-keluarga, orang-orang tertentu, terkadang benar-benar dihukum dalam hidup ini.

Dan jika orang benar, yang tidak pantas menerima upah terkecil sekalipun, mendapatkan bagian dari balasan mereka di sini di atas bumi, maka terlebih lagi orang fasik, yang pantas menerima hukuman terberat, pasti mendapatkan bagian hukuman mereka di atas bumi, sebagai jaminan atas hukuman yang lebih berat yang akan datang. Oleh karena itu, biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa. Jika orang yang pantas memperoleh dua sorga tidak mendapatkan apa-apa, maka terlebih lagi orang yang pantas memperoleh dua neraka akan mendapatkan keduanya.
Next Post Previous Post