Amsal 13:14-25 - Wejangan Moral
Matthew Henry (1662 – 1714)
BAHASAN : Amsal 13:14-25 - Wejangan Moral
WEJANGAN MORAL.
Amsal 13:14. “Ajaran orang bijak adalah sumber kehidupan, sehingga orang terhindar dari jerat-jerat maut.”
Ajaran orang bijak (KJV: hukum orang bijak – pen.) dan orang benar di sini dapat kita pahami sebagai asas-asas dan aturan-aturan yang dengannya mereka mengatur diri mereka sendiri, atau (yang artinya sama saja) didikan-didikan yang mereka berikan kepada orang lain, yang harus berlaku sebagai hukum untuk semua orang di sekeliling mereka. Dan jika memang demikian adanya, maka
1. Didikan-didikan itu senantiasa akan menjadi sumber penghiburan dan kepuasan, sebagai sumber kehidupan, yang mengalirkan aliran-aliran air hidup. Semakin ketat kita menjalankan aturan-aturan itu, semakin berhasil kita menjaga damai bagi diri kita sendiri.
2. Didikan-didikan itu akan senantiasa melindungi kita dari godaan-godaan Iblis. Orang-orang yang mengikuti tuntutan-tuntutan dari hukum ini akan menjauhkan diri dari jerat-jerat dosa, dan dengan demikian dari jerat-jerat maut, yang siap menjerumuskan orang-orang yang meninggalkan hukum orang bijak.
----------
WEJANGAN MORAL.
Amsal 13:15. “Akal budi yang baik mendatangkan karunia, tetapi jalan pengkhianat-pengkhianat mencelakakan mereka.”
Jika kita tidak hanya melihat hasil akhirnya, tetapi juga jalannya, maka kita akan mendapati bahwa agama itu mempunyai keuntungan, sebab :
1. Jalan orang-orang kudus itu enak dan menyenangkan: akal budi yang baik mendatangkan perkenanan Allah dan manusia. Juru selamat kita bertumbuh di dalam perkenanan itu ketika Ia makin bertambah besar dan bertambah hikmat.
Orang-orang yang berperilaku bijaksana, dan mengatur perkataan mereka dengan benar dalam segala hal, yang melayani Kristus dalam kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus, berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia (Roma 14:17-18). Dan betapa nyamannya orang menjalani kehidupan di dunia ini, jika ia dimengerti dengan baik, dan karena itu diterima dengan baik!.
2. Jalan orang-orang berdosa itu kasar dan tidak mudah, dan untuk alasan ini, tidak menyenangkan bagi diri mereka sendiri, karena tidak dapat diterima oleh orang lain. Jalan itu sulit, sulit bagi orang lain, yang mengeluhkannya, sulit bagi orang berdosa itu sendiri, yang hanya bisa sedikit saja menikmati dirinya sementara ia melakukan apa yang merugikan semua umat manusia.
Melayani dosa berarti memperbudak diri dalam arti yang sebenar-benarnya, dan jalan menuju neraka bertaburan dengan onak duri, yang merupakan akibat dari kutukan. Orang-orang berdosa justru bekerja di tengah-tengah api.
----------
WEJANGAN MORAL.
Amsal 13:16. “Orang cerdik bertindak dengan pengetahuan, tetapi orang bebal membeberkan kebodohan.”
Perhatikanlah:
1. Berhikmatlah orang yang berhati-hati. Setiap orang yang cerdik dan bijaksana melakukan segala sesuatunya dengan pengetahuan (dengan menimbang-nimbang sendiri dan bertanya-tanya kepada orang lain), bertindak dengan pertimbangan dan kehati-hatian, menjaga diri untuk tidak turut campur dengan apa yang tidak begitu diketahuinya, tidak berurusan dengan orang yang tidak dikenalnya sendiri, dan tidak mau berhadapan dengan orang-orang yang tidak begitu diketahuinya apakah mereka bisa dipercaya atau tidak. Ia tetap bertindak dengan pengetahuan, agar bisa menambah persediaan yang sudah dimilikinya.
2. Bodohlah orang yang bertindak dengan gegabah, sebagaimana yang diperbuat oleh orang bebal, yang bersemangat membicarakan perkara-perkara yang sama sekali tidak diketahuinya, dan berani melakukan apa yang sama sekali tidak pantas dilakukannya, dan dengan demikian membeberkan kebodohannya dan membuat dirinya sendiri tampak konyol. Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya.
----------
WEJANGAN MORAL.
Amsal 13:17. “Utusan orang fasik menjerumuskan orang ke dalam celaka, tetapi duta yang setia mendatangkan kesembuhan.”
Di sini kita mendapati:
1. Akibat-akibat buruk dari mengkhianati sebuah kepercayaan. Utusan orang fasik, yang apabila dikirim untuk merundingkan urusan apa saja, berbuat khianat terhadap orang yang mempekerjakannya, membocor-kan nasihat-nasihatnya, dan dengan demikian mengacaukan rancangan-rancangannya. Janganlah berharap berurusan dengannya akan berhasil, tetapi pasti ia akan menjerumuskan kita ke dalam satu atau lain celaka. Perbuatannya akan terungkap dan dia akan mendapat hukuman, karena tidak ada hal lain yang lebih dibenci Allah dan manusia selain pengkhianatan dari orang-orang yang sudah diberi kepercayaan.
2. Akibat-akibat yang membahagiakan dari kesetiaan: Seorang duta yang dengan setia menjalankan kepercayaan yang diberikan kepadanya, dan melayani kepentingan-kepentingan orang yang mempekerjakan dia, mendatangkan kesembuhan. Ia mendatangkan kesembuhan bagi orang-orang yang oleh dan untuk mereka ia dipekerjakan.
Ia menyembuhkan perbedaan-perbedaan di antara mereka, dan memelihara akal budi yang baik. Ia mendatangkan kesembuhan bagi dirinya sendiri, sebab ia melindungi kepentingan-kepentingannya sendiri. Hal ini berlaku juga bagi hamba-hamba Tuhan, utusan-utusan dan duta-duta Kristus.
Orang-orang yang berlaku fasik dan palsu terhadap Kristus dan jiwa-jiwa manusia mendatangkan celaka dan menjerumuskan orang ke dalam celaka, tetapi orang-orang yang setia akan menemukan bahwa perkataan-perkataan baik mereka akan mendatangkan kesembuhan bagi orang lain dan bagi diri mereka sendiri.
----------
WEJANGAN-WEJANGAN MORAL.
Amsal 13:18. “Kemiskinan dan cemooh menimpa orang yang mengabaikan didikan, tetapi siapa mengindahkan teguran, ia dihormati.”
Perhatikanlah:
1. Orang yang begitu sombong sehingga tidak sudi untuk dididik pasti akan direndahkan. Orang yang mengabaikan didikan baik yang ditawarkan kepadanya, seolah-olah itu merupakan penghinaan bagi kehormatannya dan kekangan bagi kebebasannya, maka kemiskinan dan cemooh akan menimpa dia: ia akan menjadi pengemis, dan hidup serta mati dalam kehinaan. Orang-orang akan merendahkannya sebagai orang bodoh, keras kepala, dan tidak mau diatur.
2. Orang yang begitu rendah hati sehingga mau menerima dengan baik kesalahan-kesalahan yang diberitahukan kepadanya pasti akan ditinggikan: siapa mengindahkan teguran, tak peduli siapa pun yang memberikan teguran itu kepadanya, dan mau memperbaiki apa yang salah apabila kesalahan itu ditunjukkan kepadanya, ia dihormati sebagai orang bijak dan tulus. Ia menghindari apa yang akan membawa cela baginya, dan sedang berjalan mulus menjadi orang yang berarti.
----------
WEJANGAN MORAL.
Amsal 13:19. “Keinginan yang terlaksana menyenangkan hati, menghindari kejahatan adalah kekejian bagi orang bebal.”
Ini menunjukkan kebodohan orang-orang yang menolak didikan, sebab mereka bisa berbahagia tetapi tidak mau.
1. Mereka bisa berbahagia. Dalam diri manusia terdapat keinginan-keinginan kuat akan kebahagiaan. Allah telah menyediakan sarana untuk melaksanakan keinginan-keinginan itu, dan itu akan menyenangkan hati, sementara kenikmatan indriawi hanya memuaskan hawa nafsu. Keinginan orang-orang baik akan perkenanan Allah dan berkat-berkat rohani mendatangkan apa yang menyenangkan hati mereka. Kita tahu orang-orang yang bisa berkata demikian berdasarkan pengalaman mereka sendiri (Mazmur 4:7-8).
2. Namun, mereka tidak akan berbahagia. Sebab bagi mereka menghindari kejahatan adalah kekejian, karena kejahatan itu penting bagi kebahagiaan mereka. Janganlah orang pernah berharap apa pun yang benar-benar bisa menyenangkan hati mereka jika mereka tidak mau diajak meninggalkan dosa-dosa mereka dan malah mengulumnya seperti gula-gula.
----------
WEJANGAN MORAL.
Amsal 13:20. “Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang.”
Perhatikanlah:
1). Orang-orang yang mau menjadi baik harus bergaul dengan kawan-kawan yang baik, yang merupakan bukti bagi mereka bahwa mereka akan menjadi baik (watak orang dikenal melalui teman-teman yang dipilihnya), dan akan menjadi sarana untuk menjadikan mereka baik, untuk menunjukkan jalan kepada mereka, dan untuk menyemangati serta mendorong mereka di dalamnya.
Orang yang ingin menjadi bijak dengan sendirinya harus berjalan dengan orang-orang yang bijak, harus memilih orang-orang seperti itu sebagai sahabat karib mereka, dan bergaul dengan mereka. Ia harus meminta dan menerima didikan dari mereka, dan menjaga percakapan yang saleh dan bermanfaat dengan mereka.
Tuturan orang tua-tua jangan kauabaikan, sebab mereka pun berguru pula kepada nenek moyangnya. Dan, hendaklah suka mendengarkan tiap-tiap ajaran yang dari Allah asalnya, dan jangan terluput dari padamu satu pun amsal yang arif.
2. Banyak orang yang dibawa pada kehancuran oleh karena pergaulan yang buruk: persahabatan orang-orang bodoh akan rusak (begitu menurut sebagian orang), akan diketahui (begitu menurut terjemahan Septuaginta), dikenal sebagai kebodohan. ‘Noscitur ex socio’ ¬– ia dikenal melalui pergaulannya.
Ia akan menjadi seperti mereka (begitu menurut sebagian orang), akan menjadi fasik (menurut sebagian yang lain). Semua itu sama saja artinya, karena semua orang, dan hanya orang-orang itu saja, yang membuat diri mereka sendiri fasik, akan menjadi malang. Orang-orang yang berkawan dengan para pembuat kejahatan akan bermoral bejat, dan dengan demikian binasa, lalu pada akhirnya mati karenanya.
----------
WEJANGAN MORAL.
Amsal 13:21. “Orang berdosa dikejar oleh malapetaka, tetapi Ia membalas orang benar dengan kebahagiaan.”
Lihatlah di sini:
1. Betapa tak terelakkannya kehancuran orang-orang berdosa itu. Murka Allah mengejar mereka, beserta segala kengerian yang mengikuti murka itu: kejahatan mengejar mereka dekat-dekat ke mana pun mereka pergi, seperti halnya orang yang ingin membalas dendam terus mengejar-ngejar si pembunuh, dan mereka tidak mempunyai tempat berlindung untuk melarikan diri.
Mereka berusaha kabur, tetapi itu sia-sia. Siapa yang dikejar-kejar Allah pasti akan disusul-Nya. Mereka mungkin bisa beruntung untuk sementara waktu, dan hidup dengan sangat aman, tetapi penghukuman terhadap mereka tidak pernah tidur, meskipun mereka tidur.
2. Betapa tak terkalahkannya kebahagiaan orang-orang kudus itu. Allah yang tidak dapat berdusta sudah menetapkan bahwa orang benar akan dibalas dengan kebahagiaan. Mereka akan mendapat balasan yang berlimpah atas segala kebaikan yang telah mereka perbuat, dan atas segala kesakitan yang telah mereka derita, di dunia ini.
Dengan demikian, meskipun sudah banyak orang yang mengalami kerugian karena perbuatan mereka yang benar, mereka tidak akan kalah karenanya. Meskipun balasan itu tidak datang dengan cepat, namun pasti akan datang pada hari pembalasan, di dunia pembalasan. Dan itu akan menjadi pembalasan yang berlimpah-limpah.
----------
WEJANGAN MORAL.
Amsal 13:22.“Orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya, tetapi kekayaan orang berdosa disimpan bagi orang benar.”
Lihatlah di sini:
1. Betapa harta orang baik akan tetap ada: ia meninggalkan warisan bagi anak cucunya. Bagian dari pujian untuknya adalah bahwa ia memikirkan keturunannya, bahwa ia tidak menghabiskan semuanya untuk dirinya sendiri, tetapi peduli terhadap kebaikan anak cucunya yang akan hidup kelak setelah dia, bukan dengan mengirit-irit secara berlebihan, melainkan dengan berhemat secara bijak dan pantas. Ia mendidik anak-anaknya untuk berbuat demikian, agar mereka pun bisa meninggalkannya kepada anak-anak mereka nanti.
Yang terutama lagi, ia memberikan perhatian, baik karena keadilan maupun kemurahan hati, untuk mendapatkan berkat Allah atas apa yang dimilikinya, dan untuk mewariskan berkat itu kepada anak-anaknya, karena tanpa berkat Allah itu, ketekunan dan penghematan sebaik apa pun akan sia-sia belaka: Orang baik, dengan menjadi baik dan berbuat baik, dengan menghormati Tuhan dengan hartanya dan menggunakannya untuk melayani-Nya, menyimpannya bagi anak cucunya kelak.
Atau, kalaupun ia tidak meninggalkan kepada anak-anaknya banyak harta dunia ini, doa-doanya, didikan-didikannya, teladannya yang baik, akan menjadi warisan terbaik, dan janji-janji yang termuat di dalam perjanjian (kovenan) akan menjadi warisan bagi anak cucunya (Mazmur 103:17).
2. Bagaimana harta itu bertambah dengan masuknya kekayaan orang berdosa ke dalamnya, sebab kekayaan itu disimpan bagi orang benar. Jika ada yang bertanya, bagaimana orang baik sampai menjadi amat kaya, sedangkan mereka tidak begitu menginginkan harta duniawi seperti orang lain, dan biasanya menderita karena perbuatan baik mereka?
Di sini dijawab, bahwa Allah, dalam pemeliharaan-Nya, sering kali membawa ke dalam tangan mereka apa yang sudah dikumpulkan orang jahat bagi diri mereka sendiri. Orang yang tidak bersalah akan membagi-bagi uang (Ayub 27:16-17). Orang-orang Israel akan meram-pasi orang-orang Mesir (Keluaran 12:36) dan menikmati kekayaan bangsa-bangsa (Yesaya 61:6).
----------
WEJANGAN MORAL.
Amsal 13:23.“Huma orang miskin menghasilkan banyak makanan, tetapi ada yang lenyap karena tidak ada keadilan.”
Lihatlah di sini:
1). Betapa harta yang sedikit bisa bertambah karena ketekunan, sehingga orang, dengan memanfaatkan segala sesuatunya sebaik-baiknya, dapat hidup nyaman dengannya: huma orang miskin menghasilkan banyak makanan, olahan tanah petani-petani yang miskin, yang hanya punya sedikit harta, tetapi mau bersusah payah dengan yang sedikit itu, dan mau mengolahnya dengan baik.
Banyak orang ingin terus bermalas-malasan dengan berdalih bahwa mereka hanya mempunyai sedikit untuk dikerjakan, sangat sedikit yang bisa dimanfaatkan. Tetapi semakin kecil ladang, semakin besar manfaatnya, dan jika saja keahlian dan tenaga si pemilik ladang dikerahkan untuk mengolahnya, maka itu pasti akan menjadi sangat bernilai. Biarlah ia menggali, maka tidak perlu ia mengemis.
2. Betapa harta yang banyak bisa hancur karena kesembronoan: ada yang memiliki banyak harta, tetapi itu lenyap dan musnah karena tidak ada keadilan (KJV: karena ketiadaan pertimbangan – pen.), maksudnya, karena kurang kebijaksanaan dalam mengelolanya.
Orang membangun atau berbelanja melebihi kemampuan mereka, menjamu terlalu banyak teman, atau makan yang mahal-mahal, atau mempekerjakan pelayan-pelayan yang banyak, lebih banyak daripada yang sanggup mereka bayar. Juga, mereka membiarkan apa yang mereka punyai membusuk, dan tidak memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Dengan meminjam uang bagi diri sendiri, atau menjadi tanggungan bagi orang lain, harta mereka semakin menipis, keluarga mereka berkekurangan, dan semua itu karena ketiadaan pertimbangan.
----------
WEJANGAN MORAL.
Amsal 13:24.“Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.”
Perhatikanlah:
1. Demi mendidik anak-anak dalam hal kebaikan, penting untuk mengoreksi apa yang salah pada mereka. Setiap anak yang kita miliki adalah anak Adam, dan karena itu di dalam hatinya melekat kebodohan yang harus sedikit banyak ditegur dengan tongkat dan teguran yang memberikan hikmat. Amatilah, tongkat nya-lah yang harus digunakan (Kjv), tongkat si orang tua, yang diarahkan oleh hikmat dan kasih, dan dirancang demi kebaikan, bukan tongkat untuk seorang hamba.
2. Sungguh baik bila sejak dini kita menahan anak-anak dari kejahatan, sebelum kebiasaan-kebiasaan buruk terbentuk. Ranting mudah dibengkokkan apabila masih lembut.
3. Orang yang tidak mendidik anak-anak mereka dengan disiplin yang ketat, dan dengan segala cara yang pantas, dan cara-cara yang keras bila yang lembut tidak berhasil, mereka itu sebenarnya membenci anak-anak mereka, meskipun sangkanya mereka sayang. Mereka membenci anak-anak mereka, jika tidak membuat mereka menyadari kesalahan-kesalahan mereka dan takut untuk melakukan pelanggaran.
Mereka menelantarkan anak-anak mereka ke dalam tangan musuh yang paling jahat, ke dalam penyakit yang paling berbahaya. Oleh sebab itu, mereka membenci anak-anak mereka. Biarlah hal ini membuat anak-anak bisa menerima koreksi yang diberikan orang tua mereka yang baik terhadap mereka. Koreksi ini timbul dari kasih, dan untuk kebaikan mereka (Ibrani 12:7-9).
----------
WEJANGAN MORAL.
Amsal 13:25.“Orang benar makan sekenyang-kenyangnya, tetapi perut orang fasik menderita kekurangan.”
Perhatikanlah:
1. Adalah kebahagiaan orang benar bahwa mereka akan berkecukupan, dan bahwa mereka tahu bilamana mereka sudah berkecukupan. Mereka tidak memiliki keinginan secara berlebihan, tetapi dengan keinginan yang biasa-biasa saja, mereka sudah puas. Alam sudah puas dengan sedikit hal saja, dan anugerah sudah puas dengan lebih sedikit hal lagi. Cukup itu sama baiknya seperti berpesta. Orang-orang yang makan roti kehidupan, yang berpesta dengan janji-janji Allah, mendapatkan banyak kepuasan jiwa di dalamnya. Mereka makan, dan menjadi kenyang.
2. Adalah kesengsaraan orang fasik bahwa, karena tak terpuaskannya keinginan-keinginan mereka sendiri, mereka selalu berkekurangan. Bukan saja jiwa mereka tidak akan dipuaskan dengan dunia dan kedagingan, tetapi juga bahkan perut mereka akan menderita kekurangan. Nafsu kedagingan mereka selalu menuntut untuk dipuas-kan. Di neraka mereka malah tidak akan diberi air setetes pun.