Amsal 16:31-33 - Kedaulatan Pemeliharaan Ilahi

Matthew Henry (1662 – 1714).

BAHASAN : Amsal 16:31-33 - Kedaulatan Pemeliharaan Ilahi

Amsal 16:31. “Rambut putih adalah mahkota yang indah, yang didapat pada jalan kebenaran.”
Amsal 16:31-33 - Kedaulatan Pemeliharaan Ilahi
Perhatikanlah:
1). Sudah harus menjadi kepedulian besar bagi orang yang lanjut usia untuk didapat pada jalan kebenaran, jalan agama dan kesalehan yang sungguh-sungguh. Baik Allah maupun manusia akan mencari mereka di jalan itu. Orang akan berharap bahwa mereka yang sudah lanjut usia akan menjadi baik, bahwa kehidupan mereka selama bertahun-tahun pasti sudah mengajar mereka hikmat yang terbaik.
Oleh sebab itu, hendaklah mereka ditemukan ada di jalan itu. Kematian akan datang. Sang Hakim akan segera datang. Tuhan sudah dekat. Supaya mereka bisa kedapatan dalam perdamaian dengan Dia, maka hendaklah mereka didapat pada jalan kebenaran (2 Petrus 3:4), didapati melakukan tugasnya (Matius 24:46). Hendaklah orang yang lanjut usia menjadi murid-murid yang sudah matang. Hendaklah mereka bertekun sampai pada akhirnya pada jalan kebenaran, yang sudah mulai mereka tempuh sejak dari dulu, agar mereka tetap didapat pada jalan itu.
2. Jika orang yang lanjut usia didapat pada jalan kebenaran, usia mereka akan menjadi kehormatan bagi mereka. Usia lanjut, yang seperti itu, adalah terhormat, dan membuat orang menaruh hormat (engkau harus bangun berdiri di hadapan orang ubanan, Imamat 19:32).

Tetapi, apabila usia lanjut didapat pada jalan kefasikan, maka kehormatannya terhapus, mahkotanya tercemar dan ter campakkan di dalam debu tanah (Yesaya 65:20). Oleh karena itu, orang yang lanjut usia, jika mau menjaga kehormatan mereka, harus tetap berpegang teguh pada kelurusan hati mereka, maka rambut uban mereka akan benar-benar menjadi mahkota bagi mereka. Mereka patut dihormati dua kali lipat. Anugerah adalah kemuliaan di usia tua.
----------
KEDAULATAN PEMELIHARAAN ILAHI.

Amsal 16:32. “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.”
Ayat ini menyarankan kepada kita keindahan sifat lemah lembut, yang patut dimiliki oleh kita semua, terutama oleh mereka yang sudah berambut putih (Amsal 16:31).
Amatilah :
1. Ciri dari sifat lemah lembut. Sifat ini sabar, tidak mudah marah, tidak juga lekas terpancing apabila dipanas-panasi, mengambil waktu untuk menimbang-nimbang sebelum membiarkan amarah meledak, agar tidak melanggar batas-batas yang wajar. Sifat ini juga berarti, lambat untuk menjadi marah sehingga orang mudah dihentikan dan ditenangkan.

Sifat ini mengajak kita untuk menguasai jiwa kita sendiri, segala hasrat dan perasaan kita, dan semua kecenderungan hati kita, tetapi terutama segala hawa nafsu kita, amarah kita, dengan senantiasa mengatur dan mengendalikannya, dan menundukkannya secara ketat kepada peraturan agama dan akal sehat. Kita harus panjang sabar, sama seperti Allah (Nahum 1:3).
2. Kehormatan dari sifat lemah lembut. Orang yang sudah berhasil dan terus mengendalikan hawa nafsunya melebihi seorang pahlawan, melebihi orang yang merebut kota setelah mengepungnya selama bertahun-tahun. Ia juga melebihi orang yang menaklukkan sebuah bangsa melalui perang yang berlangsung lama. Lihatlah, yang ada di sini sesungguhnya lebih daripada Alexander Agung atau Julius Caesar.
Untuk menaklukkan diri sendiri dan hawa nafsu kita yang susah diatur, dibutuhkan hikmat sejati yang lebih besar, dan pengaturan diri yang lebih mantap, tetap, dan teratur daripada yang dibutuhkan untuk meraih kemenangan atas pasukan-pasukan musuh. Penaklukan dengan akal budi itu lebih mulia bagi makhluk yang berakal budi daripada penaklukan dengan cara biadab.
Penaklukan dengan akal budi merupakan kemenangan yang tidak membahayakan siapa pun. Tidak ada nyawa ataupun harta benda yang harus dikorbankan untuk itu, kecuali hanya hawa-hawa nafsu yang rendah. Lebih sulit, dan karena itu lebih mulia, untuk memadamkan pemberontakan di rumah daripada menghadapi serangan dari luar. Bahkan, sedemikian besarnya keuntungan-keuntungan dari kelemahlembutan, sehingga dengannya kita lebih dari pada orang-orang yang menang .
----------
KEDAULATAN PEMELIHARAAN ILAHI.

Amsal 16:33. “Undi dibuang di pangkuan, tetapi setiap keputusannya berasal dari pada TUHAN.”
Perhatikanlah:
1. Pemeliharaan ilahi mengatur dan mengarahkan perkara-perkara yang kita anggap sepele dan kebetulan saja. Tidak ada satu hal pun yang terjadi secara kebetulan, dan tidak pula peristiwa ditentukan secara buta oleh nasib, tetapi segala sesuatu terjadi karena kehendak dan kebijaksanaan Allah. Apa yang luput dari pandangan mata atau jamahan tangan manusia, itulah yang teramat dipedulikan Allah.
2. Ketika kita berseru dengan sungguh-sungguh kepada Pemeliharaan ilahi dengan cara membuang undi, untuk memutuskan suatu perkara yang pada saat tertentu tidak bisa kita putuskan sama sekali, atau tidak bisa kita putuskan dengan baik, kita harus mengarahkan pandangan kepada Allah di dalamnya, dengan doa. Ini kita lakukan agar kita bisa mendapat keputusan yang benar (buanglah undi secara sempurna, KJV, 1 Samuel 14:41; Kisah Para Rasul 1:24).
Kemudian, kita dapat menerimanya apabila sudah diputuskan, dengan merasa puas bahwa tangan Allah ada di dalamnya, dan tangan itu diarahkan oleh hikmat tak terbatas. Semua pengaturan Pemeliharaan ilahi yang menyangkut perkara-perkara kita haruslah kita pandang sebagai undi yang sudah ditetapkan bagi kita, sebagai ketentuan dari apa yang sudah kita serahkan kepada Allah, dan yang harus kita terima sebagaimana mestinya.
Next Post Previous Post