Amsal 19:18-29 - Macam-macam Petuah

Matthew Henry (1662 – 1714).

BAHASAN : Amsal 19:18-29 - Macam-macam Petuah
Amsal 19:18-29 - Macam-macam Petuah
Amsal 19:18 “Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya.”
Di sini orangtua diperingatkan agar jangan bodoh dengan memanjakan anak-anak mereka yang cenderung susah diatur dan jahat, dan yang watak pikirannya sudah begitu buruk sehingga mereka tidak akan bisa disembuhkan kecuali dengan tindakan tegas.
1. Jangan katakan bahwa menghukum mereka bisa dilakukan nanti pada saat yang tepat. Tidak, segera setelah terlihat tabiat rusak pada diri mereka, langsung ditegur, sebelum keterusan dan berakar, sehingga mengeras menjadi kebiasaan: hajarlah anakmu selama ada harapan, sebab mungkin saja, jika ia dibiarkan selama beberapa waktu, tidak akan ada lagi harapan baginya, dan hajaran yang jauh lebih keras tidak akan menghasilkan apa yang sekarang bisa dilakukan dengan hajaran yang lebih lembut.

Mencabut ilalang paling mudah dilakukan segera setelah ia tumbuh. Banteng yang dimaksudkan untuk memikul kuk harus dibiasakan sejak dari dini untuk memikulnya.
2. Jangan katakan bahwa engkau tidak tega menghukum mereka, dan bahwa, karena mereka menangis dan memohon-mohon ampun, engkau tak sampai hati untuk melakukannya. Jika tujuan memang bisa dicapai tanpa menghukum, baguslah itu.

Tetapi, jika engkau mendapati, seperti yang sering kali terjadi, bahwa dengan mengampuni mereka begitu saja, setelah mereka berpura-pura bertobat dan berjanji akan berubah, hanya membuat mereka semakin berani melanggar lagi, terutama jika itu adalah hal yang jelas-jelas berdosa (seperti berdusta, mengutuk, berbicara kasar, mencuri, atau sejenisnya), maka dalam kasus seperti itu bulatkanlah tekadmu, dan jangan tahan hajaranmu karena tangisnya (KJV). Lebih baik ia menangis karena pukulan tongkatmu daripada karena pedang hakim, atau yang lebih menakutkan lagi, karena murka Allah.
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 19:19. “Orang yang sangat cepat marah akan kena denda, karena jika engkau hendak menolongnya, engkau hanya menambah marahnya.”
Perhatikanlah :
1). Ketika kita membaca ayat ini, tampaklah, secara singkat, bahwa orang yang marah selalu tidak kekurangan celaka. Orang-orang yang cepat panas hati, atau lebih tepatnya keras kepala, biasanya mendatangkan masalah bagi diri mereka sendiri dan keluarga mereka dengan segala persengketaan dan pertengkaran yang menjengkelkan, dan kemarahan-kemarahan yang ditimbulkan darinya.
Mereka senantiasa jengkel, dalam satu atau lain kasus, karena amarah mereka yang tidak bisa dikendalikan. Dan, jika teman-teman mereka melepaskan mereka dari satu kesulitan, mereka dengan segera akan melibatkan diri dalam kesulitan lain, dan teman-teman mereka pun harus melepaskan mereka lagi. Semua hal yang menyulitkan mereka dan orang lain ini bisa dihindari jika saja mereka mematikan hawa nafsu mereka dan menguasai roh mereka sendiri.
2. Ayat itu bisa juga dibaca, orang yang lekas murka (dalam arti anak yang perlu dihukum dan yang tidak sabar mendengar teguran, yang berteriak-teriak dan membuat keributan, bahkan mengamuk melawan tongkat hukuman) pantas dihukum. Karena, jika engkau hendak meno-longnya karena teriakannya itu, engkau akan terpaksa menghukumnya dengan jauh lebih keras lagi di lain waktu. Anak yang membangkang dan tinggi hati harus ditundukkan sedini mungkin, kalau tidak, ia akan menjadi lebih buruk karenanya.
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 19:20. “Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan.”
Perhatikanlah:
1. Akan baiklah bagi orang-orang yang menjadi bijak untuk masa depan, bijak bagi masa depan mereka, bijak bagi keadaan mereka di masa mendatang, bijak bagi kehidupan di dunia lain, dan yang didapati bijak saat akhir hidup mereka tiba. Mereka dara-dara yang bijak, pembangun-pembangun yang bijak, pengurus-pengurus yang bijak, yang bijak pada akhirnya, dan mengerti apa yang perlu untuk damai sejahtera mereka, sebelum hal itu tersembunyi bagi mata mereka.

Orang yang duniawi dan hidup menuruti nafsu kedagingan pada kesudahan usianya terkenal sebagai seorang bebal (Yeremia 17:11), tetapi kesalehan akan terbukti sebagai hikmat pada akhirnya.
2. Orang-orang yang ingin menjadi bijak untuk masa depan harus mendengarkan nasihat dan menerima didikan, dari awal harus mau diajar dan diperintah, mau dinasihati dan ditegur, ketika mereka muda. Apa yang akan disimpan untuk musim dingin harus dikumpulkan di musim panas.
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 19:21. “Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan TUHAN lah yang terlaksana.”
Di sini kita mendapati :
1). Manusia berencana. Mereka menyimpan rancangan-rancangan mereka dalam diri mereka sendiri, tetapi mereka tidak dapat menyembunyikannya dari Allah. Ia mengetahui banyak rancangan di hati manusia, – rancangan-rancangan yang melawan keputusan-Nya (seperti yang terdapat dalam Mazmur 2:1-3 dan Mikha 4:11)-rancangan-rancangan yang tanpa kebijaksanaan-Nya (tanpa sama sekali memper-hatikan pemeliharaan-Nya, seperti orang-orang yang digambarkan dalam Yakobus 4:13.
Mereka mau berbuat ini dan itu, tanpa mengikutsertakan Allah bersama mereka). Mereka membuat rancangan-rancangan yang tidak sesuai dengan kebijaksanaan Allah. Manusia itu berubah-ubah dalam membuat rancangan, dan sering kali tidak masuk akal serta tidak adil, tetapi kebijaksanaan Allah itu bijak dan kudus, teguh dan tidak berubah-ubah sifatnya.
2. Allah menentukan. Beragam orang memiliki beragam rancangan, sesuai dengan ke mana kecenderungan atau minat mereka membawa mereka, tetapi keputusan TUHANlah yang terlaksana, apa pun yang terjadi dengan rancangan-rancangan manusia. Keputusan-Nya sering kali menghancurkan ukuran-ukuran manusia dan mengacaukan rancangan-rancangan mereka.
Tetapi rancangan-rancangan mereka tidak sedikit pun dapat mengubah keputusan-Nya, atau mengganggu keberlangsungannya, atau membuat-Nya merancangkan keputusan-keputusan baru (Yesaya 14:24, 46:11). Betapa hal ini menjadi teguran keras terhadap para negarawan yang sering membuat rancangan, yang menyangka dapat mengakali seluruh umat manusia, bahwa ada Allah di sorga yang menertawakan mereka (Mazmur 2:4). Betapa hal ini menjadi penghiburan besar bagi seluruh umat Allah, bahwa semua tujuan Allah, yang kita yakini benar dan baik, akan terlaksana pada waktunya!
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 19:22. “Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya; lebih baik orang miskin dari pada seorang pembohong.”
Perhatikanlah:
1. Kehormatan dalam berbuat baik adalah apa yang secara terpuji boleh menjadi ambisi kita. Tidak bisa tidak, jika di dalam dirinya terdapat secercah kebajikan, orang ingin menjadi baik. Orang demikian tidak mau menginginkan harta untuk tujuan apa pun kecuali jika dengannya ia dimampukan untuk meringankan penderitaan kaum miskin dan meno-long teman-teman kita.
2. Jauh lebih baik memiliki hati untuk berbuat baik dan tidak mempunyai kemampuan untuk melakukannya, daripada memiliki kemampuan berbuat baik tetapi tidak mempunyai hati untuk melakukannya. Keinginan orang untuk menjadi baik, mengasihi, dan bermurah hati adalah kebaikannya, dan akan dipandang demikian. Baik Allah maupun manusia akan menerima kehendak baiknya, sesuai dengan apa yang dimilikinya, dan tidak akan berharap lebih.
Orang miskin, yang berharap agar engkau baik-baik saja, tetapi tidak bisa menjanjikan apa-apa kepadamu, karena ia tidak mempunyai apa-apa untuk menunjukkan kebaikannya, lebih baik dari pada seorang pembohong, daripada orang kaya yang membuatmu percaya bahwa ia akan melakukan perkara-perkara besar, namun ketika tiba waktunya, tidak mau berbuat apa-apa.

Sifat orang-orang yang berderajat rendah, bahwa mereka adalah kehampaan, dan tidak bisa diharapkan berbuat apa-apa, adalah lebih baik daripada orang yang berderajat tinggi, karena mereka adalah dusta, mereka menipu orang-orang yang harapannya sudah mereka bangkitkan.
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 19:23. “Takut akan Allah mendatangkan hidup, maka orang bermalam dengan puas, tanpa ditimpa malapetaka.”
Lihatlah apa yang didapat oleh orang-orang yang hidupnya takut akan Allah, dan selalu menjalankan kewajiban mereka terhadap-Nya dengan kesadaran hati nurani.
1. Keamanan: mereka tidak akan ditimpa malapetaka. Mereka bisa saja tertimpa penyakit atau penderitaan lainnya, tetapi tidak akan ada kejahatan di dalamnya, tidak ada yang bisa menyakiti mereka, sebab tidak ada yang dapat memisahkan mereka dari kasih Allah, atau menyakiti jiwa mereka.
2. Kepuasan: mereka akan bermalam dengan puas. Mereka akan mendapat penghiburan-penghiburan yang memuaskan, dan akan senantiasa merasa puas dan tenang di dalam semua penghiburan itu. Kepuasan itu adalah kepuasan yang akan berdiam, sedangkan semua kepuasan indrawi hanya sementara saja dan cepat menghilang. ‘Satur pernoctabit, non cubabit incoenatus’ – Ia tidak akan tidur dengan perut kosong. Ia akan mendapat apa yang akan membuatnya tenang dan akan menghiburnya di saat-saat ia terdiam dan merenung (Mazmur 16:6-7).
3. Kebahagiaan yang sejati dan utuh. Kesalehan yang sungguh-sungguh mempunyai pengaruh langsung terhadap hidup, terhadap segala kebaikan, terhadap kehidupan kekal. Kesalehan adalah jalan yang pasti dan langsung menuju hidup. Kesalehan mempunyai sifat di dalamnya yang menjadikan manusia pantas bagi sorga, dan dengan demikian menuntun mereka kepadanya.
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 19:24. “Si pemalas mencelup tangannya ke dalam pinggan, tetapi tidak juga mengembalikannya ke mulut.”
Orang lamban di sini dibeberkan sebagai orang bodoh, sebab :
1. Apa yang dipedulikannya hanyalah menghindar dari pekerjaan dan hawa dingin. Lihatlah posisi tubuhnya: ia meletakkan tangannya di dada (KJV), berpura-pura cacat dan tidak bisa bekerja. Kedua tangannya dingin, dan ia harus menghangatkannya di dadanya. Dan, apabila tangannya sudah hangat di sana, ia harus menjaganya supaya tetap hangat. Ia meringkuk dalam kenyamanannya, dan bertekad untuk tidak mau bekerja dan menghadapi kesulitan. Biarlah bekerja orang-orang yang suka bekerja. Baginya, tidak ada hidup yang begitu indah selain duduk bermalas-malasan dan tidak berbuat apa-apa.
2. Ia tidak mau bersusah-susah mencari makan untuk dirinya sendiri, sungguh hiperbola yang menawan. Sebagaimana kita biasa mengata-kannya, orang yang begitu malas bahkan tidak mau melepaskan api yang membakarnya, demikian pula di sini, ia tidak punya hati untuk melepaskan tangannya dari dadanya, bahkan, sekalipun itu untuk memasukkan makanan ke dalam mulutnya sendiri. Jika menurut hukum orang-orang yang tidak mau bekerja tidak boleh makan, maka ia lebih memilih kelaparan daripada bergerak sedikit saja. Dengan demikian, dosanya adalah hukumannya, dan oleh sebab itu sungguh teramat bodoh dosa yang dilakukannya itu.
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 19:25. “Jikalau si pencemooh kau pukul, barulah orang yang tak berpengalaman menjadi bijak, jikalau orang yang berpengertian ditegur, ia menjadi insaf.”
Perhatikanlah :
1. Hukuman bagi para pencemooh akan menjadi sarana yang menda-tangkan kebaikan bagi orang lain. Ketika orang sudah begitu mengeras dalam kefasikan, mereka tidak mau disadarkan dengan cara-cara keras untuk memulihkan dan memperbaharui mereka. Walaupun demikian, cara-cara seperti itu tetap harus digunakan demi kepentingan orang lain, supaya mereka mendengar dan menjadi takut (Ulangan 19:20).

Meski-pun si pencemooh tidak mau disadarkan dari dosanya, karena penyakitnya sudah sedemikian berurat akar, namun orang-orang yang tak berpengalaman akan menjadi bijak untuk tidak mencoba-coba dosa yang sampai menjadikan orang begitu. Jika cara itu tidak menyembuh-kan bagian yang terinfeksi, ia dapat mencegah penyebaran infeksi itu.
2. Teguran dari orang-orang bijak akan menjadi sarana yang mendatangkan kebaikan bagi diri mereka sendiri. Mereka tidak perlu dipukul. Sebuah kata saja sudah cukup bagi orang bijak. Tegur saja orang yang berpengertian, maka ia akan memahami diri dan kepentingannya sendiri sehingga menjadi insaf karenanya. Ia tidak akan melupakannya lagi karena alasan tidak tahu dan lengah apabila ia sudah diberi tahu sekali. Begitu baiknya ia menerima teguran dan begitu bijaknya ia menyikapinya.
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 19:26. “Anak yang menganiaya ayahnya atau mengusir ibunya, memburukkan dan memalukan diri.”
Di sini terdapat,
1). Dosa seorang anak yang terhilang. Selain kesalahan yang ia perbuat terhadap dirinya sendiri, ia menyakiti orangtuanya yang baik hati. Dengan hinanya ia tidak menunjukkan rasa terima kasih kepada mereka yang telah menjadi sarana bagi keberadaannya dan telah banyak bersusah payah mengasuhnya.
Ini semakin memperberat dosanya dan menjadikannya teramat sangat berdosa di mata Allah dan manusia: ia menganiaya ayahnya, memboros-kan harta bendanya yang harus disimpannya untuk hari tua, menguras semangatnya, dan menghancurkan hatinya, dan menyebabkan dia yang ubanan itu turun ke dunia orang mati karena dukacita.

Ia mengusir ibunya, membuang rasa kasih sayang sang ibu dari dirinya, yang tentu saja mendatangkan banyak penyesalan dan kesusahan di dalam hati ibunya. Ia membuat ibunya menjadi kelelahan di rumah, dengan sikapnya yang kasar dan kurang ajar, dan ibunya akan senang bila bisa ada waktu tenang barang sebentar saja. Kemudian, setelah ia menghabiskan semua hartanya, ia mengusir keluar ibunya dari rumah.
2. Aib si anak boros. Sungguh aib bagi dirinya sendiri bahwa ia sampai berlaku begitu biadab dan tidak pantas. Ia menjadikan dirinya menjijikkan bagi seluruh umat manusia. Sungguh aib bagi orang tua dan keluarganya, yang terpercik ulahnya itu, meskipun mungkin tanpa alasan yang baik, mereka tidak mendidiknya dengan lebih baik atau tidak berbuat sesuatu dengannya.
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 19:27. “Hai anakku, jangan lagi mendengarkan didikan, kalau engkau menyimpang juga dari perkataan-perkataan yang memberi pengetahuan.”
Ini merupakan peringatan yang baik bagi orang-orang yang sudah mempunyai pendidikan baik, agar mereka berjaga-jaga untuk tidak mendengarkan orang-orang yang, dengan dalih ingin mendidik mereka, justru menjauhkan mereka dari asas-asas baik yang sudah membimbing mereka selama ini. Amatilah:
1. Ada hal yang tampaknya dirancang untuk mendidik, tetapi sebenar-nya menimbulkan kehancuran pada orang muda. Antek-antek kekejian akan berusaha mengajarkan kepada mereka pemikiran-pemikiran yang bebas dan percakapan yang mutakhir, bagaimana meringankan dosa-dosa yang selama ini memberatkan pikiran mereka, dan membungkam suara hati mereka sendiri. Mereka mengajarkan bagaimana melepaskan diri dari kekangan-kekangan pendidikan mereka, dan menjadikan mereka sebagai orang-orang yang pandai bersilat lidah dan berpenam-pilan menarik. Inilah didikan yang membuat orang menyimpang dari perkataan-perkataan yang baik, yang seharusnya dipegang teguh di dalam iman dan kasih.
2. Sungguh berhikmat orang-orang muda yang menutup telinga terhadap didikan-didikan seperti itu, seperti yang diperbuat ular tedung terhadap mantra-mantra yang diucapkan untuk menjeratnya. “Ngerilah jika mendengarkan pembicaraan seperti itu, karena hal itu cenderung menanamkan ajaran-ajaran yang longgar ke dalam pikiran. Dan, jika engkau mempunyai hubungan dengan orang-orang seperti itu, tinggalkanlah mereka. Sudah cukup engkau mendengar mereka, atau terlalu banyak, dan oleh sebab itu janganlah dengar lagi percakapan jahat yang merusakkan kebiasaan yang baik.”
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 19:28. “Saksi yang tidak berguna mencemoohkan hukum dan mulut orang fasik menelan dusta.”
Inilah gambaran dari para pendosa besar, yang hatinya penuh niat untuk berbuat jahat .
1). Mereka menantang apa yang dapat mencegah dan menghalangi mereka berbuat dosa: saksi yang tidak berguna adalah orang yang bersaksi dusta melawan sesamanya, dan bahkan bersumpah pada dirinya sendiri untuk melakukan kejahatan lain.

Dalam perbuatannya itu tidak saja terdapat ketidakadilan yang besar, tetapi juga ketidaksalehan yang besar. Orang ini sungguh merupakan salah satu dari manusia-manusia yang paling buruk. Atau saksi yang tidak berguna di sini adalah orang yang dengan cemar dan tanpa mengenal adanya Tuhan bersaksi melawan agama dan kesalehan, yang didikan-didikannya menjauhkan orang dari perkataan-perkataan yang memberi pengetahuan (Amsal 19:27).
Orang seperti itu mencemoohkan hukum, menertawakan kengerian-kengerian Tuhan, dan mengejek rasa takut akan Allah itu (Ayub 15:26). Coba beritahukan dia tentang hukum dan keadilan, bahwa Kitab Suci dan sumpah itu adalah hal yang sakral dan bukan untuk dipermainkan, bahwa akan tiba hari pembalasan, maka ia akan menertawakan semua-nya itu, dan tidak sudi mendengarkannya.
2. Mereka tamak, dan senang dengan apa yang bisa memberi mereka kesempatan untuk berdosa: mulut orang fasik dengan rakus menelan dusta, menghirupnya seperti air (Ayub 15:16).
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 19:29. “{Hukuman bagi si pencemooh tersedia dan pukulan bagi punggung orang bebal.”
Perhatikanlah:
1. Pencemooh adalah orang bodoh. Para pencemooh adalah orang-orang yang mengolok-olok segala sesuatu yang sakral dan penting. Namun tindakan mereka itu hanya membuat mereka menjadi bahan olok-olokan. Kebodohan mereka pun akan nyata bagi semua orang.
2. Orang-orang yang mencemooh hukum tidak bisa lari dari hukum (Amsal 19:28). Kefasikan manusia tidak bisa membatalkan ancaman-ancaman dari Allah. Mereka yang dengan rakus menelan dusta, menelan umpan sekaligus kailnya. Hakim masyarakat harus menyediakan hukuman bagi si pencemooh, karena jika tidak maka percuma ia menyandang pedang. Namun jika ia lalai dan membiarkan dosa, hukuman Allah tidak pernah gagal. Hukuman Allah sudah tersedia (Matius 25:41).
Next Post Previous Post