Pentingnya Karunia-karunia Pelayanan dalam Gereja (Efesus 4:11-16)

Pendahuluan:

Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, Rasul Paulus menjelaskan tentang pentingnya karunia-karunia pelayanan dalam membangun kesatuan gereja. Ayat-ayat dalam Efesus 4:11-16 memberikan landasan yang kuat bagi pemahaman akan peran penting berbagai karunia dalam memperkokoh tubuh Kristus. Mari kita telaah lebih lanjut tentang makna dan relevansi ayat-ayat ini bagi kita sebagai umat percaya
Pentingnya Karunia-karunia Pelayanan dalam Gereja (Efesus 4:11-16)
1. Allah Memberikan Rasul-rasul, Nabi-nabi, Penginjil-penginjil, Gembala-gembala dan Pengajar-pengajar kepada Gereja

Efesus 4:11, “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar.” Kata “memberikan” dalam ayat ini, dalam bahasa Yunani adalah edoken, bentuk aorist indikatif aktif dari kata dasar didomi (Larkin, 2009, p. 77), berarti Ia telah memberikan pada satu waktu di masa lampau.

Di ayat sebelumnya, Efesus 4:8, Rasul Paulus mengutip Mazmur 68:19, Itulah sebabnya kata nas: "Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia." Ini berarti pada waktu Kristus naik ke surga, dilantik menjadi Raja segala raja, Ia telah memberikan pemberian-pemberian atau karunia-karunia kepada gereja.

Termasuk dalam karunia-karunia ini adalah rasul-rasul, nabi-nabi, penginjil-penginjil, gembala-gembala dan pengajar-pengajar. Tuhan memberikan karunia-karunia pelayan ini bukan berdasarkan kehebatan atau kesanggupan manusia tetapi berdasarkan kasih karunia-Nya (Rahardjo dan Marini, 2020, p. 43).

Kata rasul, dari bahasa Yunani apostolos, berarti seseorang yang diutus (Ristiono dan Arifianto, 2021, p.58). Dalam Perjanjian Baru kata ini bisa dipakai kepada setiap murid Kristus yang diutus oleh Kristus ke dunia sebagai utusan dan saksi. Dalam hal ini berarti semua orang Kristen dapat disebut apostolos.

Kata ini juga bisa dipakai untuk utusan-utusan gereja (2 Korintus 8:23), misalnya Epafroditus yang diutus oleh jemaat Filipi untuk melayani Paulus (Filipi 2:25). Pemakaian kata ini secara khusus adalah kepada para “rasul Kristus”, kelompok yang kecil dan sangat khas, yang terdiri dari Kedua belas Murid, Paulus, Yakobus saudara Tuhan, dan mungkin ada satu atau dua orang lain lagi. Mereka adalah yang dipilih secara pribadi dan diberi otoritas oleh Yesus untuk menjadi saksi kebangkitan-Nya. Inilah arti yang dimaksud oleh Paulus dalam ayat ini (Stott, 1989, p. 92).

Kata rasul dapat dipakai dalam arti luas atau sempit. Dalam arti luas, kata itu berarti utusan atau misionaris perintis. Namun dalam arti sempit, arti yang paling umum dalam Perjanjian Baru, kata itu mengacu kepada jabatan khusus, rasul Yesus Kristus (Grudem, 1994, p. 937). Rasul dan nabi bersama-sama membentuk dasar dari umat Allah Multi etnis yang baru (Efesus 2:20), sebuah posisi yang mereka miliki karena peran mereka yang sangat penting dalam membawa Injil kepada bangsa-bangsa.

Namun demikian, dari kedua kelompok ini, rasul-rasul selalu disebutkan pertama (Efesus 3:5). Mereka menduduki tempat yang sangat penting dan mendasar ini karena hubungan mereka dengan Kristus historis (Thielman, 2010, p. 273).

Nabi adalah mereka yang dipakai Tuhan sebagai alat-Nya untuk berbicara kepada manusia. Mereka kadang-kadang mengatakan pewahyuan dari Tuhan dan kadang-kadang hanya menjelaskan pewahyuan yang telah diberikan (Mac Arthur, 1986, p. 173).

Menurut Frank Thielman bahwa nabi-nabi dalam ayat ini bukanlah nabi-nabi dalam Perjanjian Lama, melainkan orang-orang yang hidup sezaman dengan Rasul Paulus yang digerakkan oleh Roh Kudus untuk menyampaikan pesan khusus yang relevan baik kepada individu maupun kepada satu jemaat (Thielman, 2010, p. 274).

Di sini penting untuk membedakan apa yang dimaksud dengan nabi dalam ayat ini. Menurut John Stott bahwa arti utama yang mana Alkitab menggunakan istilah ini, seorang nabi adalah seorang yang ‘berdiri dalam dewan nasihat Allah’, yang mendengar dan bahkan ‘melihat’ firman-Nya, dan sebagai konsekuensinya ‘berbicara dari mulut Allah’ dan menyampaikan firman-Nya dengan setia (Stott, 1989, p. 92). Dengan kata lain nabi adalah penyambung lidah Allah. Mereka adalah orang-orang yang mengatakan “demikianlah firman Tuhan”.

Pemberita Injil adalah mereka yang terlibat dalam pemberitaan Injil, baik di kampung halaman mereka maupun ke tempat-tempat lain (Constable, 2013, p. 55). Para pemberita Injil dalam Perjanjian Baru adalah para misionaris dan para perintis gereja (seperti rasul, namun tanpa gelar dan karunia mukjizat), yang pergi ke tempat-tempat di mana Kristus belum dikenal dan menuntun orang-orang kepada iman dalam Sang Juru selamat (MacArthur, 1986, p. 174).

Meskipun mungkin istilah penginjil ini termasuk di dalamnya adalah individu-individu yang berjalan keliling memberitakan Injil dari satu tempat ke tempat lain, namun bukan hanya terbatas pada orang-orang ini. Nasihat Paulus kepada Timotius untuk melakukan pekerjaan pemberita Injil (2 Timotius 4:5) adalah dalam konteks jemaat yang sudah berdiri, yang dapat diperkirakan berarti pelayanan kepada orang percaya dan juga orang yang belum percaya (O’Brien, 1999, p. 220).

Gembala-gembala dan pengajar-pengajar di sini diikat hanya oleh satu kata sandang tertentu dalam bahasa Yunani, yang menunjukkan adanya hubungan yang erat antara kedua jenis pelayanan ini (O’Brien, 1999, p. 220). Gembala-gembala adalah mereka yang dipanggil Tuhan untuk menjaga domba-domba-Nya. Mereka melakukan itu utamanya dengan memberi makan, yaitu mengajar (Stott, 1989, p. 94).

Gembala-gembala dan pengajar-pengajar sebaiknya dipahami sebagai satu jabatan dalam gereja. 1 Timotius 5:17 menempatkan kedua fungsi tersebut secara bersamaan, “penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar.” 

Pernyataan Paulus di Efesus 4:11, bahwa Kristus memberikan gembala-gembala dan pengajar, disebut sebagai satu kelas, jelas menunjukkan bahwa keduanya tidak membentuk dua kelas pejabat yang berbeda, tetapi satu kelas yang memiliki dua fungsi yang berhubungan (Berkhof, 1941, p. 650).

2. Tujuan Karunia-karunia Pelayan dalam Gereja (Efesus 4:11-12)

Tujuan Kristus memberikan karunia pelayan adalah untuk memperlengkapi seluruh anggota jemaat untuk pelayanan yang akhirnya menghasilkan pembangunan tubuh Kristus. Dengan demikian ada dua tujuan Kristus memberikan karunia kepemimpinan dalam gereja, yang satu adalah tujuan langsung dan yang lainnya adalah tujuan akhir. Tujuan langsungnya adalah untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, dan tujuan akhirnya adalah untuk pembangunan tubuh Kristus (Stott, 1989, p. 96).

Pengertian ini akan membawa kepada implikasi bahwa setiap orang kudus, yaitu setiap anggota gereja, adalah yang bertanggung jawab untuk melakukan pekerjaan pelayanan. Kata “pelayanan” dalam ayat ini berasal dari kata bahasa Yunani diakonia, digunakan bukan untuk menggambarkan pekerjaan para gembala melainkan pekerjaan dari orang-orang yang disebut “jemaat biasa”, yaitu seluruh umat Allah tanpa terkecuali (Stott, 1989, p. 96).

Beberapa alasan untuk interpretasi seperti ini adalah sebagai berikut: 

(1) ada progres dari frasa preposisional pertama sampai ketiga dan ini sesuai dengan teks keseluruhan yang menekankan proses pertumbuhan dan kedewasaan dalam gereja; 

(2) secara semantik kelihatannya jelas bahwa καταρτισμὸν membutuhkan sebuah objek; 

(3) rujukan kepada “orang-orang kudus” (Efesus 4:12a), sedari awal, menggarisbawahi perubahan fokus dari para pelayan di Efesus 4:11 kepada orang-orang kudus di Efesus 4:12; dan jika tugas di Efesus 4:12b dan Efesus 4:12c hanya untuk para hamba Tuhan, mengapa Paulus sudah mengacu kepada orang-orang kudus di Efesus 4:12a?; 

(4) jika mengambil dengan serius Efesus 4:16, orang tidak dapat menyimpulkan bahwa pekerjaan pelayanan hanya bagi para hamba Tuhan; 

(5) jika Efesus 4:13-16 menjelaskan pembangunan gereja dalam keseluruhannya dan Efesus 4:13 adalah hasil akhir dari Efesus 4:12 maka adalah jelas bahwa memperlengkapi haruslah mengenai jemaat secara keseluruhan (Van Schaik, 2019, p. 58).

Interpretasi seperti ini lebih sesuai dengan Efesus 4:16, “Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih” (penekanan ditambahkan). Jika tujuan langsung ini (memperlengkapi orang-orang kudus untuk pekerjaan pelayanan) dilaksanakan, maka akan membawa kepada tujuan akhir, yaitu pembangunan tubuh Kristus.

3. Tujuan akhir yang ingin dicapai dalam pembangunan gereja kemudian dijabarkan dalam ayat selanjutnya, Efesus 4:13-15.

Hasil dari pembangunan tubuh Kristus adalah: 

Pertama, kesatuan. Tubuh Kristus dibangun untuk mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar akan Kristus (Efesus 4:13a). Bila hal ini tercapai maka setiap anggota gereja tidak akan diombang-ambingkan oleh angin pengajaran dan tidak akan disesatkan oleh kelicikan manusia (Efesus 4:14). 

Kedua adalah kedewasaan penuh. Tubuh Kristus dibangun agar gereja menjadi dewasa, sampai kepada kepenuhan Kristus (Efesus 4:13b). Kepenuhan Kristus adalah pengaruh-Nya yang mentransformasi seluruh dunia melalui gereja-Nya (Chapel, 2009, p. 123).

Dr. Constable menulis, mengutip Richard L. Strauss, bahwa Allah tidak sedang berusaha menghasilkan pengusaha Kristen yang sukses, orang-orang yang dapat mengesankan dunia dengan uang dan pengaruh mereka. Dia tidak sedang berusaha membentuk pemimpin gereja yang sukses yang dapat mempengaruhi orang-orang dengan ketrampilan organisasional dan administratifnya. Dia juga tidak sedang berusaha membentuk pembicara hebat yang dapat menggerakkan orang-orang dengan kata-kata yang meyakinkan.

Dia hendak memproduksi dalam pengikut-pengikut-Nya karakter dari Anak-Nya – kasih-Nya, kebaikan-Nya, belas kasihan-Nya, kekudusan-Nya, kerendahan hati-Nya, ke tidak keegoisan-Nya, sikap hamba-Nya, kerelaan-Nya untuk menderita, kemampuan-Nya untuk mengampuni, dan sebagainya yang menggambarkan kehidupan-Nya di bumi (Constable, 2013, p. 57).

Kesimpulan:

Efesus 4:11-16 mengajarkan kita tentang pentingnya keragaman karunia-karunia pelayanan dalam gereja. Setiap karunia memiliki peran yang penting dalam membangun kesatuan dan pertumbuhan rohani umat Kristus. Melalui pemahaman akan peran karunia-karunia tersebut, kita dipanggil untuk terlibat dalam pelayanan dengan setia dan penuh kasih, sehingga gereja dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh Kristus untuk membangun tubuh-Nya. Mari kita semua bersama-sama menggunakan karunia yang telah diberikan oleh Allah untuk melayani satu sama lain dan memuliakan nama-Nya.
Next Post Previous Post