Amsal 21:1-15 - Macam-macam Petuah (3)
Matthew Henry (1662 – 1714).
BAHASAN : Amsal 21:1-15 - Macam-macam Petuah (3)
Amsal 21:1. “Hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkan-Nya ke mana Ia ingini.”
BAHASAN : Amsal 21:1-15 - Macam-macam Petuah (3)
Amsal 21:1. “Hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkan-Nya ke mana Ia ingini.”
Perhatikanlah:
1. Bahkan hati manusia ada di dalam tangan Allah, dan bukan hanya langkah mereka, seperti yang sudah dikatakan sebelumnya (Amsal 20:24). Allah dapat mengubah pikiran manusia, dan sanggup, dengan penuh kuasa dan tanpa disadari bekerja di dalam roh mereka, memalingkan mereka dari apa yang tampaknya paling mereka niatkan, dan mencondongkan mereka kepada apa yang tampak paling mereka benci.
Petani, yang melalui saluran dan selokan, mengarahkan air untuk mengalir di bagian-bagian tanah yang sesuai dengan kehendaknya, tanpa mengubah sifat air itu atau memaksakan sesuatu dengannya. Seperti itu pula halnya yang dilakukan pemeliharaan Allah terhadap kebebasan asali manusia untuk berkehendak bebas. Ia tidak memaksakan sesuatu, tetapi mengarahkan jalan-jalannya untuk memenuhi tujuan-Nya sendiri.
2. Bahkan hati para raja sekalipun demikian, kendati mereka mempunyai kekuasaan dan hak-hak istimewa. Hal itu sama saja dengan hati orang-orang biasa. Hati para raja tidak bisa kita selidiki, dan terlebih lagi tidak bisa kita kendalikan. Sebabnya, mereka mempunyai arcana imperii – rahasia-rahasia kenegaraan, sehingga mereka memiliki hak-hak istimewa yang besar atas mahkota mereka.
Namun demikian, Allah yang besar tidak saja melihat hati mereka, tetapi juga menggenggamnya di dalam tangan-Nya. Raja-raja menjadi sebagaimana Ia menjadikan mereka. Orang-orang yang mempunyai kuasa paling mutlak sekalipun berada di bawah pemerintahan Allah. Ia menggerakkan hati mereka (Wahyu 17:17; Ezra 7:27).
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 21:2. “Setiap jalan orang adalah lurus menurut pandangannya sendiri, tetapi TUHANlah yang menguji hati.”
Perhatikanlah:
1. Kita semua cenderung berat sebelah dalam menilai diri kita dan tindakan-tindakan kita sendiri, dan cenderung menilai yang baik-baik tentang sifat kita sendiri, seolah-olah tidak ada yang salah di dalamnya: setiap jalan orang, bahkan jalan setapaknya, lurus menurut pandangan-nya sendiri. Hati yang congkak amat pandai memperlihatkan wajah yang manis untuk suatu kecurangan, dan membuat sesuatu yang tidak benar tampak benar, untuk membungkam suara hati nuraninya.
2. Kita yakin bahwa penghakiman Allah yang berkenaan dengan kita adalah sesuai kebenaran. Apa pun penilaian kita tentang diri kita sendiri, TUHAN menguji hati. Allah melihat hati, dan menghakimi manusia berdasarkan hati mereka, menghakimi tindakan-tindakan mereka sesuai dengan asas-asas dan niat-niat mereka. Penghakiman-Nya atas hati manusia tepat seperti, bahkan melebihi, penghakiman kita atas apa yang sudah kita timbang-timbang dengan teramat teliti. Ia menimbangnya dalam neraca yang tak mungkin keliru (Amsal 16:2).
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 21:3. “Melakukan kebenaran dan keadilan lebih di kenan TUHAN dari pada korban.”
Dalam ayat 3 ini :
1. Tersirat bahwa banyak orang menipu diri mereka sendiri dengan suatu kecongkakan, bahwa jika mereka sudah mempersembahkan korban, maka mereka tidak perlu lagi melakukan keadilan, dan mendapat keringanan untuk berbuat fasik. Hal ini membuat jalan mereka tampak lurus (ayat 2). Kami sudah berpuasa (Yesaya 58:3). Aku harus mempersembahkan korban keselamatan (Amsal 7:14).
2. Jelas-jelas dinyatakan bahwa hidup baik itu (yakni berlaku adil dan mencintai kesetiaan) lebih dikenan Allah daripada segala ibadah yang penuh semarak dan mahal-mahal. Korban-korban persembahan adalah ketetapan ilahi, dan berkenan bagi Allah jika dipersembahkan di dalam iman dan pertobatan. Jika tidak, persembahan itu ditolak (Yesaya 1:11, dst.). Sebetulnya, bisa dilihat bahwa bahkan pada masa Perjanjian Lama itu pun, kewajiban-kewajiban moral lebih diutamakan daripada korban-korban persembahan (1 Samuel 15:22).
Ini menunjukkan bahwa korban-korban persembahan itu tidak memiliki nilai-nilai unggul yang asali di dalamnya, dan kewajiban untuk melakukannya pun tidak diperintahkan untuk selama-lamanya (Mikha 6:6-8). Beragama itu sebagian besar menyangkut hal bagaimana kita menilai atau menghakimi dan bagaimana kita melakukan keadilan dengan berpegang pada dasar sebagai berikut: melakukan kewajiban terhadap Allah, memandang kecil dunia ini, dan mengasihi sesama. Ibadah agama seperti inilah yang lebih di kenan Allah daripada semua korban bakaran dan korban sembelihan (Markus 12:33).
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 21:4. “Mata yang congkak dan hati yang sombong, yang menjadi pelita orang fasik, adalah dosa.”
Ini bisa kita lihat sebagai ayat yang menunjukkan kepada kita,
1. Tanda-tanda orang fasik. Siapa yang mempunyai mata yang congkak dan hati yang sombong, yang bersikap kurang ajar dan suka men-cemooh Allah maupun manusia, dan yang selalu merusak serta bersekongkol, merancang dan merencanakan satu atau lain kejahatan, ia itu sungguh seorang yang fasik. Pelita orang fasik adalah dosa. Dosa adalah kebanggaan, hasrat, kemuliaan dan sukacita, dan pekerjaan orang fasik.
2. Kesengsaraan-kesengsaraan orang fasik. Pengharapan-pengharapan-nya yang meninggi, rancangan-rancangannya yang megah, dan persekongkolan-persekongkolan serta rencana-rencananya yang teramat rumit, adalah dosanya. Ia menjadikan dirinya bersalah di dalam semuanya itu, dan dengan demikian mendatangkan masalah bagi dirinya sendiri. Pekerjaan semua orang fasik, seperti juga kesenangan mereka, tidak lain dan tidak bukan adalah dosa.
Begitu menurut Uskup Patrick. Mereka melakukan segalanya untuk memuaskan hawa nafsu mereka, tanpa peduli sama sekali terhadap kemuliaan Allah di dalam segala tingkah laku mereka, dan oleh sebab itu yang menjadi pelita mereka adalah dosa, sehingga tidak heran jika korban persembahan mereka pun adalah dosa (Amsal 15:8).
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 21:5. “Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan.”
Inilah :
1. Jalan untuk menjadi kaya. Jika kita ingin hidup secara berkelimpahan dan nyaman di dunia, maka kita harus rajin bekerja, dan tidak kendor untuk bersusah payah dan menghadapi masalah di dalam pekerjaan kita. Sebaliknya, kita harus menjalankannya dengan sepenuh hati, memanfaatkan segala keuntungan dan kesempatan untuk bekerja, dan melakukan apa yang bisa kita lakukan dengan sekuat tenaga.
Namun, kita tidak boleh tergesa-gesa dalam melakukannya, atau merepotkan diri kita dan orang lain dengannya, tetapi harus tetap menjalankannya dengan baik dan lembut, sebab cara ini dapat merampungkan banyak pekerjaan dalam sehari. Selain rajin, kita juga harus mempunyai rencana. Rancangan orang rajin itu sama pentingnya dengan tangan orang rajin. Meramalkan itu sama baiknya dengan bekerja. Tahukah engkau akan jadi apa orang yang bijaksana dan rajin seperti itu? Hidupnya akan selalu berkecukupan.
2. Jalan untuk menjadi miskin. Siapa yang tergesa-gesa, yang gegabah dan tidak menimbang-nimbang dalam mengurusi perkara-perkara mereka, dan tidak mau mengambil waktu untuk berpikir, yang dengan tamak selalu ingin beruntung, entah dengan cara yang benar atau salah, dan tergesa-gesa ingin menjadi kaya dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak adil atau membuat rencana-rencana yang tidak bijak, ia sedang menempuh jalan mulus menuju kemiskinan. Segala pemikiran dan rancangan mereka, yang mereka harapkan dapat menaikkan derajat mereka sendiri, akan menghancurkan mereka.
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 21:6. “Memperoleh harta benda dengan lidah dusta adalah kesia-siaan yang lenyap dari orang yang mencari maut.”
Ini menunjukkan kebodohan orang-orang yang berharap dapat memperkaya diri dengan perbuatan-perbuatan yang tidak jujur, dengan menindas dan menggilas orang-orang yang berurusan dengan mereka, dengan bersaksi dusta, atau dengan membuat perjanjian-perjanjian yang curang.
Ini juga menunjukkan kebodohan mereka yang tanpa segan-segan berdusta apabila dengan berbuat demikian mereka bisa mendapat apa saja. Mereka bisa saja menumpuk harta dengan sarana-sarana ini, yaitu apa yang mereka jadikan sebagai harta mereka. Tetapi:
1. Mereka tidak akan mendapat kepuasan yang mereka harapkan. Harta mereka adalah kesia-siaan yang lenyap. Harta itu akan mengecewakan dan membuat gundah jiwa mereka. Mereka tidak akan bisa mendapat penghiburan darinya, atau mengandalkan diri dengannya, tetapi justru akan gelisah senantiasa. Harta itu akan lenyap karena hati nurani mereka sendiri, dan karena celaan-celaan orang. Hendaklah mereka bersiap-siap menghadapi kegelisahan yang tiada henti.
2. Mereka akan menjumpai kehancuran yang tidak mereka sangkakan. Ketika mereka sedang mencari kekayaan dengan perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum seperti itu, mereka sebenarnya sedang mencari maut. Mereka membuat diri mereka sendiri mudah diterpa iri hati dan niat jahat dari orang lain dengan harta yang mereka per oleh. Mereka menjadi terbuka bagi murka dan kutuk dari Allah dengan lidah dusta yang mereka gunakan untuk memperoleh harta itu. Murka dan kutuk itu akan ditimpakan-Nya ke atas mereka dan Ia akan menjerumuskan mereka ke dalam neraka.
---------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 21:7. “Orang fasik diseret oleh penganiayaan mereka, karena mereka menolak melakukan keadilan.”
Lihatlah di sini :
1. Sifat dari ketidakadilan. Mencari uang dengan berdusta (ayat 6) tidak lebih baik daripada merampok secara terang-terangan. Menipu adalah mencuri. Engkau bisa saja mencopet dompet orang dengan menipu dia lewat tawar-menawar yang tidak benar, di mana dia diperdayai dan tidak bisa berbuat lain selain percaya dengan tawaranmu itu.
Tidak ada alasan bagimu untuk berkata bahwa engkau tidak bersalah sudah merampok dia, bahwa dia bisa saja memilih untuk tidak mempercayaimu. Ingatlah bahwa kepercayaan adalah utang yang wajib kita bayar kepada orang.
2. Penyebab dari ketidakadilan. Orang menolak melakukan keadilan. Mereka tidak mau memberikan kepada masing-masing orang apa yang pantas mereka dapatkan, tetapi justru menahan-nahannya. Kegagalan untuk melakukan keadilan ini membuka jalan untuk melakukan kejahatan. Pada akhirnya kelalaian tersebut akan berujung pada perampokan juga. Orang yang menolak melakukan keadilan akan memilih berbuat jahat.
3. Dampak-dampak dari ketidakadilan. Ketidakadilan akan berbalik menimpa kepala orang berdosa itu sendiri. Perampokan yang dilakukan orang fasik akan membuat mereka ketakutan (menurut sebagian orang). Hati nurani mereka akan dipenuhi dengan kengerian dan keheranan, akan mengiris-iris mereka, akan memotong-motong mereka (menurut sebagian orang lain). Ketidakadilan akan menghancurkan mereka sekarang dan selama-lamanya. Itulah sebabnya Salomo berkata (ayat 6), “mereka mencari maut.”
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 21:8 Ini menunjukkan bahwa seperti apa orang, seperti itu pulalah jalannya.
1. Orang yang jahat, jahat pula jalannya. Jika seseorang adalah penipu, jalannya juga berliku-liku. Inilah jalan dari kebanyakan orang, karena seperti itulah kebobrokan yang melanda seluruh umat manusia. Mereka semua telah menyeleweng (Mazmur 14:3-4).
Seluruh umat manusia telah sesat jalan. Tetapi orang yang serong, orang yang menipu, yang selalu menggunakan tipu muslihat dalam segala sesuatu yang diperbuatnya, jalannya berliku-liku, bertentangan dengan semua aturan kehormatan dan kejujuran. Jalannya berliku-liku, sebab engkau tidak tahu ke mana harus mencarinya atau kapan engkau menemukannya. Jalannya berliku-liku, sebab jalan itu terpisah dari semua yang baik dan membuat manusia terasing dari Allah dan perkenanan-Nya. Seperti itulah jalan itu bila dipandangnya dari kejauhan, dan bila dipandang oleh semua orang jujur.
2. Orang-orang yang jujur terbukti jujur melalui perbuatan mereka, sebab perbuatan mereka itu lurus, adil, dan sesuai peraturan. Mereka diterima Allah serta dipuji manusia. Jalan umat manusia di dalam kemurtadan mereka berbelok-belok dan berliku-liku. Tetapi orang yang jujur, orang yang dengan anugerah Allah dipulihkan dari keadaan yang serong itu, yang masih melingkupi sebagian orang di sana sini, perbuatannya lurus, seperti Nuh di dunia yang lampau (Kejadian 7:1).
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 21:9. “Lebih baik tinggal pada sudut sotoh rumah dari pada diam serumah dengan perempuan yang suka bertengkar.”
Lihatlah di sini:
1). Betapa suatu penderitaan yang besar bagi seorang laki-laki bila mempunyai istri yang cerewet dan suka mengomel. Pada setiap kesempatan, dan sering kali ketika tidak ada kesempatan sama sekali, amarahnya meledak-ledak, dan ia mencaci-maki entah suaminya entah orang-orang di sekitarnya. Ia suka kesal-kesal sendiri dan marah-marah terhadap anak-anak dan para pembantunya, dan dengan semuanya itu, ia membuat jengkel suaminya. Jika rumah orang itu luas, lapang, dan megah, maka ini akan merusak kenyamanannya untuk tinggal di dalamnya sebagai sebuah rumah pergaulan (begitulah kata yang digunakan di sini).
Di dalam rumah itu seseorang seharusnya bisa bergaul dan menjamu teman-temannya. Namun, istri seperti itu akan membuat suami maupun rumahnya menjadi tidak ramah lagi, dan tidak pantas dipakai sebagai tempat untuk menikmati persahabatan sejati. Ini akan membuat seorang laki-laki malu dengan pilihannya dan bagaimana dia mengelola hidupnya. Ini juga akan mengganggu hubungan pertemanannya dengan orang lain.
2. Apa yang terpaksa dilakukan banyak orang di dalam penderitaan seperti itu. Ia tidak dapat menjaga kewenangannya. Ia merasa tidak ada gunanya untuk melawan amarah yang sungguh tidak masuk akal seperti itu, sebab amarah itu liar dan akan jauh bertambah ganas. Hikmat dan kebaikan hatinya tidak akan membiarkan dia membalas cercaan dengan cercaan, dan juga kasih sayangnya terhadap istri tidak akan membiarkannya menggunakan kekerasan apa pun.
Oleh sebab itu, ia merasa bahwa hal yang terbaik untuk dilakukannya adalah menarik diri ke sudut sotoh rumah, dan duduk sendirian di sana, terhindar dari celotehan istrinya. Jika ia bisa menyibukkan dirinya baik-baik di sana, seperti yang mungkin akan dilakukannya, maka itu adalah langkah terbijak yang bisa diambilnya. Lebih baik berbuat demikian daripada meninggalkan rumah dan bergaul dengan orang-orang yang buruk, daripada pergi mencari hiburan, seperti yang diperbuat banyak orang, yang seperti Adam, menjadikan dosa istri mereka sebagai dalih bagi dosa mereka sendiri.
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 21:10. “Hati orang fasik mengingini kejahatan dan ia tidak menaruh belas kasihan kepada sesamanya.”
Lihatlah di sini sifat orang yang sangat jahat :
1. Kecenderungan kuat yang dimilikinya untuk berbuat jahat. Hati¬nya sendiri mengingini kejahatan, mengingini agar kejahatan dilakukan dan agar ia mendapat kesenangan, bukan hanya untuk melihatnya, melainkan juga untuk ikut ambil bagian di dalamnya. Kefasikan berakar di dalam jiwa. Keinginan orang untuk berbuat jahat, itulah hawa nafsu yang mengandung dan melahirkan dosa.
2. Keengganannya yang kuat untuk berbuat baik: sesamanya, teman-nya, saudaranya yang terdekat, tidak mendapat belas kasihan darinya, tidak bisa mendapat kebaikan sedikit pun darinya, meskipun teramat membutuhkannya. Dan, ketika ia sedang mengejar-ngejar kejahatan yang begitu didambakan hatinya, ia tidak akan segan-segan menying-kirkan siapa saja yang menghalang-halangi jalannya. Tetangga sebelahnya tidak akan dipandang lebih baik daripada orang asing, daripada seorang musuh.
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 21:11. “Jikalau si pencemooh dihukum, orang yang tak berpengalaman menjadi bijak, dan jikalau orang bijak diberi pengajaran, ia akan beroleh pengetahuan.”
Ini sudah kita jumpai sebelumnya (Amsal 19:25), dan hal itu menunjuk-kan bahwa ada dua cara untuk membuat orang tidak berpengalaman menjadi bijak :
1. Melalui hukuman-hukuman yang ditimpakan kepada orang-orang fasik dan tidak bisa diubah. Hendaklah hukum dilaksanakan atas si pencemooh, maka bahkan orang yang tak berpengalaman akan tersadar dan diperingatkan karenanya, dan ia akan memahami, lebih daripada si pencemooh, betapa jahatnya dosa, dan akan mengambil pelajaran darinya serta berjaga-jaga.
2. Melalui didikan-didikan yang diberikan kepada orang-orang yang bijak dan mau diajar: jikalau orang bijak diberi pengajaran melalui firman yang dikhotbahkan, ia (bukan hanya orang bijak itu sendiri, melainkan juga orang tak berpengalaman yang berdiri di sekitarnya) beroleh pengetahuan. Sama sekali bukanlah kecurangan untuk menerima bagi diri kita sendiri pelajaran baik yang dimaksudkan bagi orang lain.
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 21:12. “Yang Maha adil memperhatikan rumah orang fasik, dan menjerumus-kan orang fasik ke dalam kecelakaan.”
Perhatikanlah :
1). Ketika kita membaca ayat ini, tampaklah mengapa orang-orang baik, apabila mereka sudah memahami berbagai perkara secara benar, tidak akan merasa iri hati terhadap kemakmuran yang dirasakan para pembuat kejahatan. Ketika mereka melihat rumah orang fasik, rumah itu mungkin begitu penuh dengan semua hal yang baik dari dunia ini, mereka bisa saja tergoda untuk iri hati.
Tetapi apabila mereka memperhatikannya, apabila mereka melihatnya dengan mata iman, apabila mereka melihat Allah menjerumuskan orang fasik ke dalam kecelakaan, bahwa terdapat kutuk di tempat kediaman mereka yang pasti akan menghancurkan tempat itu tidak lama lagi, maka mereka melihat lebih banyak alasan untuk memandang rendah orang-orang fasik itu, atau merasa kasihan terhadap mereka, daripada takut atau iri hati terhadap mereka.
2. Sebagian orang memberikan pengertian lain untuk ayat ini: orang bijak (hakim atau ahli hukum, yang dipercaya untuk menjalankan keadilan dan menjaga ketenteraman umum) memeriksa rumah orang fasik, menyelidiki apakah ada senjata atau barang-barang curian, mengadakan pemeriksaan yang sungguh-sungguh terhadap keluarganya dan sifat orang-orang yang ada di sekitarnya, agar ia dengan kuasanya bisa menjerumuskan orang fasik ke dalam kecelakaan dan mencegah mereka melakukan kejahatan lebih jauh. Juga, agar ia bisa menembaki sarang-sarang yang di dalamnya burung-burung pemangsa, atau burung-burung najis, berlindung.
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 21:13. “Siapa menutup telinganya bagi jeritan orang lemah, tidak akan menerima jawaban, kalau ia sendiri berseru-seru.”
Di sini kita mendapati gambaran dan hukuman orang yang tidak ber-murah hati :
1. Gambaran tentangnya: ia menutup telinganya bagi jeritan orang lemah, bagi jeritan mereka mengenai kekurangan dan kesengsaraan (ia bertekad untuk tidak memperhatikan mereka), bagi jeritan mereka yang meminta-minta dan memohon. Ia bertekad bahwa ia bahkan tidak mau mendengar mereka, akan mengusir mereka dari pintu rumahnya, dan melarang mereka mendekati dia. Atau, jika ia tidak bisa tidak mendengar mereka, maka ia tidak akan memperhatikan mereka, atau tergerak oleh segala keluh-kesah mereka, atau mengalah karena kegigihan mereka. Ia menutup pintu hatinya, dan itu sama saja dengan menutup telinganya (Kisah Para Rasul 7:57).
2. Hukuman baginya. Ia sendiri akan ditimpa kesusahan, yang akan membuatnya berseru-seru, namun ia tidak akan menerima jawaban. Orang tidak akan mendengarkan dia, tetapi mengganjar dia sebagai-mana dia telah mengganjar orang lain. Allah tidak akan mendengarkan dia.
Sebab penghakiman yang tak berbelas kasihan akan berlaku atas orang yang tidak berbelas kasihan (Yakobus 2:13), dan barang siapa di bumi menolak memberikan remah-remah rotinya, maka di neraka ditolak permohonannya untuk mendapat setetes air. Allah akan menutup telinga terhadap doa-doa orang yang menutup telinga terhadap jeritan orang miskin, yang, jika tidak didengar oleh kita, maka akan didengar untuk melawan kita (Keluaran 22:23).
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 21:14. “Pemberian dengan sembunyi-sembunyi memadamkan marah, dan hadiah yang dirahasiakan meredakan kegeraman yang hebat.”
Inilah :
1. Kuasa yang biasanya menyertai barang-barang pemberian. Tidak ada yang lebih ganas daripada amarah. Oh, betapa dahsyatnya kegeraman yang hebat! Namun, hadiah yang manis, yang diatur dengan bijaksana, akan melenyapkan amarah orang meskipun tampaknya tidak bisa dipadamkan, dan melucuti kebencian-kebencian yang paling sengit dan bergejolak. Ketamakan biasanya merupakan tuan dari dosa, dan memerintah hawa-hawa nafsu lain. ‘PecuniƦ obediunt omnia’ – Uang menguasai segalanya. Dengan cara demikianlah Yakub menenangkan Esau, dan Abigail menenangkan Daud.
2. Kebijakan yang biasanya dijalankan dalam memberi dan menerima suap. Suap itu harus berupa pemberian dengan sembunyi-sembunyi dan hadiah yang dirahasiakan, supaya orang yang menerimanya tidak akan disangka menginginkannya, atau diketahui sudah menerimanya, atau atas kemauan sendiri berutang budi kepada orang yang telah berlaku salah kepadanya.
Jadi, jika itu dilakukan secara rahasia, maka semua akan baik-baik saja. Janganlah orang bersikap terlalu terbuka dalam memberikan pemberian, atau menyombong-nyombongkan diri dengan hadiah-hadiah yang dikirimkannya. Akan tetapi, jika yang diberikan adalah suap untuk menyelewengkan keadilan, maka itu sungguh memalukan, sehingga orang-orang yang gemar menyuap sekalipun akan malu dengannya.
----------
MACAM-MACAM PETUAH.
Amsal 21:15. “Melakukan keadilan adalah kesukaan bagi orang benar, tetapi menakutkan orang yang berbuat jahat.”
Perhatikanlah:
1. Adalah kesenangan dan kepuasan bagi orang-orang baik untuk melihat keadilan dijalankan oleh pemerintahan yang di bawahnya mereka hidup, untuk melihat kebenaran ditegakkan dan pelanggaran ditekan. Juga, untuk melakukan keadilan itu sendiri, sesuai dengan ruang lingkup mereka. Mereka tidak hanya melakukan keadilan, tetapi juga melakukannya dengan senang hati, bukan hanya karena takut mendapat malu, melainkan juga karena cinta akan kebajikan.
2. Adalah kengerian bagi orang-orang fasik untuk melihat hukum dijalankan melawan kekejian dan kecemaran. Itu merupakan kehancuran bagi mereka. Sama seperti mereka akan kesal jika dipaksa untuk melakukan keadilan sendiri, entah untuk mendukung nama baik mereka atau karena takut mendapat hukuman. Atau, jika kita mengartikannya sebagaimana kita membacanya, maka ayat itu berarti bahwa terdapat kesenangan yang sejati dalam menjalankan agama, tetapi terdapat kehancuran yang pasti di ujung semua jalan yang jahat.