Predestinasi Menurut Edward Leigh: Pemahaman Doktrin dalam Kekristenan
Pendahuluan:
Predestinasi adalah salah satu topik teologis yang paling kontroversial dan mendalam dalam Kekristenan. Konsep ini melibatkan pertanyaan-pertanyaan besar tentang kedaulatan Allah, kehendak bebas manusia, dan takdir kekal. Salah satu tokoh yang menulis tentang doktrin predestinasi dengan mendalam adalah Edward Leigh, seorang teolog Puritan abad ke-17.Dalam karyanya yang berjudul Predestination, Leigh menggali lebih dalam tentang doktrin ini, terutama dari perspektif Reformed (Calvinis). Artikel ini akan mengulas pandangan Leigh mengenai predestinasi, argumen-argumen teologis yang diajukan, serta implikasi praktis dari doktrin ini bagi orang percaya.
1. Pengantar Edward Leigh dan Karya "Predestination"
Edward Leigh (1602-1671) adalah seorang teolog Puritan dan politisi Inggris yang hidup pada masa Reformasi Protestan. Ia menulis banyak karya teologis yang bertujuan untuk membela dan menjelaskan doktrin-doktrin iman Reformed, salah satunya adalah Predestination. Buku ini merupakan bagian dari kontribusinya dalam diskusi tentang kedaulatan Allah dan hubungan antara kasih karunia ilahi dan pilihan manusia.
Leigh melihat predestinasi sebagai salah satu doktrin sentral dalam pemahaman Reformed. Ia memahami predestinasi sebagai tindakan Allah yang menentukan siapa yang akan diselamatkan dan siapa yang akan dihukum sejak kekekalan, bukan berdasarkan perbuatan manusia, tetapi berdasarkan kehendak dan kasih karunia Allah yang sepenuhnya berdaulat. Bagi Leigh, predestinasi adalah bukti kasih Allah yang misterius dan berdaulat.
2. Predestinasi dalam Perspektif Calvinis
Dalam pemahaman Calvinis yang dipegang oleh Leigh, predestinasi berkaitan dengan pemilihan Allah yang tidak bersyarat. John Calvin, teolog terkemuka dalam Reformasi Protestan, mengajarkan bahwa sejak kekekalan, Allah telah memilih sebagian manusia untuk menerima keselamatan (predestinasi untuk hidup kekal) dan sebagian lainnya untuk dihukum (predestinasi untuk kebinasaan kekal). Teologi ini menekankan kedaulatan Allah dalam keselamatan manusia dan menolak gagasan bahwa keselamatan diperoleh melalui usaha manusia.
Leigh sejalan dengan Calvin dalam pandangannya bahwa Allah tidak memilih orang-orang berdasarkan kualitas moral atau perbuatan baik mereka, melainkan berdasarkan kehendak-Nya sendiri yang penuh kasih karunia. Pilihan Allah adalah keputusan yang bebas dan tidak tergantung pada apa pun di dalam manusia. Ini adalah salah satu argumen utama dalam Predestination, di mana Leigh berusaha menjelaskan bahwa keputusan Allah dalam memilih adalah murni karena kasih karunia, dan oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang dapat mengklaim keselamatan sebagai hasil usaha pribadi mereka.
3. Dasar Alkitabiah Doktrin Predestinasi
Leigh menggunakan banyak referensi Alkitab untuk mendukung doktrinnya tentang predestinasi. Salah satu ayat yang sering dijadikan dasar bagi doktrin ini adalah Efesus 1:4-5, yang menyatakan bahwa Allah telah memilih umat-Nya "sebelum dunia dijadikan" dan menetapkan mereka untuk diadopsi sebagai anak-anak-Nya melalui Yesus Kristus. Ayat ini sering dianggap sebagai bukti bahwa pilihan Allah tidak tergantung pada waktu atau perbuatan manusia, tetapi ditetapkan sejak kekekalan.
Selain itu, Leigh juga merujuk pada Roma 8:29-30, yang berbicara tentang rantai emas keselamatan: "Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya." Dalam ayat ini, Paulus menjelaskan bagaimana predestinasi bekerja dalam rencana keselamatan Allah, mulai dari pemilihan, pembenaran, hingga pemuliaan.
Dalam argumentasi Leigh, ayat-ayat ini menunjukkan bahwa predestinasi adalah bagian dari rencana kekal Allah yang mencakup seluruh sejarah manusia. Tidak ada yang terjadi di luar pengetahuan atau kendali Allah, dan keselamatan umat pilihan sepenuhnya tergantung pada kasih karunia Allah yang telah direncanakan sejak semula.
4. Kedaulatan Allah dan Kehendak Bebas Manusia
Salah satu tantangan terbesar dalam mendiskusikan predestinasi adalah pertanyaan tentang kehendak bebas manusia. Jika Allah telah menentukan nasib semua orang sejak kekekalan, bagaimana bisa manusia memiliki kehendak bebas? Leigh, seperti banyak teolog Reformed lainnya, berusaha untuk menyeimbangkan kedaulatan Allah dengan tanggung jawab manusia.
Leigh menegaskan bahwa Allah adalah sepenuhnya berdaulat, tetapi itu tidak berarti manusia sepenuhnya tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka. Dalam pandangan Leigh, manusia tetap memiliki kehendak bebas dalam batasan tertentu, meskipun kehendak itu telah dirusak oleh dosa asal. Manusia cenderung memilih dosa dan tidak mampu memilih Allah tanpa intervensi kasih karunia. Namun, mereka tetap bertanggung jawab atas pilihan mereka karena kehendak mereka, meskipun lemah, tetap aktif dalam proses pengambilan keputusan.
Leigh percaya bahwa Allah menggunakan kehendak bebas manusia untuk mencapai rencana-Nya. Ia tidak memaksa manusia untuk melakukan sesuatu di luar kehendak mereka, tetapi bekerja melalui pilihan mereka untuk memenuhi tujuan-Nya. Dengan kata lain, Allah mengarahkan sejarah melalui pilihan manusia tanpa meniadakan tanggung jawab mereka. Ini adalah misteri yang mendalam dalam teologi Reformed, yang menurut Leigh tidak sepenuhnya bisa dipahami oleh akal manusia, tetapi bisa dipercayai karena merupakan bagian dari wahyu Allah.
5. Iman dan Perbuatan dalam Konteks Predestinasi
Pertanyaan lain yang muncul dari doktrin predestinasi adalah tentang hubungan antara iman dan perbuatan. Jika Allah telah memilih siapa yang akan diselamatkan, apa peran iman dan perbuatan dalam keselamatan? Leigh menjawab bahwa meskipun predestinasi adalah keputusan Allah, iman dan perbuatan tetap memainkan peran penting dalam kehidupan orang percaya.
Leigh menegaskan bahwa iman adalah sarana yang melalui mana kasih karunia Allah bekerja dalam hidup seseorang. Iman bukanlah hasil usaha manusia, tetapi adalah anugerah dari Allah. Orang-orang yang dipilih oleh Allah akan, pada waktunya, menerima iman sebagai bagian dari rencana keselamatan-Nya. Perbuatan baik, dalam pandangan Leigh, adalah bukti nyata dari iman yang hidup. Orang yang telah dipilih Allah akan menunjukkan buah iman mereka melalui perbuatan baik, bukan untuk mendapatkan keselamatan, tetapi sebagai hasil dari keselamatan yang telah diberikan kepada mereka.
Dalam Predestination, Leigh juga menekankan pentingnya hidup dalam ketaatan kepada Allah sebagai respons terhadap kasih karunia-Nya. Keselamatan adalah karya Allah sepenuhnya, tetapi orang percaya dipanggil untuk hidup dalam ketaatan dan memperlihatkan iman mereka melalui perbuatan baik. Ini adalah bukti bahwa mereka adalah bagian dari umat pilihan Allah.
6. Implikasi Praktis Doktrin Predestinasi bagi Orang Percaya
Salah satu kekhawatiran yang sering muncul tentang doktrin predestinasi adalah apakah ajaran ini akan menyebabkan orang percaya menjadi pasif dalam kehidupan iman mereka. Jika Allah telah menentukan segala sesuatu sejak kekekalan, apakah masih ada alasan untuk berusaha hidup dengan benar atau menyebarkan Injil? Leigh menjawab kekhawatiran ini dengan menekankan bahwa doktrin predestinasi seharusnya membawa penghiburan, bukan keputusasaan.
Leigh percaya bahwa predestinasi memberikan keyakinan kepada orang percaya bahwa keselamatan mereka adalah pasti karena didasarkan pada kasih karunia Allah yang tidak berubah. Ini seharusnya memberi dorongan bagi mereka untuk hidup dalam ketaatan dan rasa syukur kepada Allah. Selain itu, predestinasi tidak meniadakan panggilan untuk memberitakan Injil. Orang percaya dipanggil untuk menjadi alat Allah dalam rencana keselamatan-Nya dengan membagikan kabar baik kepada dunia.
Kesimpulan
Edward Leigh melalui karyanya Predestination memberikan wawasan yang mendalam tentang doktrin predestinasi dari perspektif Reformed. Dengan menekankan kedaulatan Allah, kasih karunia-Nya, dan tanggung jawab manusia, Leigh berusaha untuk memberikan pemahaman yang seimbang tentang bagaimana Allah bekerja dalam sejarah manusia untuk menyelamatkan umat pilihan-Nya. Bagi Leigh, predestinasi adalah sumber penghiburan bagi orang percaya, karena mereka dapat yakin bahwa keselamatan mereka sepenuhnya tergantung pada kasih karunia Allah yang tidak berubah. Meskipun ada banyak misteri dalam doktrin ini, Leigh percaya bahwa itu adalah bagian penting dari iman Kristen yang harus dipahami dan diterima dengan iman