Iman yang Menyelamatkan: Dasar Keselamatan dalam Kehidupan Orang Percaya

Pendahuluan:

Iman adalah fondasi utama dalam kehidupan orang percaya. Tanpa iman, seseorang tidak dapat berkenan kepada Allah dan tidak dapat menerima keselamatan yang ditawarkan oleh Yesus Kristus. Namun, iman yang menyelamatkan bukanlah sekadar keyakinan intelektual atau sekadar pengakuan lisan. Iman yang menyelamatkan adalah iman yang hidup, yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan seseorang dan menghasilkan buah-buah kebenaran.
Iman yang Menyelamatkan:
Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai apa itu iman yang menyelamatkan, ciri-cirinya, serta bagaimana iman tersebut seharusnya diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

1. Pengertian Iman yang Menyelamatkan

Iman yang menyelamatkan, dalam pengertian Alkitabiah, adalah iman yang berpusat pada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru selamat. Iman ini bukanlah hanya sekadar percaya akan eksistensi Tuhan atau mengetahui fakta-fakta tentang Kristus. Yakobus 2:19 menyatakan, "Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar." Iman yang menyelamatkan melampaui pengetahuan; itu adalah kepercayaan penuh dan ketergantungan total pada Kristus untuk keselamatan.

Iman yang menyelamatkan melibatkan pengetahuan (notitia), persetujuan (assensus), dan kepercayaan (fiducia). Notitia berarti mengetahui fakta-fakta dasar Injil—bahwa Yesus adalah Anak Allah, bahwa Dia mati untuk dosa-dosa kita, dan bahwa Dia bangkit dari antara orang mati. Assensus adalah persetujuan atau penerimaan bahwa fakta-fakta tersebut benar. Namun, kedua hal ini belum cukup. Fiducia, atau kepercayaan pribadi, adalah komponen kunci di mana seseorang menyerahkan hidupnya kepada Kristus dan mengandalkan Dia sepenuhnya untuk keselamatan.

2. Ciri-Ciri Iman yang Menyelamatkan

Iman yang menyelamatkan memiliki beberapa ciri yang membedakannya dari sekadar percaya yang kosong atau iman yang mati. Berikut adalah beberapa ciri dari iman yang menyelamatkan:

a. Iman yang Hidup

Iman yang menyelamatkan adalah iman yang hidup, bukan iman yang mati. Yakobus 2:17 mengatakan, "Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." Iman yang menyelamatkan selalu menghasilkan perbuatan-perbuatan yang mencerminkan kasih dan ketaatan kepada Allah. Perbuatan-perbuatan ini bukanlah cara untuk memperoleh keselamatan, tetapi merupakan bukti dari iman yang sejati.

b. Iman yang Berbuah

Seperti yang diajarkan oleh Yesus dalam Matius 7:17, "Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik." Iman yang menyelamatkan akan menghasilkan buah-buah kebenaran dalam kehidupan seseorang. Buah-buah ini termasuk kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Galatia 5:22-23).

c. Iman yang Bertumbuh

Iman yang menyelamatkan adalah iman yang terus bertumbuh seiring dengan perjalanan seseorang dalam mengenal Tuhan. Dalam 2 Petrus 3:18, kita dipanggil untuk "bertumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus." Iman yang menyelamatkan tidak statis, tetapi dinamis dan selalu bertumbuh menuju kedewasaan rohani.

d. Iman yang Tahan Uji

Iman yang menyelamatkan adalah iman yang mampu bertahan dalam ujian dan pencobaan. 1 Petrus 1:6-7 menjelaskan bahwa iman kita diuji seperti emas yang dimurnikan oleh api, untuk menunjukkan bahwa iman kita berharga dan murni. Iman yang menyelamatkan tidak akan goyah meskipun menghadapi berbagai tantangan dan penderitaan, karena iman ini berakar dalam pada Kristus.

3. Pentingnya Iman dalam Keselamatan

Iman adalah cara Allah menetapkan bagaimana manusia dapat menerima keselamatan. Efesus 2:8-9 menekankan bahwa "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." Iman adalah alat yang digunakan oleh Allah untuk memberikan keselamatan kepada manusia, tetapi iman itu sendiri adalah pemberian dari Allah.

Iman yang menyelamatkan berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan manusia yang berdosa dengan kasih karunia Allah yang menyelamatkan. Dalam Roma 3:22, Paulus menyatakan bahwa "Kebenaran Allah melalui iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya." Melalui iman, seseorang dibenarkan di hadapan Allah dan menerima kehidupan kekal.

Namun, penting untuk dipahami bahwa iman yang menyelamatkan tidak berdiri sendiri. Iman ini harus disertai dengan pertobatan yang sejati. Markus 1:15 menyebutkan bahwa Yesus memanggil orang-orang untuk "bertobat dan percaya kepada Injil." Pertobatan dan iman berjalan beriringan; pertobatan adalah sikap hati yang berbalik dari dosa, sedangkan iman adalah berbalik kepada Kristus.

4. Wujud Iman yang Menyelamatkan dalam Kehidupan Sehari-hari

Iman yang menyelamatkan harus terwujud dalam kehidupan sehari-hari orang percaya. Berikut adalah beberapa cara bagaimana iman yang menyelamatkan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari:

a. Hidup dalam Ketaatan kepada Firman Tuhan

Orang yang memiliki iman yang menyelamatkan akan menunjukkan ketaatan kepada Firman Tuhan. Yohanes 14:15 menyatakan, "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku." Iman yang sejati akan membawa seseorang untuk hidup menurut ajaran Kristus dan mematuhi segala perintah-Nya.

b. Mengasihi Sesama

Iman yang menyelamatkan selalu disertai dengan kasih kepada sesama. 1 Yohanes 4:20 menegaskan, "Jikalau seorang berkata: 'Aku mengasihi Allah,' dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta." Kasih kepada Allah harus diungkapkan melalui kasih kepada sesama. Orang yang beriman akan berusaha untuk mengasihi, mengampuni, dan melayani orang lain sebagaimana Kristus telah mengasihi kita.

c. Hidup dalam Doa dan Ibadah

Orang yang memiliki iman yang menyelamatkan akan senantiasa hidup dalam doa dan ibadah. Doa adalah bentuk komunikasi dengan Allah dan merupakan ungkapan ketergantungan kita kepada-Nya. Orang yang beriman akan mengutamakan hubungan pribadinya dengan Allah melalui doa dan ibadah yang tulus.

d. Membawa Kabar Baik kepada Orang Lain

Iman yang menyelamatkan mendorong seseorang untuk membawa kabar baik tentang keselamatan kepada orang lain. Matius 28:19-20, yang dikenal sebagai Amanat Agung, memerintahkan kita untuk "Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku." Orang yang beriman akan merasa terdorong untuk berbagi tentang kasih Kristus dan keselamatan yang ditemukan dalam Dia kepada orang-orang di sekitarnya.

5. Tantangan dalam Mempertahankan Iman yang Menyelamatkan

Meskipun iman yang menyelamatkan adalah dasar yang kuat, mempertahankan iman ini dalam kehidupan sehari-hari tidak selalu mudah. Ada berbagai tantangan yang dapat menguji iman seseorang, seperti godaan untuk berbuat dosa, tekanan dunia, dan penganiayaan. Namun, Allah memberikan kekuatan melalui Roh Kudus untuk tetap teguh dalam iman.

1 Korintus 10:13 menyatakan, "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." Dengan bergantung pada kekuatan Allah dan tetap berpegang pada Firman-Nya, orang percaya dapat mempertahankan iman yang menyelamatkan bahkan dalam situasi yang paling sulit.

Kesimpulan

Iman yang menyelamatkan adalah fondasi utama dari keselamatan dalam kehidupan orang percaya. Iman ini adalah kepercayaan penuh dan ketergantungan total pada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Iman yang menyelamatkan selalu hidup, berbuah, bertumbuh, dan tahan uji. Iman ini diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari melalui ketaatan kepada Firman Tuhan, kasih kepada sesama, kehidupan doa dan ibadah, serta keberanian untuk membawa kabar baik kepada orang lain.

Meskipun ada tantangan dalam mempertahankan iman yang menyelamatkan, Allah yang setia akan memberikan kekuatan kepada setiap orang percaya untuk tetap teguh dalam iman. Dengan demikian, iman yang menyelamatkan bukan hanya menjadi dasar keselamatan, tetapi juga menjadi pendorong bagi orang percaya untuk hidup dalam kebenaran dan memuliakan Allah sepanjang hidup mereka.

Next Post Previous Post