Pelayanan Paulus dalam Kuasa Allah: Kolose 1:28-29
Pendahuluan:
Surat Paulus kepada jemaat di Kolose, khususnya Kolose 1:28-29, adalah bagian yang sangat penting dalam memahami visi dan misi Rasul Paulus sebagai pelayan Injil. Di bagian ini, Paulus dengan jelas mengungkapkan tujuan utama dari pelayanannya, yakni memperkenalkan Kristus, mengajarkan hikmat, serta mempersiapkan setiap orang untuk menjadi dewasa dalam Kristus. Lebih lanjut, Paulus menekankan bahwa seluruh upaya pelayanannya dilakukan dengan kuasa Allah yang bekerja di dalam dirinya.Ayat-ayat ini berbunyi:
"Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajar dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus. Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya yang bekerja dengan kuat di dalam aku." (Kolose 1:28-29 TB).
Dalam artikel ini, kita akan menyelami lebih dalam makna dari ayat-ayat tersebut, menggali prinsip-prinsip pelayanan yang diteladani Paulus, dan bagaimana pelayanannya dipenuhi dengan kuasa Allah yang bekerja di dalam dirinya. Kita juga akan melihat bagaimana hal ini berlaku dalam kehidupan dan pelayanan kita saat ini.
1. Kristus yang Kami Beritakan
Kolose 1:28 dimulai dengan pernyataan yang tegas dari Paulus: “Dialah yang kami beritakan.” Paulus sangat jelas bahwa inti dari seluruh pelayanannya adalah memberitakan Kristus. Seluruh keberadaan, pelayanan, dan pengajaran Paulus berpusat pada Kristus. Ini menunjukkan bahwa Injil yang diberitakan oleh Paulus tidak terfokus pada dirinya sendiri, konsep-konsep manusia, atau tradisi agama. Sebaliknya, Kristuslah pusat dari semuanya.
Paulus tidak pernah menyimpang dari fokus utamanya, yaitu Kristus yang disalibkan dan bangkit, yang membawa keselamatan bagi semua orang. Ini merupakan dasar dari pelayanannya, dan setiap pesan yang ia sampaikan selalu merujuk kepada karya penyelamatan Kristus. Dalam 1 Korintus 2:2, Paulus juga mengatakan, "Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan." Ini menunjukkan dedikasi Paulus dalam memberitakan Kristus sebagai inti dari segala sesuatu.
Bagi Paulus, memberitakan Kristus tidak hanya berbicara tentang siapa Kristus itu, tetapi juga mengajarkan bagaimana pengikut Kristus harus hidup dalam hubungan dengan-Nya. Fokus ini mencakup pengajaran mengenai identitas Kristus, karya penyelamatan-Nya, serta transformasi hidup yang dihasilkan oleh iman kepada-Nya.
2. Memberi Nasihat dan Mengajar dengan Segala Hikmat
Paulus melanjutkan dengan mengatakan bahwa setiap orang “kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajar dalam segala hikmat.” Ada dua aspek penting dari pelayanan ini: memberi nasihat dan mengajar.
Memberi Nasihat: Kata "nasihat" di sini berarti memperingatkan, menegur, atau memberi arahan. Dalam konteks pelayanan Paulus, nasihat ini berkaitan dengan membantu jemaat untuk memahami apa yang benar dan salah, apa yang dikehendaki Allah dan apa yang tidak, serta memberi peringatan terhadap ajaran sesat yang mungkin mengancam iman mereka. Paulus sangat sadar akan tantangan dan bahaya yang dihadapi oleh jemaat, terutama dari ajaran-ajaran sesat yang merusak pengertian mereka tentang Kristus. Dengan demikian, nasihatnya tidak hanya bersifat teologis, tetapi juga sangat praktis, membimbing jemaat untuk hidup seturut dengan kebenaran Injil.
Mengajar dengan Hikmat: Paulus juga menekankan pentingnya mengajar dengan segala hikmat. Mengajar tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga membimbing jemaat untuk memahami kebenaran Injil dengan mendalam dan hidup dalam kebenaran itu. "Segala hikmat" di sini merujuk pada kebijaksanaan rohani yang berasal dari Allah, yang memungkinkan Paulus untuk mengajar bukan hanya secara intelektual, tetapi juga secara rohani. Hikmat ini diperlukan agar jemaat dapat bertumbuh dalam pengenalan akan Allah dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Dalam Amsal 9:10 dikatakan bahwa, "Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan." Paulus berusaha menanamkan rasa takut akan Tuhan dalam pengajaran dan nasihatnya, supaya jemaat dapat menjalani kehidupan yang bijaksana dan berkenan di hadapan Allah.
3. Membawa Setiap Orang kepada Kesempurnaan dalam Kristus
Paulus kemudian menjelaskan tujuan utama dari pelayanannya, yaitu “memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.” Kata "kesempurnaan" di sini (dalam bahasa Yunani: "teleios") tidak berarti tanpa dosa atau tanpa cacat, tetapi lebih mengacu pada kedewasaan rohani. Paulus ingin agar setiap orang yang dilayaninya tidak hanya mengenal Kristus secara dangkal, tetapi mencapai kedewasaan penuh dalam iman mereka.
Kesempurnaan dalam Kristus ini melibatkan pertumbuhan dalam pengenalan akan Kristus, pengudusan, serta transformasi hidup yang berlanjut sepanjang kehidupan orang percaya. Paulus tidak puas hanya dengan membawa seseorang kepada iman awal. Dia memiliki tujuan yang lebih besar: membawa mereka pada pemahaman dan pengalaman penuh akan Kristus, sehingga mereka dapat hidup dalam hubungan yang intim dan taat kepada-Nya.
Kedewasaan ini juga melibatkan karakter yang semakin serupa dengan Kristus, yang dicirikan oleh kasih, pengampunan, kerendahan hati, dan ketaatan kepada kehendak Allah. Dalam Efesus 4:13, Paulus berbicara tentang kedewasaan dalam Kristus sebagai mencapai “kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.” Dengan demikian, tujuan dari pelayanan Paulus adalah membentuk orang percaya yang matang, yang hidup dengan sepenuh hati bagi Kristus dan mencerminkan kemuliaan-Nya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
4. Berjuang dengan Tenaga yang Kuat dari Allah
Pada Kolose 1:29, Paulus berbicara tentang usaha dan pergumulannya dalam melayani. Dia mengatakan: “Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya yang bekerja dengan kuat di dalam aku.” Di sini, kita melihat dedikasi Paulus yang luar biasa dalam pelayanan. Kata "kuusahakan" dan "kupergumulkan" mengindikasikan kerja keras dan perjuangan yang tidak mudah. Pelayanan yang dilakukan Paulus tidak lepas dari tantangan, penderitaan, dan pengorbanan pribadi. Namun, dia tidak melakukannya dengan kekuatannya sendiri.
Yang membedakan pelayanan Paulus adalah bahwa semua usahanya dilakukan dengan kuasa Allah yang bekerja di dalam dirinya. Paulus mengakui bahwa kuasa yang memampukannya untuk melayani bukanlah kekuatan fisik atau intelektual manusiawi, tetapi kuasa Allah yang supranatural. Dalam bahasa Yunani, kata "tenaga" yang digunakan Paulus adalah "energeia," yang berarti tenaga aktif atau kekuatan yang dinamis, dan kata "kuasa" adalah "dunamis," yang mengacu pada kekuatan ilahi.
Paulus sangat sadar bahwa keberhasilannya dalam pelayanan tidak berasal dari dirinya sendiri, tetapi dari kuasa Roh Kudus yang bekerja di dalam dan melalui dirinya. Inilah yang membuat pelayanan Paulus begitu efektif, meskipun ia menghadapi berbagai rintangan, termasuk penganiayaan, perlawanan, dan kelemahan fisik. Kuasa Allah yang bekerja di dalamnya memungkinkan dia untuk melanjutkan pelayanannya dengan semangat dan keberanian, bahkan dalam situasi-situasi yang paling sulit.
5. Implikasi bagi Pelayanan Kita Hari Ini
Apa yang dapat kita pelajari dari pelayanan Paulus dalam Kolose 1:28-29 dan bagaimana kita dapat menerapkannya dalam kehidupan kita dan pelayanan gereja saat ini?
Fokus pada Kristus: Pelayanan kita, baik di gereja maupun di luar gereja, harus selalu berpusat pada Kristus. Kristus adalah pesan utama yang harus kita sampaikan kepada dunia. Dalam semua yang kita lakukan, kita harus menempatkan Kristus sebagai inti dan tujuan dari pelayanan kita. Ini berarti kita perlu memberitakan Injil dengan setia dan memastikan bahwa orang-orang yang kita layani semakin mengenal Kristus.
Memberi Nasihat dan Mengajar dengan Hikmat: Dalam pelayanan, kita dipanggil untuk tidak hanya berbagi pengetahuan, tetapi juga memberi nasihat dan mengajar dengan kebijaksanaan dari Tuhan. Ini melibatkan tanggung jawab untuk membimbing orang percaya menuju kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah. Hikmat rohani diperlukan dalam menghadapi tantangan dan dinamika dalam jemaat, sehingga kita dapat memberikan pengajaran yang benar dan membangun iman orang lain.
Membawa Orang kepada Kedewasaan dalam Kristus: Tujuan pelayanan bukan hanya membawa orang kepada keselamatan, tetapi juga membantu mereka bertumbuh dalam iman hingga mencapai kedewasaan rohani. Kita dipanggil untuk menjadi pembimbing rohani yang membantu sesama dalam proses pengudusan mereka. Ini berarti membina hubungan yang mendalam dengan jemaat dan memfasilitasi pertumbuhan mereka dalam pengenalan akan Kristus.
Bergantung pada Kuasa Allah: Sama seperti Paulus, kita juga perlu menyadari bahwa pelayanan yang kita lakukan tidak dapat berhasil hanya dengan kekuatan manusiawi kita. Kita memerlukan kuasa Allah yang bekerja di dalam kita untuk memampukan kita menghadapi tantangan dan pergumulan dalam pelayanan. Tanpa Roh Kudus, segala usaha kita akan sia-sia. Maka, kita harus terus-menerus berdoa dan bersandar kepada kuasa Tuhan dalam setiap aspek pelayanan kita.
6. Pelayanan yang Setia di Tengah Tantangan
Paulus adalah teladan yang luar biasa dalam hal kesetiaan dalam pelayanan meskipun menghadapi banyak tantangan. Selama pelayanannya, Paulus sering kali mengalami penganiayaan, pemenjaraan, dan kesulitan fisik. Namun, semua tantangan ini tidak membuatnya mundur, melainkan semakin memperkuat tekadnya untuk melayani Kristus dengan segenap hati.
Kunci dari kesetiaan Paulus adalah kepercayaannya yang mendalam pada kuasa Allah. Dia tahu bahwa panggilan untuk melayani bukanlah panggilan yang mudah, tetapi dia juga yakin bahwa Allah akan memberikan kekuatan yang dia butuhkan. Ini mengingatkan kita bahwa ketika kita menghadapi tantangan dalam pelayanan, kita tidak boleh menyerah atau berkecil hati. Allah setia dan kuasa-Nya cukup untuk menopang kita.
7. Peran Roh Kudus dalam Pelayanan Paulus
Roh Kudus adalah pusat dari segala kuasa yang bekerja dalam pelayanan Paulus. Dalam seluruh suratnya, Paulus sering kali menekankan peran Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya dan dalam pelayanan gereja. Roh Kudus adalah sumber kekuatan, hikmat, dan penghiburan bagi Paulus, yang memampukannya untuk tetap berdiri teguh dalam iman dan melayani dengan efektif.
Roh Kudus juga memberi kuasa kepada Paulus untuk memberitakan Injil dengan keberanian dan hikmat. Dia tidak bergantung pada kemampuan atau keahliannya sendiri, melainkan pada kuasa yang diberikan oleh Roh Kudus. Hal ini mengajarkan kita bahwa dalam segala pelayanan, kita perlu dipenuhi dan dipimpin oleh Roh Kudus. Ketika kita membiarkan Roh Kudus bekerja di dalam kita, pelayanan kita akan membawa dampak yang besar dan kemuliaan bagi Allah.
Kesimpulan
Kolose 1:28-29 memberikan gambaran yang mendalam tentang pelayanan Paulus dan bagaimana dia melaksanakan panggilannya dengan penuh kuasa. Pelayanan Paulus berpusat pada Kristus, bertujuan untuk membawa setiap orang kepada kedewasaan dalam Kristus, dan dilakukan dengan bergantung pada kuasa Allah yang bekerja di dalam dirinya. Ini adalah teladan yang sangat relevan bagi setiap orang percaya dan pelayan Tuhan di masa kini.
Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk meniru teladan Paulus dengan memberitakan Kristus, membimbing orang lain dalam hikmat rohani, dan bergantung sepenuhnya pada kuasa Allah dalam setiap aspek pelayanan kita. Dalam dunia yang penuh tantangan, kesetiaan kita kepada panggilan Tuhan dan kebergantungan kita pada kuasa-Nya akan membawa dampak yang besar bagi kerajaan Allah.