Penderitaan Paulus untuk Gereja dan Tujuannya: Kolose 2:1-3

 Pendahuluan:

Surat Kolose adalah salah satu tulisan yang penuh dengan pengajaran mendalam dari Rasul Paulus mengenai Kristus dan kehidupan rohani. Pada Kolose 2:1-3, Paulus berbicara tentang penderitaannya bagi gereja dan menyatakan tujuan dari semua yang dia lakukan dalam pelayanan. Ia ingin agar jemaat di Kolose memahami bagaimana penderitaannya adalah bagian dari pelayanan yang lebih besar untuk memperkuat iman mereka dan membantu mereka mencapai pengertian penuh tentang rahasia Allah, yaitu Kristus sendiri.

Berikut ini adalah ayat yang menjadi fokus dari pembahasan kita:

"Karena aku mau, supaya kamu tahu, betapa beratnya perjuangan yang kulakukan untuk kamu dan untuk mereka yang di Laodikia dan untuk semua orang yang belum mengenal aku pribadi, supaya hati mereka terhibur dan mereka bersatu dalam kasih, dan mereka memperoleh segala kekayaan dan keyakinan pengertian yang penuh, dan mengenal rahasia Allah, yaitu Kristus, yang di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan." (Kolose 2:1-3 TB)
Penderitaan Paulus untuk Gereja dan Tujuannya: Kolose 2:1-3
Melalui artikel ini, kita akan menggali lebih dalam tentang penderitaan Paulus, tujuannya dalam pelayanan, dan bagaimana hal ini relevan bagi gereja dan orang percaya saat ini.

1. Penderitaan Paulus untuk Gereja

Pada awal Kolose 2:1, Paulus menulis bahwa ia ingin jemaat di Kolose mengetahui betapa berat perjuangannya bagi mereka. Kata yang digunakan Paulus untuk perjuangan adalah kata Yunani "agon," yang sering kali digunakan untuk menggambarkan pertarungan atau kompetisi. Ini menunjukkan bahwa apa yang Paulus alami bukan hanya kesulitan kecil, tetapi benar-benar sebuah perjuangan yang intens, baik secara fisik maupun emosional.

Paulus menulis surat ini dari penjara, dan dari konteksnya, kita tahu bahwa ia mengalami banyak penderitaan fisik, penganiayaan, serta tekanan mental karena pelayanan Injil. Meski begitu, ia tidak mengeluh atau meminta simpati dari jemaat. Sebaliknya, ia ingin jemaat di Kolose dan Laodikia mengetahui bahwa semua penderitaan ini dia alami demi mereka, demi gereja, dan demi kemajuan Injil.

Mengapa Paulus rela mengalami penderitaan seperti ini? Jawabannya terletak pada kasihnya yang besar terhadap gereja dan panggilan Allah dalam hidupnya. Paulus melihat dirinya sebagai seorang pelayan, seorang yang dipanggil untuk memberitakan Injil kepada segala bangsa. Penderitaannya adalah bagian dari harga yang harus dia bayar untuk memastikan bahwa kebenaran Injil terus tersebar dan gereja semakin bertumbuh.

Paulus tidak hanya mengalami penderitaan fisik, tetapi juga bergumul dalam doa dan pelayanan untuk jemaat yang belum pernah ia temui secara langsung, termasuk jemaat di Kolose dan Laodikia. Meskipun ia tidak mengenal mereka secara pribadi, Paulus memiliki kasih yang besar bagi mereka karena mereka adalah bagian dari tubuh Kristus. Penderitaan Paulus mencerminkan hati seorang gembala sejati yang peduli bukan hanya pada mereka yang dekat dengannya, tetapi juga pada seluruh gereja.

2. Tujuan dari Penderitaan Paulus

Paulus tidak menderita tanpa tujuan. Dalam ayat 2, ia menjelaskan alasan mengapa ia rela berjuang dan menderita demi gereja. Ada beberapa tujuan yang sangat jelas dalam pikirannya:

a. Supaya Hati Mereka Terhibur

Pertama-tama, Paulus ingin agar jemaat terhibur. Kata "terhibur" dalam bahasa Yunani yang digunakan di sini juga bisa berarti "dikuatkan" atau "diteguhkan." Paulus memahami bahwa jemaat di Kolose dan Laodikia sedang menghadapi berbagai tantangan, termasuk ajaran sesat yang bisa merusak iman mereka. Oleh karena itu, dia bergumul agar hati mereka dikuatkan, sehingga mereka tidak mudah goyah dalam iman mereka kepada Kristus.

Penghiburan di sini bukanlah sekadar penghiburan emosional, tetapi lebih kepada penguatan rohani. Paulus tahu bahwa ketika jemaat dipenuhi dengan penghiburan rohani, mereka akan memiliki keteguhan hati untuk menghadapi segala bentuk tantangan dan godaan yang datang. Dalam 2 Korintus 1:3-4, Paulus juga berbicara tentang Allah sebagai sumber penghiburan, dan dia ingin agar penghiburan ini menjadi nyata dalam kehidupan jemaat yang dia layani.

b. Supaya Mereka Bersatu dalam Kasih

Tujuan kedua Paulus adalah agar jemaat "bersatu dalam kasih." Persatuan di dalam kasih adalah aspek penting dari kehidupan gereja. Paulus memahami bahwa salah satu ancaman terbesar bagi gereja adalah perpecahan, baik karena ajaran palsu maupun karena konflik internal. Oleh karena itu, dia sangat menekankan pentingnya kasih sebagai pengikat yang mempersatukan jemaat.

Kasih yang dimaksud di sini bukanlah kasih yang dangkal atau bersifat sementara, tetapi kasih agape, yaitu kasih yang tidak mementingkan diri sendiri, yang mencerminkan kasih Allah kepada kita. Ketika jemaat bersatu dalam kasih ini, mereka akan mampu mengatasi perbedaan-perbedaan yang ada di antara mereka dan tetap fokus pada misi utama mereka, yaitu menyebarkan Injil dan memuliakan Allah.

Paulus sangat menyadari bahwa tanpa kasih, gereja akan sulit bertahan dalam menghadapi tantangan, baik dari dalam maupun dari luar. Kasihlah yang membuat jemaat saling mendukung, saling membangun, dan saling melayani. Kasih juga merupakan tanda bagi dunia luar bahwa jemaat adalah murid-murid Kristus, sebagaimana Yesus katakan dalam Yohanes 13:35, “Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”

c. Supaya Mereka Memperoleh Kekayaan Pengertian yang Penuh

Tujuan berikutnya dari pelayanan Paulus adalah agar jemaat memperoleh "segala kekayaan dan keyakinan pengertian yang penuh." Paulus tidak ingin jemaat hanya memiliki pengetahuan dangkal tentang iman mereka. Dia menginginkan mereka untuk memiliki pemahaman yang mendalam dan kuat tentang kebenaran Injil, sehingga mereka tidak mudah disesatkan oleh ajaran-ajaran palsu.

Pemahaman yang penuh di sini melibatkan pengenalan akan Kristus yang benar. Paulus ingin agar jemaat memiliki keyakinan yang kokoh dalam apa yang mereka percayai, sehingga mereka tidak mudah diguncang oleh setiap angin pengajaran yang menyesatkan. Ketika seseorang memiliki pengertian yang mendalam tentang iman mereka, mereka akan lebih kuat dalam menghadapi tantangan dan cobaan iman.

Pemahaman yang penuh ini juga disebut sebagai "kekayaan," yang menunjukkan bahwa pengenalan akan Allah adalah harta yang tak ternilai. Paulus ingin jemaat menyadari bahwa pengertian tentang Kristus dan kebenaran Injil adalah sesuatu yang sangat berharga, yang tidak boleh diabaikan atau diambil dengan ringan. Ini adalah kekayaan rohani yang harus dipelihara dan terus ditingkatkan.

d. Mengenal Rahasia Allah, Yaitu Kristus

Pada akhirnya, tujuan terbesar dari pelayanan Paulus adalah agar jemaat mengenal rahasia Allah, yaitu Kristus. Dalam konteks Perjanjian Lama, banyak hal tentang rencana keselamatan Allah masih tersembunyi, namun melalui Kristus, misteri itu telah diungkapkan. Kristus adalah kunci dari segala sesuatu; Dialah pusat dari rencana keselamatan Allah.

Paulus ingin jemaat memahami bahwa semua hikmat dan pengetahuan sejati ditemukan dalam Kristus. Kristus bukan hanya sekadar guru yang bijaksana atau pemimpin agama. Dia adalah Anak Allah yang di dalam-Nya tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan. Ketika seseorang mengenal Kristus, mereka memiliki akses kepada semua yang diperlukan untuk hidup dalam kebenaran dan kekudusan.

Pengenalan akan Kristus tidak hanya mencakup pengetahuan intelektual, tetapi juga pengenalan yang bersifat pribadi dan transformasional. Paulus ingin agar jemaat tidak hanya tahu tentang Kristus, tetapi juga mengalami kehadiran dan kuasa-Nya dalam hidup mereka sehari-hari. Melalui hubungan yang mendalam dengan Kristus, mereka akan semakin memahami hikmat dan pengetahuan Allah, yang melampaui segala pengertian manusia.

3. Kristus sebagai Pusat Hikmat dan Pengetahuan

Di akhir Kolose 2:3, Paulus menekankan bahwa di dalam Kristus "tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan." Ini adalah pernyataan yang sangat kuat tentang kedudukan Kristus dalam rencana Allah. Kristus bukan hanya sumber keselamatan, tetapi juga sumber dari segala hikmat dan pengetahuan yang sejati.

Dalam konteks jemaat Kolose, pernyataan ini sangat penting karena ada ajaran-ajaran sesat yang berusaha menyimpangkan jemaat dari pengertian yang benar tentang Kristus. Beberapa pengajaran sesat pada masa itu, seperti Gnostikisme, mengajarkan bahwa ada pengetahuan rahasia yang hanya bisa dicapai oleh orang-orang tertentu. Namun, Paulus menegaskan bahwa segala hikmat dan pengetahuan yang benar ada di dalam Kristus, dan bahwa jemaat tidak memerlukan pengetahuan lain di luar Dia.

Paulus mengingatkan jemaat bahwa Kristus adalah pusat dari segala sesuatu. Segala hikmat, baik mengenai kehidupan rohani maupun kehidupan praktis, dapat ditemukan di dalam Dia. Dengan mengenal Kristus, kita memiliki akses kepada segala yang kita butuhkan untuk hidup dalam kebenaran, baik dalam hal doktrin maupun dalam cara hidup sehari-hari.

4. Aplikasi dalam Kehidupan dan Pelayanan Gereja

Apa yang dapat kita pelajari dari Kolose 2:1-3 mengenai pelayanan Paulus dan bagaimana hal ini relevan bagi kehidupan dan pelayanan gereja saat ini?

a. Panggilan untuk Berkorban dalam Pelayanan

Seperti Paulus, kita juga dipanggil untuk berkorban dalam pelayanan. Penderitaan bukanlah sesuatu yang harus dihindari, tetapi merupakan bagian dari perjalanan iman kita. Pelayanan yang sejati sering kali melibatkan pengorbanan, baik itu waktu, tenaga, atau bahkan kenyamanan pribadi. Namun, kita harus mengingat bahwa semua yang kita lakukan adalah untuk kemuliaan Allah dan untuk memperkuat tubuh Kristus.

b. Pentingnya Penghiburan dan Persatuan dalam Kasih

Sebagai gereja, kita harus selalu berusaha untuk menghibur dan menguatkan satu sama lain dalam iman. Dunia ini penuh dengan tantangan, dan banyak orang di sekitar kita yang membutuhkan penghiburan rohani. Selain itu, kita harus terus bekerja untuk menjaga persatuan di dalam kasih, karena hanya melalui kasih persaudaraan yang sejati, kita dapat menjadi saksi yang efektif bagi dunia.

c. Mendorong Jemaat untuk Bertumbuh dalam Pengertian yang Penuh

Pemahaman yang dangkal tentang iman dapat membuat jemaat mudah disesatkan oleh ajaran palsu. Oleh karena itu, kita harus selalu mendorong sesama orang percaya untuk terus bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus. Gereja harus menjadi tempat di mana jemaat didorong untuk mempelajari Firman Tuhan dengan sungguh-sungguh dan mengembangkan pengertian yang mendalam tentang kebenaran Injil.

d. Kristus sebagai Pusat dari Segala Sesuatu

Sebagai orang percaya, kita harus selalu mengingat bahwa Kristus adalah pusat dari segala hikmat dan pengetahuan. Tidak ada kebenaran yang lebih tinggi atau pengetahuan yang lebih dalam di luar Dia. Oleh karena itu, kita harus terus menerus berusaha untuk mengenal Dia lebih dalam, hidup dalam hubungan yang intim dengan-Nya, dan menjadikan Dia sebagai dasar dari segala keputusan dan tindakan kita.

Kesimpulan

Dalam Kolose 2:1-3, Paulus menunjukkan betapa besar kasih dan pengorbanannya bagi gereja, serta tujuannya yang mulia dalam pelayanan. Penderitaannya bukanlah tanpa arti, tetapi merupakan bagian dari perjuangannya untuk memperkuat gereja, menguatkan hati jemaat, dan membawa mereka kepada pengenalan yang penuh akan Kristus.

Sebagai gereja masa kini, kita dipanggil untuk mengikuti teladan Paulus. Kita dipanggil untuk melayani dengan pengorbanan, menjaga persatuan dalam kasih, mendorong pertumbuhan rohani, dan menjadikan Kristus sebagai pusat dari segala sesuatu. Melalui pengenalan yang mendalam akan Kristus, kita akan menemukan segala hikmat dan pengetahuan yang diperlukan untuk hidup dalam kebenaran dan kemuliaan Allah.

Next Post Previous Post