Abraham Mengorbankan Ishak

Pendahuluan:

Peristiwa pengorbanan Ishak oleh Abraham dalam Kejadian 22 adalah salah satu kisah paling mendalam dan kontroversial dalam Alkitab. Kisah ini menunjukkan ketaatan mutlak dan iman Abraham kepada Allah, bahkan ketika ia diperintahkan untuk mengorbankan anaknya, Ishak, yang telah lama dinantikan sebagai anak perjanjian. Artikel ini akan meninjau peristiwa ini dari berbagai perspektif teologis, termasuk makna iman, ketaatan, pengorbanan, dan kepercayaan dalam hubungan dengan Allah.
Abraham Mengorbankan Ishak
Dengan referensi dari beberapa pakar teologi, kita akan menggali lebih dalam bagaimana pengorbanan Abraham memberikan gambaran iman Kristen dalam konteks kehidupan modern.

1. Latar Belakang Peristiwa: Abraham dan Ishak

Dalam Kejadian 22, Allah memerintahkan Abraham untuk mempersembahkan Ishak sebagai korban bakaran. Ishak adalah anak perjanjian yang dijanjikan Allah kepada Abraham dan Sara di usia mereka yang lanjut, menjadi pewaris dari janji Allah yang besar bagi keturunan Abraham (Kejadian 17:19).

"Sesudah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: 'Abraham.' Lalu sahutnya: 'Ya, Tuhan.'" (Kejadian 22:1 TB)

Menurut pakar teologi J.I. Packer dalam bukunya "Knowing God," peristiwa ini adalah ujian iman dan ketaatan bagi Abraham yang menunjukkan pengabdian total kepada Allah. Packer menyatakan bahwa, bagi Abraham, Ishak bukan hanya anak biologis tetapi juga representasi janji Allah yang besar. Ketika Allah meminta Ishak sebagai korban, itu merupakan ujian apakah Abraham akan tetap mempercayai Allah di atas segalanya.

2. Makna Iman dan Ketaatan: Abraham sebagai Bapa Orang Beriman

Abraham dikenal sebagai "bapa orang beriman" karena ketaatannya yang mutlak kepada Allah, bahkan ketika diperintahkan untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan harapannya sendiri. Ketaatan Abraham kepada perintah Tuhan dalam Kejadian 22 menjadi bukti iman yang luar biasa.

"Lalu Abraham bangun pagi-pagi, memasang pelana keledainya, memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya." (Kejadian 22:3 TB)

Dalam "The Epistle to the Hebrews," F.F. Bruce menekankan bahwa iman Abraham adalah bukti dari kepercayaannya yang penuh kepada Tuhan. Menurut Bruce, tindakan Abraham mempersembahkan Ishak adalah tindakan yang lahir dari kepercayaan bahwa Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu, termasuk membangkitkan Ishak dari kematian jika diperlukan (Ibrani 11:17-19).

R.C. Sproul dalam "The Holiness of God" menyebut ketaatan Abraham sebagai contoh ketaatan yang sempurna, karena Abraham memilih untuk mematuhi perintah Tuhan meskipun itu berarti kehilangan hal terpenting dalam hidupnya. Ketaatan ini menunjukkan bahwa Abraham menghargai Allah lebih dari apa pun, bahkan lebih dari anaknya yang ia kasihi.

3. Pengorbanan dan Anugerah: Hubungan antara Abraham dan Allah

Kisah pengorbanan Ishak menunjukkan bahwa ketaatan kepada Tuhan melibatkan pengorbanan yang sangat besar. Perintah Allah agar Abraham mengorbankan Ishak tampaknya bertentangan dengan janji-Nya, namun Abraham tetap taat. Peristiwa ini menunjukkan konsep anugerah, di mana Allah pada akhirnya menyediakan pengganti bagi Ishak, yakni seekor domba jantan yang tersangkut di semak belukar.

"Tetapi ketika Abraham mengulurkan tangannya dan mengambil pisau untuk menyembelih anaknya, berserulah Malaikat Tuhan dari langit kepadanya: 'Abraham, Abraham!' Sahutnya: 'Ya, Tuhan.'" (Kejadian 22:10-11 TB)

Teolog John Stott, dalam "The Cross of Christ," mengaitkan pengorbanan ini dengan tema anugerah, di mana Allah menyediakan pengganti yang menandakan kasih karunia-Nya. Stott menulis bahwa Allah tidak pernah meminta korban manusia, dan pengganti yang diberikan menunjukkan bahwa Tuhan yang penuh kasih tidak menginginkan kematian, tetapi kehidupan dan keselamatan.

Abraham menyebut tempat itu "Yehovah Jireh," yang berarti "Tuhan menyediakan." Ini mengindikasikan pemahaman Abraham bahwa Tuhan akan selalu menyediakan jalan bagi mereka yang taat kepada-Nya. Nama ini menjadi simbol bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang mencukupi segala kebutuhan kita, bahkan ketika kita diuji dengan pengorbanan besar.

4. Pandangan Teologis tentang Ujian Iman Abraham

Kejadian 22 sering dianggap sebagai salah satu ujian iman terbesar dalam Alkitab. Allah menguji Abraham untuk melihat sejauh mana ia bersedia menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Ini adalah contoh bagi orang percaya tentang bagaimana kita seharusnya bersedia mengorbankan apa yang kita anggap paling berharga untuk menaati Tuhan.

Dalam "Faith and Obedience: An Exposition of Genesis 22," John MacArthur menyatakan bahwa peristiwa ini menunjukkan bahwa iman yang sejati tidak hanya tampak dalam pengakuan tetapi juga dalam tindakan nyata yang diiringi dengan pengorbanan. MacArthur berpendapat bahwa ujian ini mengungkapkan tingkat ketaatan yang luar biasa pada Abraham, yang meyakini bahwa Tuhan yang memerintah adalah Tuhan yang bijaksana dan setia pada janji-Nya.

"Dengan iman Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak." (Ibrani 11:17 TB)

Menurut Dietrich Bonhoeffer dalam "The Cost of Discipleship," ketaatan Abraham adalah ketaatan yang aktif dan penuh pengorbanan. Bonhoeffer menegaskan bahwa iman tanpa ketaatan adalah kepercayaan kosong. Dengan ketaatannya, Abraham mengajarkan kepada kita bahwa iman bukan sekadar perasaan atau kata-kata, tetapi keputusan untuk bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan, bahkan ketika perintah Tuhan tampak tidak masuk akal.

5. Yesus dan Pengorbanan yang Sempurna: Ishak sebagai Bayangan Kristus

Banyak teolog melihat peristiwa ini sebagai gambaran dari pengorbanan Yesus di kayu salib. Dalam perspektif Kristen, Ishak dianggap sebagai "bayangan" dari Kristus yang juga akan dikorbankan di bukit Golgota untuk menebus dosa-dosa dunia. Pengorbanan Ishak menjadi simbol dari kasih Allah yang rela mengorbankan Anak-Nya yang tunggal demi keselamatan umat manusia.

"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16 TB)

Teolog N.T. Wright dalam "Jesus and the Victory of God" menekankan bahwa tindakan Abraham mempersembahkan Ishak menggambarkan kasih Allah yang memberikan Putra-Nya untuk menyelamatkan manusia. Wright menyatakan bahwa, seperti Abraham yang mengorbankan anaknya, Allah Bapa menunjukkan kasih-Nya yang besar melalui pengorbanan Yesus. Yesus adalah "Anak Domba Allah" yang mati bagi dosa dunia, yang pada akhirnya memberikan jalan keselamatan bagi umat manusia.

Dalam "The Cross of Christ," John Stott menyebutkan bahwa, sementara Abraham tidak benar-benar mengorbankan Ishak karena digantikan oleh domba jantan, Allah justru menggenapi janji ini dengan mengorbankan Yesus Kristus. Pengorbanan ini menekankan kasih Allah yang melampaui pemahaman manusia, yang memberikan Anak-Nya sebagai jalan untuk keselamatan.

6. Ketaatan dalam Kehidupan Kristen: Pelajaran dari Abraham

Ketaatan Abraham mengajarkan kepada setiap orang percaya bahwa hidup di dalam iman berarti bersedia untuk mengikuti perintah Tuhan tanpa syarat, meskipun mungkin ada pengorbanan yang besar. Abraham menunjukkan kepada kita bahwa ketaatan kepada Tuhan berarti melepaskan keinginan pribadi, bahkan ketika hal itu tampak tidak masuk akal.

Menurut Timothy Keller dalam "The Reason for God," ketaatan yang sejati sering kali menuntut kita untuk melangkah keluar dari zona nyaman dan menyerahkan segala yang kita miliki kepada Tuhan. Keller menegaskan bahwa kisah Abraham dan Ishak menjadi teladan yang sangat relevan bagi umat Kristen, mengingat banyak dari kita yang sering kali enggan menyerahkan kendali hidup kita kepada Tuhan.

Ayat Alkitab yang relevan:

"Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak." (Mazmur 37:5 TB)

Ketaatan kepada Tuhan, sebagaimana yang ditunjukkan oleh Abraham, berarti menyerahkan segala kekhawatiran dan keinginan kita, percaya bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang tahu apa yang terbaik bagi hidup kita.

7. Refleksi Teologis: Pengorbanan dan Ujian dalam Hidup Sehari-hari

Kisah Abraham mengorbankan Ishak bukan hanya merupakan pelajaran tentang iman dan ketaatan tetapi juga mengajarkan kita untuk menerima ujian sebagai bagian dari rencana Allah dalam hidup kita. Allah terkadang menggunakan ujian untuk memperkuat iman kita, mengajarkan kesabaran, dan membantu kita menyadari ketergantungan kita kepada-Nya.

Dalam "Spiritual Disciplines for the Christian Life," Donald Whitney menjelaskan bahwa ujian adalah cara Allah untuk memperbarui dan memperdalam iman kita. Whitney menyebutkan bahwa seperti Abraham yang dihadapkan pada ujian besar, Allah juga mungkin menguji kita melalui kesulitan atau keputusan yang sulit. Ujian ini bukan untuk menghancurkan kita, tetapi untuk mengungkapkan komitmen dan kepercayaan kita kepada-Nya.

Ayat Alkitab yang relevan:

"Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barang siapa yang mengasihi Dia." (Yakobus 1:12 TB)

Ujian adalah sarana Tuhan untuk memperkuat dan memurnikan kita, menjadikan kita lebih serupa dengan Kristus dan menumbuhkan iman yang semakin dewasa.

8. Kesimpulan: Pengorbanan Abraham sebagai Teladan bagi Orang Percaya

Kisah Abraham yang diperintahkan untuk mengorbankan Ishak adalah salah satu contoh iman, ketaatan, dan pengorbanan terbesar dalam Alkitab. Abraham menunjukkan kepada kita bahwa ketaatan kepada Tuhan tidak selalu mudah dan terkadang melibatkan pengorbanan yang besar. Melalui ujian ini, Abraham belajar untuk mengandalkan Allah sepenuhnya, mengetahui bahwa Tuhan yang memegang kendali atas segalanya.

Pengorbanan Abraham di Bukit Moria menjadi cerminan kasih dan iman kepada Tuhan yang murni. Melalui peristiwa ini, Allah tidak hanya menguji Abraham tetapi juga menunjukkan kasih karunia-Nya dengan menyediakan pengganti untuk Ishak. Ini mengarahkan kita pada gambaran Yesus Kristus sebagai pengorbanan yang sempurna bagi dosa-dosa kita, menunjukkan kasih Allah yang besar bagi umat manusia.

Bagi orang percaya masa kini, kisah Abraham mengajarkan bahwa hidup di dalam iman berarti bersedia untuk menyerahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan, termasuk hal-hal yang paling berharga. Iman dan ketaatan adalah bukti kasih kita kepada Tuhan, dan melalui ketaatan kita dapat mengalami anugerah dan penyertaan Tuhan dalam hidup kita. Kita dipanggil untuk hidup seperti Abraham, dengan keyakinan penuh bahwa Tuhan selalu menyediakan jalan bagi kita yang setia mengikuti-Nya.

Next Post Previous Post