Kenaikan Kristus ke Surga: Perspektif Teologis dari Beberapa Pakar

Pengantar:

Kenaikan Kristus ke surga adalah peristiwa penting dalam sejarah keselamatan Kristen yang menandai akhir dari pelayanan-Nya di bumi dan awal dari pelayanan-Nya yang terus berlangsung di hadapan Allah sebagai Imam Besar dan Raja. Peristiwa ini memiliki makna teologis yang mendalam karena menunjukkan pemuliaan Yesus setelah kebangkitan-Nya dan menandai permulaan dari peran-Nya yang terus menerus sebagai pengantara bagi umat manusia.
Kenaikan Kristus ke Surga: Perspektif Teologis dari Beberapa Pakar
Artikel ini akan mengeksplorasi berbagai pandangan teologis mengenai kenaikan Kristus ke surga dari perspektif beberapa pakar teologi serta implikasi peristiwa ini dalam iman Kristen.

1. Dasar Alkitabiah Kenaikan Kristus ke Surga

Peristiwa kenaikan Kristus ke surga tercatat secara jelas dalam beberapa bagian Alkitab, terutama di Kisah Para Rasul 1:9-11 dan Lukas 24:50-53. Dalam Kisah Para Rasul 1:9, dikatakan bahwa "sesudah Ia mengatakan semuanya itu, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka." Ini adalah penggambaran dari kenaikan fisik Yesus dari bumi ke surga di hadapan para murid.

Di samping itu, Markus 16:19 juga mencatat, "Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke surga, lalu duduk di sebelah kanan Allah." Frasa "duduk di sebelah kanan Allah" menunjukkan bahwa Yesus kini memiliki otoritas ilahi di surga, suatu posisi pemuliaan yang menggenapi karya penebusan-Nya di bumi.

F.F. Bruce, dalam bukunya The Book of the Acts, menekankan bahwa kenaikan Kristus ke surga bukan hanya sekadar perpindahan fisik, tetapi juga menandakan transisi dalam karya penebusan Yesus. Bruce menjelaskan bahwa dengan naik ke surga, Kristus menyelesaikan tugas-Nya di bumi dan memulai peran-Nya sebagai Imam Besar yang agung, yang berdoa bagi orang percaya dan memediasi hubungan mereka dengan Allah Bapa.

2. Kenaikan Kristus sebagai Pemuliaan

Kenaikan Kristus ke surga juga menandai pemuliaan-Nya. Setelah menjalani kehidupan yang penuh penderitaan, wafat di kayu salib, dan bangkit dari kematian, Yesus naik ke surga dan menerima tempat yang layak bagi-Nya sebagai Tuhan dan Raja. Dalam Yohanes 17:5, Yesus berdoa, "Dan sekarang, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada."

John Calvin, dalam Institutes of the Christian Religion, menekankan bahwa kenaikan Kristus adalah tahap terakhir dari "keadaan pemuliaan" (state of exaltation). Calvin berpendapat bahwa pemuliaan Kristus tidak hanya terjadi melalui kebangkitan, tetapi juga dalam kenaikan-Nya ke surga di mana Dia mengambil tempat di sebelah kanan Allah. Bagi Calvin, kenaikan Kristus juga merupakan bukti kemenangan-Nya atas dosa, maut, dan Setan, serta pemulihan kemuliaan yang Dia miliki sebelum inkarnasi.

Dalam perspektif ini, kenaikan Kristus ke surga bukanlah akhir dari karya keselamatan, tetapi puncak dari kemenangan-Nya, di mana Dia menerima otoritas penuh sebagai Raja di atas segala raja. Thomas Torrance, dalam bukunya Space, Time, and Resurrection, menekankan bahwa kenaikan Kristus adalah pemuliaan final yang menunjukkan bahwa kerajaan Allah telah dimulai, dan bahwa Kristus kini memerintah di atas seluruh ciptaan.

3. Kristus sebagai Imam Besar di Surga

Salah satu aspek terpenting dari kenaikan Kristus adalah peran-Nya sebagai Imam Besar yang terus-menerus memediasi bagi umat manusia di hadapan Allah. Surat Ibrani 4:14 menyatakan bahwa Yesus adalah "Imam Besar yang agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah." Kristus kini duduk di sebelah kanan Allah, berfungsi sebagai perantara antara Allah dan manusia.

John Owen, dalam bukunya The Glory of Christ, menekankan bahwa kenaikan Kristus ke surga menggenapi fungsi imamat-Nya yang kekal. Owen menjelaskan bahwa melalui kenaikan-Nya, Kristus terus-menerus memediasi dan berdoa bagi umat-Nya di hadapan Allah Bapa. Sebagai Imam Besar yang sempurna, Kristus telah memasuki Bait Suci surgawi, tidak hanya untuk sekali persembahan, tetapi untuk terus melayani dan menguduskan umat-Nya. Kenaikan-Nya memungkinkan Dia untuk hadir di hadapan Allah dan memastikan bahwa penebusan-Nya terus berlaku bagi setiap generasi orang percaya.

R.C. Sproul, dalam The Ascension of Christ, juga menyoroti pentingnya peran Yesus sebagai Imam Besar. Sproul menekankan bahwa di surga, Kristus bertindak sebagai Pengantara dan Advokat bagi orang percaya. Dengan kata lain, Kristus terus berdoa bagi mereka yang percaya kepada-Nya, memastikan bahwa mereka tidak hanya dibenarkan melalui kematian dan kebangkitan-Nya, tetapi juga terus berada dalam anugerah Allah.

4. Kenaikan Kristus dan Pencurahan Roh Kudus

Kenaikan Kristus juga erat terkait dengan janji pencurahan Roh Kudus. Dalam Yohanes 16:7, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu; tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu." Dengan naik ke surga, Kristus membuka jalan bagi pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta.

Jürgen Moltmann, dalam bukunya The Church in the Power of the Spirit, menekankan bahwa kenaikan Kristus adalah syarat penting bagi pengutusan Roh Kudus. Bagi Moltmann, kenaikan Kristus ke surga menandai awal dari kehidupan baru umat Allah yang dipenuhi dan dipimpin oleh Roh Kudus. Roh Kudus adalah kehadiran aktif Kristus di dunia setelah kenaikan-Nya, yang memberikan kuasa dan hikmat kepada gereja untuk menjalankan misinya.

Dengan pencurahan Roh Kudus, Kristus tidak lagi terbatas oleh ruang dan waktu seperti dalam inkarnasi-Nya. Sebaliknya, melalui Roh Kudus, Kristus hadir di tengah-tengah umat-Nya di seluruh dunia. N.T. Wright, dalam Surprised by Hope, menekankan bahwa kenaikan Kristus tidak berarti bahwa Dia meninggalkan umat-Nya, tetapi justru memperluas kehadiran-Nya secara universal melalui Roh Kudus, yang memungkinkan gereja untuk menjadi tubuh Kristus di bumi.

5. Kenaikan Kristus sebagai Awal dari Kembali-Nya

Selain menunjuk pada peran-Nya yang sedang berlangsung sebagai Imam Besar, kenaikan Kristus ke surga juga menjadi tanda pasti dari janji-Nya untuk kembali pada akhir zaman. Dalam Kisah Para Rasul 1:11, malaikat yang hadir saat kenaikan Kristus berkata kepada para murid, "Yesus ini, yang terangkat ke surga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga."

Karl Barth, dalam Church Dogmatics, menekankan bahwa kenaikan Kristus bukan hanya suatu penarikan dari dunia, tetapi adalah awal dari pengharapan eskatologis bahwa Kristus akan kembali dalam kemuliaan untuk menghakimi dunia dan membawa pembaruan atas seluruh ciptaan. Bagi Barth, kenaikan Kristus mengingatkan umat Kristen bahwa mereka hidup dalam ketegangan antara "sudah" dan "belum" — di mana kerajaan Allah telah dimulai, tetapi penggenapannya masih menunggu kedatangan Kristus kembali.

Kenaikan Kristus adalah jaminan bahwa Dia akan kembali untuk menyempurnakan karya penebusan-Nya. Herman Bavinck, dalam Reformed Dogmatics, menekankan bahwa kenaikan Kristus ke surga memberikan dasar bagi harapan eskatologis gereja. Gereja hidup dalam penantian yang penuh pengharapan akan kedatangan kembali Kristus, di mana Dia akan menaklukkan segala musuh terakhir, termasuk kematian, dan membawa kerajaan Allah kepada kepenuhannya.

6. Implikasi Kenaikan Kristus dalam Kehidupan Kristen

Kenaikan Kristus ke surga memiliki implikasi penting dalam kehidupan Kristen sehari-hari. John Piper, dalam bukunya Living in the Light of the Ascension, menekankan bahwa kenaikan Kristus mengundang orang percaya untuk menjalani kehidupan yang dipenuhi dengan pengharapan eskatologis dan misi. Kristus kini memerintah di surga sebagai Raja atas segala sesuatu, dan orang percaya dipanggil untuk hidup dalam terang pemerintahan-Nya.

Kenaikan Kristus juga mengajarkan bahwa hidup Kristen tidak hanya berpusat pada penebusan dosa-dosa di masa lalu, tetapi juga mengarah pada kehidupan masa depan di mana orang percaya akan berbagian dalam kemuliaan Kristus di surga. Jonathan Edwards, dalam khotbahnya yang terkenal Heaven Is a World of Love, menekankan bahwa kenaikan Kristus adalah janji bahwa orang percaya suatu hari akan dipersatukan dengan Kristus dalam kemuliaan. Bagi Edwards, kenaikan Kristus memberikan pengharapan yang pasti bahwa orang percaya akan ikut serta dalam kemuliaan surga dan hidup dalam kasih yang sempurna bersama Tuhan.

Selain itu, Dietrich Bonhoeffer, dalam Life Together, menekankan bahwa kenaikan Kristus memperluas visi orang percaya mengenai gereja sebagai tubuh Kristus yang dipanggil untuk menjadi saksi-Nya di dunia. Bonhoeffer berpendapat bahwa melalui kenaikan Kristus, orang percaya diberdayakan oleh Roh Kudus untuk menjalani kehidupan yang mengekspresikan kasih dan pengorbanan Kristus dalam komunitas iman.

7. Kesimpulan: Makna Teologis Kenaikan Kristus ke Surga

Kenaikan Kristus ke surga adalah peristiwa yang kaya dengan makna teologis. Dari perspektif teologis, peristiwa ini bukan hanya akhir dari pelayanan Yesus di bumi, tetapi juga permulaan dari pemerintahan-Nya yang kekal sebagai Imam Besar dan Raja. Kenaikan Kristus menandakan pemuliaan-Nya, di mana Dia duduk di sebelah kanan Allah Bapa sebagai Raja yang memerintah, serta perantara yang terus-menerus memediasi bagi umat-Nya.

Para teolog seperti John Calvin, John Owen, Karl Barth, dan N.T. Wright telah menyumbangkan wawasan yang mendalam mengenai pentingnya kenaikan Kristus. Mereka menekankan bahwa kenaikan ini memungkinkan pencurahan Roh Kudus, yang memberdayakan gereja untuk menjalankan misinya di dunia, serta memberikan pengharapan eskatologis akan kedatangan kembali Kristus.

Bagi orang percaya, kenaikan Kristus ke surga mengajarkan tentang pentingnya hidup dalam pengharapan akan masa depan yang penuh kemenangan bersama-Nya, sekaligus memotivasi kita untuk hidup dalam ketaatan dan pelayanan sebagai respons terhadap panggilan Kristus. Kenaikan Kristus adalah bukti bahwa Yesus kini memerintah sebagai Raja, dan pada akhirnya, semua musuh-Nya akan ditaklukkan di bawah kaki-Nya ketika Dia kembali dalam kemuliaan.

Next Post Previous Post