Lukas 18:2-8: Ketekunan dalam Doa dan Keadilan Allah

Pengantar:

Injil Lukas memberikan banyak pengajaran yang berfokus pada hubungan antara manusia dan Allah, terutama dalam hal doa dan ketekunan. Salah satu perumpamaan yang disampaikan Yesus dalam Injil ini adalah tentang seorang hakim yang tidak adil dan seorang janda yang gigih dalam meminta keadilan. Perumpamaan ini terdapat dalam Lukas 18:2-8, di mana Yesus menggunakan kisah ini untuk mengajar para murid tentang pentingnya ketekunan dalam doa dan kesetiaan Allah dalam memberikan keadilan.
Lukas 18:2-8: Ketekunan dalam Doa dan Keadilan Allah
Artikel ini akan membahas secara mendalam Lukas 18:2-8, menguraikan konteks perumpamaan, makna teologis dari pesan Yesus, serta aplikasinya bagi kehidupan orang percaya di masa kini. Perumpamaan ini mengajarkan tentang sikap iman dalam doa dan keyakinan bahwa Allah, yang adil, akan mendengar dan menjawab permohonan umat-Nya pada waktu yang tepat.

1. Konteks Perumpamaan

Perumpamaan ini disampaikan Yesus dalam rangka mengajarkan murid-murid-Nya tentang pentingnya ketekunan dalam doa dan keyakinan akan keadilan Allah. Sebelumnya, dalam Lukas 17, Yesus berbicara tentang kedatangan Kerajaan Allah dan bagaimana murid-murid harus bersiap menghadapi kesulitan dan penolakan. Dalam konteks ini, Yesus memberikan perumpamaan untuk menguatkan iman para murid, agar mereka tidak putus asa dalam berdoa dan tetap percaya pada janji Allah.

Janda dalam perumpamaan ini mewakili orang-orang yang terpinggirkan dan tidak berdaya dalam masyarakat. Janda, dalam tradisi Yahudi, sering kali dianggap sebagai simbol dari orang yang rentan dan tanpa perlindungan. Sementara itu, hakim yang tidak adil dalam perumpamaan ini mewakili ketidakadilan dan ketidakpedulian terhadap orang miskin dan lemah.

2. "Seorang Hakim yang Tidak Takut akan Allah dan Tidak Menghormati Seorang Pun" (Lukas 18:2)

Perumpamaan ini dimulai dengan memperkenalkan seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun. Dalam konteks masyarakat Yahudi, hakim memiliki tugas untuk menegakkan keadilan berdasarkan hukum Allah. Namun, hakim dalam perumpamaan ini adalah contoh dari seorang yang tidak memiliki rasa takut kepada Tuhan dan tidak peduli terhadap keadilan.

a. Hakim yang Tidak Adil

Hakim ini digambarkan sebagai seorang yang lalim, yang hanya peduli pada kepentingan dirinya sendiri. Ia tidak takut akan Allah, yang artinya ia tidak tunduk pada hukum-hukum ilahi atau moralitas yang berasal dari Tuhan. Selain itu, ia juga tidak menghormati orang lain, yang berarti bahwa ia tidak memiliki rasa hormat atau perhatian terhadap hak-hak orang lain, terutama mereka yang lemah dan membutuhkan perlindungan hukum, seperti janda dalam perumpamaan ini.

Hakim ini menjadi simbol dari ketidakadilan di dunia dan representasi dari orang-orang yang berkuasa namun tidak peduli pada penderitaan orang-orang yang tidak berdaya. Dalam banyak hal, hakim ini mencerminkan realitas yang sering dihadapi oleh masyarakat di zaman Yesus maupun di zaman modern: ketidakadilan dan pengabaian terhadap hak-hak orang miskin dan terpinggirkan.

b. Relevansi Sosial dari Hakim yang Tidak Adil

Perumpamaan ini menunjukkan kepada kita bahwa ketidakadilan adalah sesuatu yang nyata dalam masyarakat, di mana sering kali orang-orang yang lemah atau tidak memiliki kuasa dibiarkan tanpa pembelaan. Hakim yang tidak adil mencerminkan banyak situasi dalam kehidupan kita saat ini, di mana keadilan sering kali sulit dicapai, terutama bagi mereka yang tidak memiliki kekuasaan atau sumber daya.

Namun, perumpamaan ini bukan hanya tentang ketidakadilan duniawi. Yesus menggunakan karakter ini untuk menyoroti betapa berbeda Allah kita, yang adil dan setia, dibandingkan dengan penguasa-penguasa duniawi yang tidak adil.

3. "Seorang Janda yang Selalu Datang" (Lukas 18:3)

Janda dalam perumpamaan ini adalah karakter utama lainnya. Dalam tradisi Yahudi, seorang janda sering kali merupakan simbol dari seseorang yang rentan dan tanpa perlindungan. Janda dalam perumpamaan ini selalu datang kepada hakim dan memohon keadilan atas lawannya, yang menggambarkan ketekunan dan keberaniannya dalam mencari keadilan.

a. Janda sebagai Simbol Orang yang Terpinggirkan

Di zaman Yesus, janda sering kali bergantung pada belas kasihan orang lain, karena mereka tidak memiliki sumber daya atau pengaruh untuk memperjuangkan hak-hak mereka. Janda dalam perumpamaan ini adalah gambaran dari orang yang tidak memiliki siapa pun untuk membelanya, tetapi ia tidak menyerah. Meskipun ia tahu bahwa hakim tidak peduli, janda ini terus berusaha mendapatkan keadilan.

Dalam konteks ini, janda bisa dilihat sebagai simbol dari orang-orang percaya yang sering kali merasa tidak berdaya dalam menghadapi ketidakadilan di dunia, namun tetap bertekun dalam doa kepada Allah yang adil.

b. Ketekunan dalam Doa

Janda ini menunjukkan ketekunan dalam meminta keadilan. Meskipun hakim menolaknya berkali-kali, ia tetap datang dan terus memohon. Ini adalah gambaran yang kuat tentang bagaimana kita, sebagai orang percaya, harus bertekun dalam doa. Yesus menggunakan perumpamaan ini untuk mengajarkan bahwa kita tidak boleh cepat menyerah dalam doa, bahkan ketika jawaban tampaknya tidak segera datang.

Dalam kehidupan Kristen, kita sering kali merasa frustrasi atau kecewa ketika doa kita tampaknya tidak dijawab. Namun, janda dalam perumpamaan ini mengajarkan bahwa ketekunan adalah kunci. Kita harus terus berdoa dengan iman, percaya bahwa Allah akan mendengar dan memberikan keadilan pada waktu-Nya yang tepat.

4. "Hakim yang Lalai Akhirnya Memberikan Keadilan" (Lukas 18:4-5)

Meski awalnya menolak, hakim dalam perumpamaan ini akhirnya memberikan keadilan kepada janda itu, tetapi bukan karena ia peduli atau merasa tergerak oleh keadilan. Sebaliknya, ia bertindak karena merasa terganggu oleh ketekunan janda itu. Dia berkata dalam hatinya: "Namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus-menerus datang dan akhirnya menyerang aku."

a. Hakim Bertindak karena Keegoisannya

Hakim ini akhirnya memenuhi permintaan janda itu, bukan karena ia mengubah sikap atau mulai menghormati Allah, tetapi semata-mata karena ia tidak ingin terus diganggu oleh permintaan janda tersebut. Ini menunjukkan bahwa hakim bertindak berdasarkan keegoisannya, bukan karena ia peduli pada keadilan.

Yesus menggunakan contoh hakim yang tidak adil ini untuk mengajarkan kontras dengan sifat Allah. Jika seorang hakim yang tidak adil saja bisa memberikan keadilan karena ketekunan seorang janda, apalagi Allah yang penuh kasih dan adil?

b. Allah yang Mendengar Doa Orang-Orang Percaya

Yesus kemudian membuat perbandingan yang sangat kuat antara hakim yang tidak adil dan Allah yang adil. Jika seorang hakim yang lalim akhirnya memberikan keadilan, betapa lebih lagi Allah yang adil dan penuh kasih akan mendengar doa-doa orang percaya yang datang kepada-Nya dengan ketekunan. Ini adalah jaminan bahwa Allah tidak akan membiarkan orang-orang pilihan-Nya terabaikan, tetapi Dia akan bertindak demi kebaikan mereka.

Ini mengajarkan bahwa meskipun kita mungkin menghadapi situasi yang tampaknya tidak adil atau sulit, kita bisa memiliki keyakinan penuh bahwa Allah mendengar doa-doa kita dan akan bertindak tepat pada waktunya.

5. "Tidakkah Allah Akan Membenarkan Orang-Orang Pilihan-Nya?" (Lukas 18:7)

Yesus kemudian melanjutkan dengan pertanyaan retoris: "Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?" Pertanyaan ini mengandung janji bahwa Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang bertekun dalam doa.

a. Orang-Orang Pilihan Allah

Istilah orang-orang pilihan-Nya merujuk pada mereka yang telah dipilih Allah, yaitu umat percaya yang berserah diri kepada-Nya. Ini mengacu pada kita, orang-orang yang hidup dalam iman kepada Yesus Kristus. Yesus menjanjikan bahwa Allah akan membela dan memberikan keadilan kepada orang-orang pilihan-Nya, meskipun mungkin tampaknya ada penundaan dalam jawaban doa mereka.

Ini mengajarkan bahwa Allah tidak pernah lalai atau mengabaikan doa-doa umat-Nya. Bahkan jika jawabannya tampak tertunda, kita dapat percaya bahwa Allah selalu bekerja dalam waktu yang sempurna dan dengan cara yang sesuai dengan rencana-Nya.

b. Tidak Ada Penundaan dalam Keadilan Allah

Yesus mengatakan bahwa Allah tidak mengulur-ulur waktu dalam menolong orang-orang pilihan-Nya. Meskipun kadang-kadang kita merasa bahwa jawaban Allah datang terlambat, kenyataannya adalah bahwa Allah selalu bertindak pada waktu yang tepat. Penundaan dalam pandangan manusia sering kali merupakan waktu yang sempurna dalam pandangan Allah.

Iman kepada keadilan Allah mengajarkan kita untuk bersabar dan percaya bahwa Allah akan bertindak sesuai dengan kehendak-Nya, bahkan ketika kita tidak bisa melihat jawabannya dengan segera.

6. "Ia Akan Segera Membenarkan Mereka" (Lukas 18:8)

Yesus menegaskan bahwa Allah akan segera membenarkan orang-orang pilihan-Nya. Kata "segera" di sini tidak selalu berarti bahwa jawaban datang dengan segera menurut waktu manusia, tetapi lebih kepada jaminan bahwa keadilan Allah pasti akan datang pada waktu yang tepat.

a. Allah yang Adil dan Setia

Yesus mengajarkan bahwa Allah adalah adil dan setia terhadap janji-Nya. Tidak seperti hakim yang tidak peduli, Allah kita adalah Allah yang penuh kasih dan berkomitmen untuk menegakkan keadilan bagi umat-Nya. Pengampunan, penyelamatan, dan keadilan yang kita harapkan dari Allah adalah sesuatu yang pasti akan diberikan.

b. Kecepatan dalam Konteks Kekekalan

Kata "segera" ini harus dipahami dalam konteks waktu kekal Allah. Dalam pandangan kekekalan, keadilan Allah akan datang dengan cepat dan tepat waktu. Meskipun bagi kita tampaknya ada penundaan, dalam rencana kekal-Nya, Allah selalu bertindak pada saat yang paling tepat dan sempurna.

7. "Adakah Ia Mendapati Iman di Bumi?" (Lukas 18:8)

Bagian akhir dari ayat 8 adalah pertanyaan penting: "Jika Anak Manusia datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?" Ini adalah pertanyaan reflektif yang menantang kita sebagai orang percaya untuk mempertahankan iman kita, terutama dalam menghadapi tantangan, ketidakadilan, dan penundaan dalam doa.

a. Ujian Iman

Pertanyaan ini menunjukkan bahwa ketekunan dalam doa bukan hanya tentang meminta sesuatu kepada Allah, tetapi juga tentang mempertahankan iman kita kepada-Nya meskipun menghadapi kesulitan. Yesus mengingatkan kita bahwa ketika Dia datang kembali, yang paling penting adalah apakah kita tetap setia dalam iman kepada-Nya.

b. Iman yang Bertekun Sampai Akhir

Yesus ingin memastikan bahwa kita tidak menyerah dalam iman, bahkan ketika kita tidak melihat jawaban langsung dari doa-doa kita. Iman yang bertekun hingga akhir adalah tanda dari orang percaya yang sejati. Kita dipanggil untuk terus berdoa dengan keyakinan bahwa Allah mendengar kita, dan bahwa keadilan dan pembebasan pasti akan datang.

8. Aplikasi Praktis Lukas 18:2-8 dalam Kehidupan Kristen

Lukas 18:2-8 mengajarkan beberapa prinsip penting yang dapat diterapkan dalam kehidupan kita sebagai orang percaya:

a. Ketekunan dalam Doa

Yesus mengajarkan bahwa kita harus bertekun dalam doa. Meskipun ada saat-saat ketika doa kita tampaknya tidak segera dijawab, kita tidak boleh menyerah. Ketekunan dalam doa menunjukkan iman kita bahwa Allah mendengar dan akan menjawab pada waktu yang tepat.

b. Keyakinan pada Keadilan Allah

Kita harus percaya bahwa Allah adalah adil dan akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya. Meskipun kita mungkin menghadapi ketidakadilan di dunia, kita bisa yakin bahwa Allah akan membalas kejahatan dan memberikan keadilan pada waktu-Nya.

c. Iman yang Terus Bertumbuh

Yesus menantang kita untuk memiliki iman yang terus bertumbuh. Pertanyaan Yesus, "Adakah Ia mendapati iman di bumi?" mengingatkan kita bahwa iman kita harus tetap kuat, bahkan ketika kita tidak melihat jawaban langsung atas doa-doa kita. Iman yang kuat adalah iman yang tetap berpegang teguh pada Allah, meskipun kita menghadapi penantian dan kesulitan.

Kesimpulan.

Perumpamaan dalam Lukas 18:2-8 memberikan pengajaran yang kuat tentang pentingnya ketekunan dalam doa dan keyakinan akan keadilan Allah. Meskipun kita mungkin menghadapi ketidakadilan atau merasa bahwa doa kita tidak dijawab dengan segera, kita diajarkan untuk terus berdoa dengan iman yang teguh, karena Allah mendengar seruan kita dan akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya.

Yesus menggunakan perumpamaan tentang seorang janda yang terus-menerus meminta keadilan dari hakim yang tidak adil untuk mengajarkan bahwa Allah, yang adil dan penuh kasih, pasti akan memberikan keadilan kepada umat-Nya. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk bertekun dalam iman dan tidak menyerah dalam doa, mengetahui bahwa keadilan dan keselamatan pasti akan datang dari Tuhan pada waktu-Nya yang sempurna.
Next Post Previous Post