Kualifikasi Diaken dalam 1 Timotius 3:8-13: Tinjauan dari Perspektif Teologis
Pengantar:
Dalam suratnya kepada Timotius, Rasul Paulus memberikan arahan penting mengenai kualifikasi bagi para pemimpin gereja, termasuk diaken. 1 Timotius 3:8-13 secara khusus berfokus pada persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang diaken, yakni pelayan gereja yang bertanggung jawab untuk membantu dalam pelayanan praktis dan administratif, sambil menjaga integritas spiritualnya.Artikel ini akan mengeksplorasi 13 kualifikasi bagi diaken yang tercantum dalam 1 Timotius 3:8-13, dengan mengacu pada beberapa pandangan dari para pakar teologi serta referensi dari literatur teologis.
1. Dihormati (1 Timotius 3:8)
Kualifikasi pertama yang disebutkan Paulus adalah bahwa seorang diaken harus "dihormati". Dalam bahasa Yunani, kata yang digunakan adalah semnos, yang dapat berarti "bermartabat" atau "terhormat". John Calvin, dalam komentarnya terhadap 1 Timotius, menekankan bahwa seorang diaken harus menjalani hidup yang terhormat dan bermoral sehingga dapat menjadi teladan bagi jemaat. Kehormatan ini bukan hanya terkait dengan sikap, tetapi juga karakter yang memancarkan integritas dan ketulusan dalam pelayanan.
William Hendriksen, dalam komentarnya terhadap Surat 1 Timotius, menekankan bahwa kualifikasi ini penting untuk menunjukkan bahwa diaken tidak hanya dihormati oleh sesama pemimpin gereja, tetapi juga oleh seluruh jemaat. Seorang diaken harus memiliki reputasi yang baik di dalam dan di luar gereja, serta dipandang sebagai orang yang layak untuk memikul tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya.
2. Tidak Bercabang Lidah (1 Timotius 3:8)
Selanjutnya, seorang diaken harus "tidak bercabang lidah". Hal ini mengacu pada konsistensi dalam berbicara dan bertindak. Charles Spurgeon, dalam berbagai tulisannya, menekankan pentingnya integritas dalam berbicara bagi setiap pemimpin gereja. Diaken harus jujur dalam setiap perkataannya, tidak berkata sesuatu kepada satu orang dan hal yang berbeda kepada orang lain.
John Stott, dalam bukunya The Message of 1 Timothy and Titus, menjelaskan bahwa kualifikasi ini menunjukkan bahwa seorang diaken haruslah seseorang yang dapat dipercaya dan konsisten, tidak terlibat dalam gosip atau manipulasi kata-kata. Ia harus memiliki ketulusan dalam komunikasi, tidak mudah dipengaruhi oleh tekanan atau kepentingan pribadi.
3. Tidak Kecanduan Minuman Anggur (1 Timotius 3:8)
Paulus juga menetapkan bahwa seorang diaken tidak boleh kecanduan minuman anggur. Dalam konteks ini, Matthew Henry menekankan bahwa pengendalian diri, khususnya dalam hal konsumsi alkohol, merupakan salah satu tanda kedewasaan spiritual. Seorang diaken harus mampu menunjukkan pengendalian diri dalam gaya hidupnya, tidak memperbudak dirinya oleh keinginan daging.
R.C. Sproul, dalam bukunya Essential Truths of the Christian Faith, menyoroti bahwa pemimpin gereja, termasuk diaken, harus menjaga kesadaran dan kejernihan pikiran. Ketergantungan pada alkohol dapat mengaburkan kemampuan seseorang untuk membuat keputusan yang bijaksana dan bertindak dalam kehendak Tuhan. Oleh karena itu, kontrol diri dalam hal ini sangat penting.
4. Tidak Mencari Keuntungan yang Tidak Jujur (1 Timotius 3:8)
Seorang diaken juga harus bebas dari keinginan untuk mencari keuntungan yang tidak jujur. John MacArthur, dalam komentarnya terhadap 1 Timotius, menyatakan bahwa seorang diaken harus memiliki integritas finansial dan tidak boleh terlibat dalam praktik-praktik yang curang atau tidak etis. Ia harus dikenal sebagai orang yang adil dan jujur dalam segala aspek kehidupannya, terutama yang berkaitan dengan uang.
Richard Baxter, dalam karyanya The Reformed Pastor, menegaskan bahwa orang yang melayani gereja tidak boleh termotivasi oleh keuntungan materi, tetapi oleh hasrat untuk melayani Tuhan dan umat-Nya. Pelayanan diaken bukanlah sarana untuk memperkaya diri, melainkan panggilan untuk memberikan hidup bagi orang lain.
5. Memegang Rahasia Kebenaran Iman dengan Hati Nurani yang Bersih (1 Timotius 3:9)
Seorang diaken harus memegang "rahasia kebenaran iman dengan hati nurani yang bersih". Ini merujuk pada pemahaman yang benar tentang Injil dan pengajaran iman Kristen. N.T. Wright, dalam bukunya Paul for Everyone: The Pastoral Letters, menekankan bahwa diaken harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang doktrin Kristen dan mampu hidup sesuai dengan pengajaran tersebut. Ia tidak hanya mengetahui kebenaran, tetapi juga mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
John Calvin, dalam komentarnya terhadap ayat ini, menunjukkan bahwa seorang diaken harus memiliki hati nurani yang bersih, yang berarti ia hidup dalam ketaatan kepada Tuhan dan tidak memiliki dosa tersembunyi yang menghalangi hubungannya dengan Allah. Kebenaran iman harus dijaga dan dihidupi dengan kejujuran dan ketulusan.
6. Diuji Terlebih Dahulu (1 Timotius 3:10)
Paulus juga menyatakan bahwa diaken harus diuji terlebih dahulu sebelum melayani. Ini menunjukkan bahwa seorang diaken tidak boleh langsung diangkat, tetapi harus membuktikan dirinya melalui karakter dan pelayanan yang setia. Alexander Strauch, dalam bukunya Biblical Eldership, menyatakan bahwa pengujian ini mungkin melibatkan observasi yang teliti dari jemaat untuk memastikan bahwa seseorang layak dipercaya dalam pelayanan diaken.
Wayne Grudem, dalam Systematic Theology, menyatakan bahwa pengujian ini penting untuk memastikan bahwa diaken adalah orang yang tidak bercela. Mereka harus menunjukkan kualitas karakter yang sesuai dengan panggilan mereka sebelum ditetapkan dalam peran resmi.
7. Tidak Bercela (1 Timotius 3:10)
Setelah diuji, diaken yang terbukti tidak bercela dapat melayani. John Stott menekankan bahwa menjadi "tidak bercela" bukan berarti tanpa dosa, tetapi berarti bahwa seseorang tidak dapat dicela oleh tuduhan moral atau perilaku yang buruk. Diaken harus menunjukkan kehidupan yang saleh dan integritas yang tinggi sehingga ia tidak memberikan alasan bagi orang lain untuk mencela hidupnya atau pelayanannya.
Dalam bukunya The Purpose Driven Church, Rick Warren menekankan bahwa kualifikasi ini penting untuk menjaga kesaksian gereja. Jika seorang diaken terbukti bercela dalam perilaku atau kehidupan moralnya, hal itu dapat merusak reputasi gereja dan melemahkan pelayanannya.
8. Istri-Istri yang Dihormati (1 Timotius 3:11)
Paulus juga mengarahkan perhatian pada istri-istri diaken, yang haruslah orang yang dihormati. Matthew Henry, dalam komentarnya, menyatakan bahwa kehidupan keluarga diaken sangat penting, karena istri yang tidak menunjukkan karakter yang saleh dapat mempengaruhi kesaksian dan pelayanan suaminya. Istri diaken haruslah seseorang yang memiliki reputasi baik dan dapat dipercaya dalam segala hal.
John MacArthur menekankan bahwa peran istri dalam kehidupan seorang diaken sangat penting, karena pelayanan diaken sering kali melibatkan tanggung jawab keluarga. Istri diaken harus mampu mendukung pelayanan suaminya dengan kehidupan yang terhormat dan penuh integritas.
9. Bukan Pemfitnah (1 Timotius 3:11)
Istri diaken juga tidak boleh menjadi pemfitnah. Charles Spurgeon, dalam salah satu tulisannya, memperingatkan tentang bahaya gosip dan fitnah dalam gereja. Seorang istri diaken harus dapat menjaga lidahnya dari mengatakan hal-hal yang tidak benar atau merusak reputasi orang lain. Ini adalah bagian penting dari menjaga integritas keluarga dan pelayanan suaminya.
Alexander Strauch menambahkan bahwa seorang pemimpin gereja, termasuk diaken, harus menjaga komunitas gereja dari bahaya fitnah yang dapat merusak kesatuan dan keharmonisan di antara jemaat. Karena itu, istri-istri diaken juga harus menjaga kehidupan mereka dari segala bentuk gosip.
10. Menguasai Diri (1 Timotius 3:11)
Istri-istri diaken juga harus mampu menguasai diri. John Calvin menyatakan bahwa pengendalian diri adalah tanda kedewasaan spiritual. Pengendalian diri ini mencakup banyak aspek, termasuk sikap, perilaku, dan kemampuan untuk menahan diri dari dosa dan tindakan yang tidak sesuai dengan iman Kristen.
Dallas Willard, dalam bukunya The Spirit of the Disciplines, menjelaskan bahwa pengendalian diri adalah buah dari hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus. Seorang istri diaken yang mampu menguasai dirinya akan mendukung suaminya dalam pelayanan dan menjadi teladan dalam komunitas gereja.
11. Dapat Dipercaya dalam Segala Hal (1 Timotius 3:11)
Istri diaken harus dapat dipercaya dalam segala hal. William Barclay, dalam komentarnya terhadap 1 Timotius, menyatakan bahwa ini mencakup integritas dan kesetiaan dalam semua aspek kehidupan, baik dalam keluarga maupun dalam pelayanan. Kesetiaan ini penting untuk mendukung peran suaminya sebagai diaken.
Wayne Grudem, dalam Christian Ethics, menekankan bahwa menjadi dapat dipercaya adalah bagian dari karakter Kristen yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin dan keluarga mereka. Istri diaken yang dapat dipercaya akan memperkuat kesaksian suaminya dalam gereja.
12. Suami dari Satu Istri (1 Timotius 3:12)
Seorang diaken harus menjadi suami dari satu istri. John MacArthur menjelaskan bahwa kualifikasi ini menegaskan pentingnya kesetiaan dalam pernikahan. Seorang diaken harus menunjukkan kesetiaan dan komitmen kepada satu istri, dan ini mencerminkan hubungan Kristus dengan gereja, yang juga ditandai oleh kesetiaan.
N.T. Wright dalam bukunya Paul: A Biography juga menekankan bahwa kesetiaan dalam pernikahan adalah tanda dari kehidupan yang berintegritas dan tanggung jawab. Seorang diaken harus menjadi teladan dalam hal ini, karena keluarga adalah fondasi penting dari kehidupan gereja.
13. Mengatur Rumah Tangganya dengan Baik (1 Timotius 3:12)
Terakhir, seorang diaken harus dapat mengatur anak-anak dan rumah tangganya dengan baik. Alexander Strauch menyatakan bahwa jika seorang diaken tidak mampu memimpin rumah tangganya sendiri, bagaimana mungkin ia dapat dipercaya untuk memimpin di gereja? Kehidupan keluarga yang tertib dan harmonis adalah bukti bahwa diaken memiliki kualitas kepemimpinan yang diperlukan untuk melayani gereja.
John Piper juga menekankan dalam bukunya This Momentary Marriage bahwa peran seorang suami dan ayah dalam keluarga adalah gambaran dari kasih Kristus kepada gereja. Diaken yang mampu memimpin keluarganya dengan baik akan menunjukkan karakter Kristus dalam pelayanan dan kehidupan pribadinya.
Kesimpulan
Kualifikasi yang Paulus berikan dalam 1 Timotius 3:8-13 menggambarkan pentingnya integritas, kesetiaan, dan tanggung jawab dalam kehidupan seorang diaken dan keluarganya. Pelayanan diaken bukan hanya tentang tugas administratif, tetapi juga tentang karakter yang mencerminkan Kristus dalam segala hal. Para pakar teologi, seperti John Calvin, William Hendriksen, dan John MacArthur, sepakat bahwa kualifikasi ini bukan hanya untuk menjaga struktur gereja, tetapi juga untuk memastikan bahwa pelayanan dilakukan dengan kesalehan dan integritas.
Diaken yang memenuhi kualifikasi ini akan membawa kehormatan bagi dirinya sendiri dan keyakinan yang besar dalam imannya kepada Yesus Kristus (1 Timotius 3:13). Pelayanan mereka akan berdampak besar bagi gereja, tidak hanya dalam tugas praktis, tetapi juga dalam menjadi teladan hidup yang mengikuti Kristus.