Lukas 21:29-31 - Perumpamaan Pohon Ara: Pertanda Kedatangan Kerajaan Allah

Pendahuluan:

Dalam Lukas 21:29-31, Yesus memberikan sebuah perumpamaan singkat yang menggunakan gambaran pohon ara dan pohon-pohon lain sebagai ilustrasi untuk menjelaskan tanda-tanda kedatangan Kerajaan Allah. Perumpamaan ini muncul di tengah pengajaran Yesus tentang akhir zaman, yang menjelaskan berbagai peristiwa yang akan mendahului kedatangan-Nya kembali. Perumpamaan ini menggambarkan pentingnya kewaspadaan rohani dan pengertian terhadap tanda-tanda zaman, karena seperti halnya musim panas yang dapat diketahui dari tanda-tanda alam, demikian pula kedatangan Kerajaan Allah dapat diketahui dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia.

Ayat-ayat tersebut berbunyi:

"Kemudian, Yesus menceritakan sebuah perumpamaan kepada mereka, 'Lihatlah pohon ara dan semua pohon yang lain. Apabila pohon-pohon itu menumbuhkan daun-daunnya, kamu akan mengerti dan mengetahui bahwa musim panas sudah dekat. Begitu pula apabila kamu melihat semua itu terjadi, kamu akan tahu bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.'" (Lukas 21:29-31, AYT).
Lukas 21:29-31 - Perumpamaan Pohon Ara: Pertanda Kedatangan Kerajaan Allah
Artikel ini akan menguraikan makna perumpamaan ini, pandangan beberapa teolog terkenal tentang Lukas 21:29-31, dan penerapannya bagi kehidupan orang percaya dalam konteks zaman modern. Kita akan mengeksplorasi pandangan dari John Calvin, N.T. Wright, dan John Stott, serta bagaimana teks ini relevan bagi pengikut Kristus dalam hal mengenali tanda-tanda kedatangan Kerajaan Allah.

1. Latar Belakang Perumpamaan Pohon Ara

Perumpamaan pohon ara muncul setelah Yesus menguraikan berbagai tanda tentang kehancuran Yerusalem dan kedatangan Anak Manusia dalam Lukas 21. Yesus berbicara tentang gempa bumi, kelaparan, perang, dan berbagai peristiwa kosmis yang akan mengguncang dunia. Di tengah semua peringatan itu, Yesus memberikan perumpamaan sederhana yang berfungsi sebagai penjelasan tentang bagaimana memahami tanda-tanda yang menunjukkan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.

N.T. Wright, dalam Jesus and the Victory of God, menekankan bahwa perumpamaan ini merupakan pengajaran Yesus untuk membantu murid-murid-Nya memahami tanda-tanda yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa eskatologis (akhir zaman). Wright menulis, “Yesus tidak mengajarkan murid-murid-Nya untuk takut, tetapi untuk waspada dan memahami bahwa tanda-tanda tertentu menandakan perubahan besar dalam sejarah Allah dengan umat-Nya.” Pohon ara yang mulai menumbuhkan daun-daunnya menunjukkan bahwa ada tanda-tanda yang jelas yang dapat dikenali oleh orang percaya, sebagaimana tanda-tanda alam menunjukkan pergantian musim.

John Stott, dalam The Message of the Sermon on the Mount, menggarisbawahi pentingnya memahami bahwa tanda-tanda tersebut bukan hanya untuk menakut-nakuti, tetapi juga untuk memberi harapan. “Tanda-tanda akhir zaman seharusnya membuat kita waspada, bukan panik. Tanda-tanda ini adalah pengingat bahwa Allah masih memegang kendali atas sejarah dan bahwa kedatangan-Nya membawa harapan bagi mereka yang setia,” tulis Stott. Perumpamaan ini mendorong murid-murid untuk bersiap, bukan karena ketakutan, tetapi karena pengharapan akan penggenapan janji Allah.

2. Pohon Ara sebagai Simbol dalam Kitab Suci

Pohon ara dalam Alkitab sering kali digunakan sebagai simbol untuk berbagai makna teologis. Dalam banyak kasus, pohon ara menjadi lambang kemakmuran, damai, atau kondisi spiritual umat Allah. Dalam Perjanjian Lama, pohon ara sering dikaitkan dengan Israel. Misalnya, dalam Hosea 9:10, Tuhan berbicara tentang Israel sebagai buah sulung dari pohon ara. Oleh karena itu, perumpamaan ini mungkin memiliki makna yang lebih dalam, di mana pohon ara tidak hanya mewakili perubahan musim tetapi juga menandakan tanda-tanda khusus yang terjadi dalam sejarah umat Allah.

John Calvin, dalam komentarnya tentang Injil Lukas, menjelaskan bahwa Yesus menggunakan pohon ara sebagai ilustrasi yang dikenal luas dalam masyarakat agraris saat itu. Calvin menulis, “Yesus memilih pohon ara karena orang-orang bisa memahami bagaimana tanda-tanda alamiah menunjukkan sesuatu yang lebih besar yang sedang terjadi. Sama seperti perubahan pada pohon ara menandakan datangnya musim panas, demikian juga peristiwa-peristiwa yang Yesus bicarakan menandakan kedatangan Kerajaan Allah.” Calvin menekankan bahwa perumpamaan ini mengajarkan kita untuk melihat lebih dalam dari peristiwa lahiriah dan menyadari makna rohani yang ada di baliknya.

3. Tanda-Tanda yang Menunjukkan Kedekatan Kerajaan Allah

Yesus mengatakan bahwa sama seperti orang-orang dapat mengetahui musim panas dari pertumbuhan daun-daun pada pohon ara, demikian pula orang percaya dapat mengetahui bahwa Kerajaan Allah sudah dekat dari tanda-tanda yang terjadi di dunia. Ini menggarisbawahi pentingnya peka terhadap tanda-tanda zaman. Perumpamaan ini bukan sekadar ajakan untuk mengenali perubahan fisik, tetapi untuk memahami bagaimana Allah bekerja dalam sejarah.

N.T. Wright menekankan bahwa tanda-tanda yang Yesus sebutkan dalam konteks ini terkait erat dengan peristiwa historis, seperti kehancuran Yerusalem pada tahun 70 Masehi, tetapi juga memiliki implikasi lebih besar tentang kedatangan Kerajaan Allah secara penuh di masa depan. Wright menulis, “Yesus tidak hanya berbicara tentang satu peristiwa tertentu, tetapi tentang pola kerja Allah dalam sejarah yang mengarah pada pembaruan ciptaan. Tanda-tanda ini mengundang orang percaya untuk melihat lebih jauh dan menyadari bahwa Allah sedang mengerjakan sesuatu yang besar dalam dunia.”

John Stott menambahkan bahwa tanda-tanda yang Yesus sebutkan bukan hanya peringatan akan penghakiman, tetapi juga janji bahwa Kerajaan Allah sedang mendekat. “Bagi orang percaya, tanda-tanda ini adalah alasan untuk mengangkat kepala dan bersukacita, karena kedatangan Kerajaan berarti kedatangan keselamatan dan pembebasan,” tulis Stott. Jadi, tanda-tanda yang Yesus maksud bukan hanya tentang kehancuran, tetapi tentang penggenapan janji Allah yang memberikan harapan bagi mereka yang setia.

4. Kehidupan dalam Kewaspadaan Rohani

Perumpamaan ini mengajarkan bahwa orang percaya harus selalu hidup dalam kewaspadaan rohani, siap untuk kedatangan Tuhan setiap saat. Kewaspadaan ini tidak berarti hidup dalam ketakutan akan akhir zaman, tetapi berarti hidup dengan harapan penuh dan memfokuskan hati pada kehendak Allah setiap hari. Sebagaimana orang bisa memperkirakan datangnya musim panas dari pohon ara, demikian juga orang percaya harus belajar untuk peka terhadap pekerjaan Tuhan dalam sejarah.

John Calvin menekankan pentingnya kewaspadaan ini dengan menulis, “Kewaspadaan rohani adalah tanda dari iman yang hidup. Mereka yang benar-benar beriman akan selalu mencari tanda-tanda kehadiran Allah dan bersiap untuk menyambut kedatangan-Nya dengan hati yang tulus.” Bagi Calvin, kewaspadaan bukan sekadar tindakan pasif menunggu, tetapi juga mencakup tindakan aktif menjalankan kehendak Allah dalam hidup sehari-hari.

Martin Luther, dalam Commentary on the Sermon on the Mount, menekankan bahwa kewaspadaan spiritual berarti hidup dalam ketaatan yang penuh kasih kepada Allah. “Yesus mengajar kita untuk berjaga-jaga, bukan hanya dengan menunggu tanda-tanda akhir zaman, tetapi dengan menjalani kehidupan yang kudus dan benar setiap hari, karena kita tidak tahu kapan hari itu akan tiba,” tulis Luther. Kewaspadaan rohani berarti hidup setiap hari seolah-olah Tuhan dapat datang kapan saja, dengan fokus pada pelayanan dan kasih.

5. Relevansi Perumpamaan Pohon Ara bagi Orang Percaya Masa Kini

Perumpamaan ini sangat relevan bagi kehidupan orang percaya di zaman modern. Dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian, perubahan, dan peristiwa global yang tidak menentu, perumpamaan ini mengingatkan kita bahwa Allah memegang kendali atas sejarah dan bahwa kedatangan Kerajaan Allah adalah suatu kepastian. Orang percaya dipanggil untuk hidup dalam kewaspadaan rohani, peka terhadap tanda-tanda zaman, tetapi juga penuh pengharapan akan penggenapan janji Tuhan.

N.T. Wright menekankan bahwa kita hidup dalam waktu yang disebutnya sebagai "masa ketegangan," antara kedatangan pertama Kristus dan penggenapan penuh dari Kerajaan Allah. “Tanda-tanda zaman tidak hanya berbicara tentang peristiwa-peristiwa apokaliptik, tetapi juga tentang bagaimana Kerajaan Allah terus bekerja di dunia ini melalui gereja dan pelayanan Kristus. Kita dipanggil untuk menjadi bagian dari pekerjaan itu dengan membawa keadilan, kasih, dan damai sejahtera kepada dunia,” tulis Wright. Orang percaya tidak hanya menunggu kedatangan Kerajaan, tetapi juga dipanggil untuk berpartisipasi dalam mewujudkannya melalui pelayanan kepada sesama.

John Stott menambahkan bahwa kewaspadaan rohani tidak berarti ketakutan terhadap tanda-tanda akhir zaman, tetapi kesiapan untuk bertemu dengan Tuhan setiap saat. “Perumpamaan ini mengundang kita untuk menjalani kehidupan yang setia dan penuh pengharapan, mengetahui bahwa Tuhan akan datang kembali sesuai dengan janji-Nya. Tugas kita adalah tetap setia dalam ketaatan dan pelayanan, sambil menantikan kedatangan-Nya,” tulis Stott.

6. Penerapan dalam Kehidupan Kristen Sehari-hari

Perumpamaan pohon ara dalam Lukas 21:29-31 memberikan beberapa penerapan praktis bagi kehidupan orang percaya:

  1. Hidup dalam Kewaspadaan Rohani
    Orang percaya dipanggil untuk hidup dalam kewaspadaan rohani, selalu siap untuk menyambut kedatangan Tuhan. Ini berarti menjaga iman tetap hidup, mempraktikkan kasih, dan melayani Tuhan dengan setia dalam setiap aspek kehidupan kita. Hidup dalam kewaspadaan tidak berarti ketakutan akan masa depan, tetapi hidup dalam pengharapan akan penggenapan janji Tuhan.

  2. Peka Terhadap Pekerjaan Tuhan dalam Sejarah
    Yesus menggunakan tanda-tanda alamiah untuk menunjukkan bahwa orang percaya harus peka terhadap pekerjaan Tuhan dalam sejarah. Kita dipanggil untuk melihat tanda-tanda zaman bukan hanya sebagai peringatan, tetapi juga sebagai bukti bahwa Allah sedang bekerja membawa Kerajaan-Nya ke dunia. Ini mendorong kita untuk berpartisipasi dalam pekerjaan-Nya melalui pelayanan, misi, dan penyebaran Injil.

  3. Hidup dalam Pengharapan Akan Kedatangan Kristus
    Tanda-tanda yang Yesus sebutkan bukanlah alasan untuk ketakutan, melainkan sumber pengharapan. Orang percaya dipanggil untuk hidup dalam pengharapan penuh bahwa kedatangan Kristus akan membawa pemulihan dan keselamatan bagi umat-Nya. Harapan ini memberikan kekuatan dan keteguhan hati dalam menghadapi tantangan dan penderitaan.

  4. Bertindak Berdasarkan Iman yang Aktif
    Sebagaimana musim panas tiba setelah pohon ara menumbuhkan daun-daunnya, demikian pula iman yang sejati harus menghasilkan buah. Kita dipanggil untuk menghidupi iman kita dengan tindakan nyata, mencerminkan kasih Allah kepada dunia dan menumbuhkan buah-buah kebenaran dalam hidup kita.

Kesimpulan

Lukas 21:29-31 memberikan perumpamaan yang sederhana namun mendalam tentang pentingnya kewaspadaan dan kesiapan rohani dalam menghadapi kedatangan Kerajaan Allah. Yesus menggunakan perumpamaan pohon ara untuk mengajarkan bahwa orang percaya dapat mengenali tanda-tanda zaman, sebagaimana mereka mengenali tanda-tanda alamiah seperti pergantian musim.

Pandangan dari teolog-teolog seperti John Calvin, N.T. Wright, dan John Stott memperkaya pemahaman kita tentang teks ini. Mereka menekankan pentingnya hidup dalam kewaspadaan rohani, menghidupi iman yang aktif, dan penuh pengharapan akan kedatangan Kristus yang akan membawa pemulihan bagi seluruh ciptaan.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup setiap hari dengan kesiapan penuh, melayani Tuhan dengan setia, dan menantikan penggenapan janji-Nya dengan penuh pengharapan. Tanda-tanda yang kita lihat di dunia seharusnya bukan menjadi sumber ketakutan, tetapi panggilan untuk hidup dalam iman dan kasih yang aktif, mengetahui bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.

Next Post Previous Post