Lukas 5:36: Perumpamaan tentang Kain Baru dan Lama dalam Perspektif Teologis
Pengantar:
Lukas 5:36 mencatat salah satu perumpamaan Yesus: "Tidak seorang pun akan merobek sepotong kain dari pakaian yang baru untuk menambal pakaian yang sudah lama. Karena jika demikian, orang itu akan merusak pakaian yang baru, dan kain penambal dari pakaian yang baru itu tidak akan cocok dengan pakaian yang lama." Perumpamaan ini muncul dalam konteks Yesus berbicara tentang pembaruan yang Dia bawa melalui pelayanan-Nya dan tanggapan orang-orang terhadap pesan Injil.Perumpamaan ini mengandung makna yang lebih dalam daripada sekadar prinsip tentang kain atau pakaian. Melalui kata-kata ini, Yesus mengajarkan tentang ketidaksepadanan antara perjanjian lama yang diwakili oleh hukum Taurat dengan perjanjian baru yang Dia bawa, yakni Injil kasih karunia. Artikel ini akan menguraikan interpretasi Lukas 5:36 dari perspektif beberapa teolog dan membahas bagaimana perumpamaan ini mengajarkan tentang pembaruan rohani dan transformasi hidup dalam Yesus Kristus.
1. Konteks Perumpamaan dalam Lukas 5:36
Lukas 5:36 terjadi dalam konteks yang lebih luas di mana Yesus sedang menanggapi pertanyaan dan kritik dari para pemuka agama Yahudi, terutama mengenai praktik puasa dan disiplin rohani. Mereka mempertanyakan mengapa murid-murid Yesus tidak berpuasa seperti murid-murid Yohanes Pembaptis atau orang Farisi (Lukas 5:33). Dalam menanggapi hal ini, Yesus memberikan perumpamaan tentang kain baru dan lama, yang diikuti dengan perumpamaan tentang anggur baru dan kantong anggur yang lama (Lukas 5:37-38).
N.T. Wright, dalam bukunya Jesus and the Victory of God, menjelaskan bahwa perumpamaan ini tidak hanya membahas tentang perbedaan praktik puasa, tetapi menyentuh pada tema yang lebih besar: pembaruan yang Yesus bawa dalam bentuk kerajaan Allah yang baru. Perjanjian lama dan praktik-praktik keagamaan yang diwakili oleh hukum Taurat tidak dapat disandingkan begitu saja dengan perjanjian baru, yang membawa kehidupan dan kasih karunia melalui Kristus. Menurut Wright, Yesus sedang menegaskan bahwa pembaruan rohani yang Dia tawarkan tidak bisa menjadi sekadar tambahan atau perbaikan dari sistem lama. Itu adalah sesuatu yang sama sekali baru.
2. Perumpamaan tentang Kain Baru dan Lama: Tafsiran Teologis
John Calvin, dalam komentarnya terhadap Injil Lukas, menafsirkan perumpamaan ini sebagai ajaran tentang ketidakmungkinan mencampuradukkan hukum Taurat dengan Injil kasih karunia. Calvin menyatakan bahwa Yesus menggunakan gambaran kain baru dan lama untuk menekankan perbedaan fundamental antara perjanjian lama dan perjanjian baru. Injil tidak hanya berfungsi untuk memperbaiki atau menambal sistem yang ada, tetapi membawa pembaruan total. Dengan demikian, Yesus tidak datang untuk memperbarui atau memperbaiki agama Yahudi yang lama, tetapi untuk memperkenalkan tatanan yang sepenuhnya baru.
Calvin juga menekankan bahwa kain baru yang diambil untuk menambal kain lama tidak hanya merusak pakaian baru, tetapi juga tidak cocok dengan yang lama. Ini mencerminkan bagaimana usaha untuk menyatukan hukum Taurat dengan kasih karunia dalam Kristus akan menyebabkan ketidakcocokan dan kekacauan dalam kehidupan rohani. Oleh karena itu, pemahaman teologis yang berusaha mencampurkan hukum Taurat dengan Injil tidak akan berhasil karena sifat dasar dari kedua perjanjian ini bertentangan.
Leon Morris, dalam The Gospel According to Luke, menambahkan bahwa perumpamaan ini menggambarkan betapa radikalnya perubahan yang Yesus bawa. Hukum Taurat yang lama, dengan semua ketentuannya, tidak dapat ditambal atau diubah untuk menyesuaikan diri dengan Injil yang Yesus beritakan. Perjanjian baru adalah sesuatu yang benar-benar berbeda dan memerlukan respons yang baru pula. Orang yang mencoba untuk tetap berada dalam sistem hukum lama sambil menerima pesan Injil tidak akan bisa bertumbuh secara rohani.
3. Pembaruan dalam Kristus
Perumpamaan tentang kain baru dan lama juga mengajarkan pentingnya pembaruan rohani dalam kehidupan Kristen. John Stott, dalam bukunya The Cross of Christ, menegaskan bahwa hidup dalam Kristus adalah hidup yang sepenuhnya diperbarui. Tidak cukup hanya melakukan penyesuaian kecil pada kehidupan yang lama. Sebaliknya, Yesus memanggil orang percaya untuk mengalami transformasi total melalui iman kepada-Nya. Seperti kain baru yang tidak bisa digunakan untuk menambal kain lama, hidup dalam Kristus tidak bisa sekadar "ditambal" di atas kehidupan lama yang penuh dosa. Hidup yang diperbarui di dalam Kristus adalah perubahan yang radikal dan mendalam.
Stott juga menyoroti bahwa pembaruan ini tidak hanya menyangkut hal-hal lahiriah, tetapi mencakup perubahan dalam hati, sikap, dan hubungan kita dengan Allah. Orang Kristen dipanggil untuk hidup dalam realitas perjanjian baru yang dibentuk oleh kasih karunia, bukan dalam perbudakan terhadap hukum Taurat atau aturan-aturan agama yang kaku. Oleh karena itu, perumpamaan ini menjadi pengingat akan pentingnya kehidupan baru yang penuh sukacita dan kebebasan dalam Kristus.
Dallas Willard, dalam The Divine Conspiracy, menambahkan bahwa perumpamaan kain baru dan lama mengajarkan pentingnya penyerahan total kepada Kristus. Orang yang menerima pembaruan dari Yesus harus siap untuk meninggalkan gaya hidup lama dan memeluk kehidupan yang dipimpin oleh Roh. Willard menekankan bahwa Injil bukanlah tentang memperbaiki moralitas lama, tetapi tentang transformasi seluruh hidup melalui kuasa Roh Kudus.
4. Praktik Keagamaan dan Kehidupan Kristen
Dalam konteks perumpamaan ini, Yesus berbicara tentang perbedaan antara praktik keagamaan yang lahiriah dengan kehidupan rohani yang diperbarui melalui kasih karunia. R.C. Sproul, dalam bukunya The Holiness of God, menegaskan bahwa praktik keagamaan yang tidak diiringi dengan kasih kepada Allah dan pembaruan hati akan menjadi seperti kain lama yang tidak berguna lagi. Sproul menjelaskan bahwa perumpamaan kain baru dan lama menunjukkan betapa pentingnya perubahan dari dalam, bukan hanya perubahan luar atau praktik-praktik ritual.
Yesus menegur pemimpin agama Yahudi karena mereka terlalu terfokus pada aturan dan tradisi, tetapi melupakan kasih kepada Allah dan sesama. Menurut Sproul, ini menunjukkan bahwa Injil tidak bisa disandingkan dengan ritual atau tradisi agama yang kaku. Injil membawa kehidupan yang penuh kasih karunia, yang tidak bisa ditahan atau dibatasi oleh aturan yang sempit.
N.T. Wright, dalam Simply Jesus, menegaskan bahwa kehidupan Kristen bukanlah soal mengikuti aturan-aturan agama, tetapi soal hidup dalam hubungan yang dinamis dengan Kristus. Perumpamaan kain baru dan lama menekankan bahwa usaha untuk menyatukan kehidupan lama dengan Injil kasih karunia akan menghasilkan ketidakcocokan dan ketidakpuasan. Orang percaya dipanggil untuk hidup sepenuhnya dalam realitas perjanjian baru, di mana kasih dan kebebasan dalam Kristus memimpin kehidupan sehari-hari.
5. Aplikasi dalam Kehidupan Kristen
Perumpamaan tentang kain baru dan lama menantang orang percaya untuk memeriksa hidup mereka dan memastikan bahwa mereka tidak mencoba "menambal" Injil ke dalam kehidupan lama mereka. John Piper, dalam bukunya Desiring God, menekankan bahwa perumpamaan ini adalah seruan untuk menyerahkan seluruh hidup kepada Kristus, bukan sekadar menambahkan-Nya ke dalam kehidupan yang sudah ada. Piper menegaskan bahwa orang percaya harus mengalami pembaruan total, di mana mereka meninggalkan kehidupan dosa dan sepenuhnya hidup dalam kasih karunia Kristus.
Selain itu, perumpamaan ini juga mengajarkan tentang kebebasan dalam Kristus. Timothy Keller, dalam The Prodigal God, menekankan bahwa Injil membawa kebebasan dari perbudakan terhadap hukum dan tradisi yang kaku. Orang percaya tidak dipanggil untuk hidup dalam perbudakan terhadap aturan agama, tetapi untuk hidup dalam kebebasan yang diberikan oleh kasih karunia Allah. Keller mengingatkan bahwa Injil membawa kehidupan yang penuh sukacita dan pembaruan, bukan beban legalistik yang menekan.
Kesimpulan: Kain Baru yang Membawa Pembaruan.
Lukas 5:36 melalui perumpamaan kain baru dan lama memberikan pengajaran yang mendalam tentang perbedaan antara hukum Taurat dan Injil, serta tentang pentingnya pembaruan rohani yang datang melalui Kristus. Perumpamaan ini mengajarkan bahwa Injil tidak dapat dicampurkan dengan sistem keagamaan lama atau tradisi yang kaku. Sebaliknya, Injil membawa hidup baru yang penuh dengan kasih karunia dan kebebasan di dalam Kristus.
Teolog seperti John Calvin, N.T. Wright, John Stott, dan R.C. Sproul menekankan bahwa perumpamaan ini mengingatkan kita akan kebutuhan untuk mengalami pembaruan rohani yang mendalam dan transformasi yang radikal melalui iman kepada Yesus Kristus. Kain baru yang Yesus bawa adalah gambaran dari kehidupan baru yang diperoleh melalui Injil, dan kita dipanggil untuk hidup dalam kebenaran dan kebebasan yang dibawa oleh Kristus.
Melalui perumpamaan ini, kita juga diingatkan bahwa kehidupan Kristen bukanlah tentang menambal perbuatan baik atau aturan agama ke dalam kehidupan lama kita, melainkan tentang menerima hidup baru sepenuhnya dalam Kristus, yang membawa pembaruan dan transformasi sejati dalam hubungan kita dengan Allah.