Peran Janda dan Kewajiban Gereja: Mengupas 1 Timotius 5:3-10

Pendahuluan:

Dalam 1 Timotius 5:3-10, Rasul Paulus memberikan instruksi spesifik mengenai bagaimana gereja harus memperlakukan janda-janda, terutama mereka yang sudah lanjut usia. Ayat-ayat ini berbicara tentang penghormatan kepada janda yang benar-benar membutuhkan, serta tanggung jawab keluarga dan gereja dalam memelihara mereka. Berikut adalah ayat-ayat yang kita bahas:

1 Timotius 5:3-10 (AYT)
3. Hormatilah janda-janda yang betul-betul janda.
4. Namun, jika janda memiliki anak atau cucu, merekalah yang pertama-tama harus belajar menunjukkan bakti kepada seisi rumahnya sendiri. Dengan begitu, mereka telah membalas budi kepada orang tua mereka, sebab hal inilah yang menyenangkan Allah.
5. Sedangkan janda yang betul-betul janda dan hidup seorang diri, ia harus menaruh harapannya kepada Allah serta terus menaikkan permohonan dan doa siang dan malam.
6. Namun, janda yang hidup hanya berfoya-foya, ia sudah mati walaupun ia masih hidup.
7. Perintahkanlah juga hal-hal ini kepada jemaat supaya mereka tidak bercela.
8. Akan tetapi, jika seseorang tidak memelihara sanak keluarganya sendiri, khususnya keluarga dekatnya, berarti ia telah menyangkali imannya dan ia lebih buruk daripada orang yang tidak percaya.
9. Janda yang dimasukkan dalam daftar hanyalah perempuan yang berumur paling sedikit enam puluh tahun, menjadi istri dari satu suami,
10. dan dikenal karena perbuatan-perbuatan baiknya, yaitu membesarkan anak-anak, memberi tumpangan, membasuh kaki orang-orang kudus, menolong orang yang dalam kesulitan, dan bertekun dalam setiap pekerjaan yang baik.

Artikel ini akan mengeksplorasi perintah-perintah yang Paulus berikan tentang perawatan janda-janda, termasuk bagaimana gereja dan keluarga berperan.
Peran Janda dan Kewajiban Gereja: Mengupas 1 Timotius 5:3-10
Pandangan dari beberapa pakar teologi serta penerapan bagi kehidupan gereja masa kini juga akan dibahas untuk memperkaya pemahaman tentang ayat-ayat ini.

1. Hormatilah Janda yang Betul-Betul Janda (1 Timotius 5:3)

Paulus memulai dengan perintah untuk menghormati janda yang betul-betul janda. Dalam konteks ini, "betul-betul janda" merujuk kepada wanita yang benar-benar tidak memiliki siapa-siapa yang bisa menopang hidupnya, sehingga gereja dipanggil untuk memperhatikan mereka.

John Stott, dalam bukunya The Message of 1 Timothy & Titus, menjelaskan bahwa kata "hormat" dalam ayat ini melibatkan lebih dari sekadar rasa hormat. Ini juga mencakup tindakan nyata dari dukungan finansial dan perawatan praktis. Stott menekankan bahwa perintah ini sangat penting untuk melindungi kaum rentan dalam komunitas gereja, khususnya para janda yang tidak memiliki sumber daya atau keluarga untuk mendukung mereka.

Charles Spurgeon juga menyoroti pentingnya melayani mereka yang rentan dalam gereja, termasuk janda-janda. Dalam khotbahnya, Spurgeon sering kali menekankan bahwa gereja dipanggil untuk menjadi tempat perlindungan bagi mereka yang tidak memiliki dukungan, dengan memberikan kasih dan perhatian yang nyata.

2. Tanggung Jawab Keluarga terhadap Janda (1 Timotius 5:4)

Paulus juga menekankan bahwa anak atau cucu dari seorang janda harus belajar menunjukkan bakti kepada seisi rumahnya. Paulus ingin mengajarkan tanggung jawab keluarga untuk memelihara anggota keluarganya yang membutuhkan, sebelum bergantung kepada gereja.

R.C. Sproul, dalam The Reformation Study Bible, menjelaskan bahwa perintah ini mengingatkan orang percaya bahwa tanggung jawab utama untuk merawat keluarga ada pada keluarga itu sendiri. Sproul menekankan pentingnya keluarga dalam memelihara anggotanya yang lemah atau rentan, sebagai bentuk penghormatan terhadap Allah dan ketaatan kepada perintah-Nya.

John Calvin dalam komentarnya terhadap surat 1 Timotius menyatakan bahwa merawat orang tua adalah bagian dari hukum kasih Allah. Calvin menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kita untuk menghormati orang tua kita (lihat Keluaran 20:12) dan salah satu cara melakukannya adalah dengan merawat mereka ketika mereka tidak lagi mampu mengurus diri mereka sendiri.

3. Janda yang Berharap kepada Allah (1 Timotius 5:5)

Dalam ayat kelima, Paulus memberikan gambaran tentang seorang janda yang benar-benar janda yaitu yang hidup seorang diri dan menaruh harapannya kepada Allah. Janda seperti ini digambarkan sebagai orang yang terus menaikkan permohonan dan doa siang dan malam.

John MacArthur, dalam komentarnya terhadap surat 1 Timotius, menekankan bahwa janda yang sejati adalah mereka yang mengabdikan hidup mereka kepada Tuhan, yang mengandalkan-Nya sepenuhnya untuk dukungan mereka, baik secara rohani maupun jasmani. MacArthur menjelaskan bahwa doa dan pengabdian kepada Allah menjadi bagian penting dari kehidupan seorang janda yang setia, dan inilah yang membedakan janda yang benar-benar membutuhkan perhatian gereja.

Charles Spurgeon sering kali berbicara tentang kekuatan doa dalam hidup orang percaya, dan ini berlaku juga bagi janda-janda. Spurgeon menekankan bahwa meskipun mereka mungkin tidak memiliki dukungan duniawi, mereka memiliki hubungan yang kuat dengan Allah melalui doa, yang merupakan sumber kekuatan mereka setiap hari.

4. Peringatan terhadap Janda yang Hidup Berfoya-foya (1 Timotius 5:6)

Paulus memberikan peringatan terhadap janda yang hidup hanya untuk kesenangan duniawi, dengan mengatakan bahwa ia sudah mati walaupun masih hidup. Ini merujuk kepada janda-janda yang tidak mengarahkan hidup mereka kepada Allah, tetapi memilih untuk hidup dalam kesenangan dan kenikmatan sementara.

Dietrich Bonhoeffer, dalam The Cost of Discipleship, menekankan bahwa hidup yang hanya berfokus pada kesenangan duniawi adalah hidup yang kehilangan makna rohani. Bonhoeffer menjelaskan bahwa orang yang memilih hidup dalam kesenangan materi tanpa hubungan dengan Allah akan kehilangan tujuan hidup yang sejati, dan ini berlaku untuk semua orang, termasuk para janda.

John Stott menambahkan bahwa janda yang hidup berfoya-foya adalah mereka yang tidak lagi memiliki ketergantungan pada Allah. Menurut Stott, ini adalah peringatan bahwa gereja harus waspada terhadap mereka yang mungkin menggunakan status mereka untuk mendapatkan dukungan, tetapi tidak memiliki kehidupan rohani yang berakar dalam hubungan dengan Tuhan.

5. Peran Gereja dalam Menyediakan Arahan (1 Timotius 5:7)

Paulus kemudian memerintahkan Timotius untuk memberikan arahan ini kepada jemaat agar mereka tidak bercela. Ini menunjukkan bahwa pemimpin gereja memiliki tanggung jawab untuk memberikan bimbingan yang jelas dalam hal tanggung jawab terhadap keluarga dan janda.

Wayne Grudem, dalam Systematic Theology, menekankan bahwa pemimpin gereja bertanggung jawab untuk menjaga jemaat tetap berada dalam ajaran yang benar, terutama dalam hal moral dan etika. Grudem menjelaskan bahwa arahan yang diberikan pemimpin gereja harus mencakup bagaimana anggota jemaat memperlakukan keluarga mereka, termasuk perawatan terhadap janda yang membutuhkan.

John Calvin juga berbicara tentang pentingnya disiplin gereja dalam menjaga agar jemaat tidak melakukan kesalahan. Dia menekankan bahwa arahan yang jelas dari pemimpin gereja akan membantu jemaat hidup sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan yang ditetapkan oleh Firman Tuhan.

6. Tanggung Jawab Individu dalam Memelihara Keluarga (1 Timotius 5:8)

Salah satu ayat paling kuat dalam bagian ini adalah ayat 8, di mana Paulus mengatakan bahwa jika seseorang tidak memelihara sanak keluarganya sendiri, terutama keluarganya yang dekat, maka dia lebih buruk daripada orang yang tidak percaya. Ini adalah pernyataan keras yang menekankan pentingnya tanggung jawab keluarga dalam memelihara anggotanya yang membutuhkan.

R.C. Sproul menekankan bahwa keluarga adalah struktur dasar yang Allah ciptakan, dan memelihara keluarga sendiri adalah bagian dari tanggung jawab iman Kristen. Sproul menjelaskan bahwa gagal memenuhi tanggung jawab ini berarti menyangkali prinsip-prinsip kasih yang Allah tetapkan dalam Kitab Suci.

John MacArthur juga menekankan bahwa dalam konteks ini, Paulus menggarisbawahi bahwa tanggung jawab pertama ada pada keluarga, bukan gereja. Gereja hanya harus turun tangan ketika keluarga tidak mampu atau tidak ada. Hal ini memastikan bahwa keluarga Kristen bertanggung jawab atas perawatan dan kesejahteraan anggotanya sendiri.

7. Kualifikasi Janda yang Dibantu Gereja (1 Timotius 5:9-10)

Paulus kemudian memberikan kriteria bagi janda yang berhak menerima bantuan dari gereja. Ia harus berumur paling sedikit enam puluh tahun, seorang istri dari satu suami, dan dikenal karena perbuatan-perbuatan baiknya. Kriteria ini menunjukkan bahwa tidak semua janda harus secara otomatis mendapatkan bantuan dari gereja, tetapi ada syarat-syarat yang harus dipenuhi.

John Calvin menekankan bahwa gereja harus bijaksana dalam menggunakan sumber daya mereka. Gereja dipanggil untuk membantu mereka yang benar-benar membutuhkan, tetapi juga harus berhati-hati agar tidak memboroskan sumber daya kepada mereka yang bisa dibantu oleh keluarga mereka sendiri.

John Stott menjelaskan bahwa janda yang telah menunjukkan perbuatan baik sepanjang hidupnya adalah mereka yang pantas mendapatkan dukungan dari gereja. Stott menekankan bahwa gereja dipanggil untuk mendukung mereka yang telah melayani Tuhan dan jemaat dengan setia, terutama ketika mereka sudah lanjut usia dan tidak lagi memiliki dukungan finansial.

8. Peran Gereja dan Keluarga dalam Perawatan Janda

Dari ayat-ayat ini, jelas bahwa Paulus memberikan pedoman yang seimbang tentang peran keluarga dan gereja dalam perawatan janda. Keluarga memiliki tanggung jawab utama, sementara gereja bertindak sebagai jaring pengaman bagi mereka yang benar-benar membutuhkan dukungan. Gereja harus menilai situasi dengan bijaksana, memastikan bahwa sumber daya mereka digunakan untuk membantu janda-janda yang setia dan hidup dalam kesalehan.

Dietrich Bonhoeffer, dalam Life Together, menekankan bahwa komunitas Kristen adalah tempat di mana kasih dan kepedulian nyata ditunjukkan, termasuk kepada mereka yang tidak lagi mampu menolong diri mereka sendiri. Bonhoeffer menjelaskan bahwa gereja harus menjadi tempat di mana orang percaya dapat menemukan dukungan baik secara fisik maupun rohani, terutama bagi mereka yang rentan seperti para janda.

Wayne Grudem menekankan bahwa dalam masyarakat yang semakin individualistis, gereja harus kembali menghidupkan tanggung jawab sosial yang mendalam terhadap anggota-anggotanya yang membutuhkan. Ini termasuk memperhatikan janda-janda yang tidak memiliki dukungan keluarga, serta memastikan bahwa mereka yang berhak mendapatkan bantuan diberikan perawatan yang layak.

Kesimpulan

1 Timotius 5:3-10 memberikan panduan yang sangat jelas tentang bagaimana gereja dan keluarga harus bekerja sama dalam merawat janda-janda. Keluarga memiliki tanggung jawab utama untuk memelihara anggota mereka yang membutuhkan, sementara gereja berperan sebagai penolong bagi mereka yang tidak memiliki keluarga untuk mendukung mereka.

Pakar-pakar teologi seperti John Calvin, Charles Spurgeon, dan John Stott semuanya menekankan pentingnya kasih, tanggung jawab, dan kesetiaan dalam merawat janda. Gereja harus bijaksana dalam menilai kebutuhan dan memastikan bahwa mereka yang benar-benar layak mendapatkan bantuan.

Dalam kehidupan gereja masa kini, prinsip-prinsip ini masih sangat relevan. Gereja dipanggil untuk memperhatikan mereka yang rentan di tengah-tengah jemaat, memastikan bahwa kasih Kristus dinyatakan melalui tindakan nyata dalam perawatan dan dukungan.

Next Post Previous Post