10 Perintah Pernikahan Kristen
1. Kasihi Pasanganmu Seperti Kristus Mengasihi Gereja
Perintah pertama bagi pasangan Kristen adalah untuk saling mengasihi dengan kasih yang tanpa syarat, meneladani kasih Kristus kepada gereja. Efesus 5:25 menuliskan, “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.” Ayat ini menunjukkan bahwa kasih dalam pernikahan Kristen melibatkan pengorbanan dan pengabdian yang sejati.
John Stott dalam bukunya The Message of Ephesians menekankan bahwa kasih yang sejati dalam pernikahan Kristen tidak berpusat pada diri sendiri tetapi pada pengorbanan demi kesejahteraan pasangan. Kasih ini adalah bentuk cinta yang mengutamakan kepentingan pasangan di atas kepentingan pribadi, sebagaimana Kristus mengasihi jemaat-Nya.
2. Hargai dan Hormati Pasanganmu Setiap Saat
Pernikahan Kristen menuntut suami dan istri untuk saling menghormati. Penghargaan dan penghormatan satu sama lain akan menguatkan fondasi pernikahan. 1 Petrus 3:7 mengajarkan, “Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan istrimu, sebagai kaum yang lebih lemah, hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan.”
Timothy Keller dalam The Meaning of Marriage menegaskan bahwa penghormatan dalam pernikahan adalah bentuk dari penghormatan terhadap Tuhan yang menciptakan pasangan kita. Menurut Keller, pasangan yang saling menghormati akan hidup dengan rendah hati dan menerima kelemahan masing-masing.
3. Jaga Kesetiaanmu terhadap Pasangan dalam Pikiran, Perkataan, dan Perbuatan
Kesetiaan adalah komitmen yang mutlak dalam pernikahan Kristen. Ini berarti menghindari perselingkuhan dalam segala bentuknya, baik itu secara emosional, fisik, maupun dalam pikiran. Ibrani 13:4 menyatakan, “Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah.”
Dietrich Bonhoeffer dalam The Cost of Discipleship mengajarkan bahwa kesetiaan adalah pengorbanan diri untuk tetap memegang janji pernikahan yang telah diucapkan. Kesetiaan dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan adalah bukti dari cinta sejati dan hormat kepada Tuhan yang menyatukan pasangan tersebut.
4. Perhatikan Komunikasi yang Sehat dan Terbuka
Komunikasi yang jujur dan terbuka adalah dasar bagi hubungan pernikahan yang kuat. Efesus 4:29 mengatakan, “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya beroleh kasih karunia.”
Gary Chapman dalam The Five Love Languages menekankan pentingnya komunikasi yang sehat, di mana pasangan berbicara dengan penuh kasih dan saling mendengarkan. Komunikasi yang sehat tidak hanya menyampaikan pesan, tetapi juga memperkuat hubungan emosional antara pasangan.
5. Berdoalah Bersama dan Saling Dukung dalam Iman
Pernikahan Kristen dipanggil untuk berdoa bersama dan mendukung pertumbuhan iman satu sama lain. Dalam Matius 18:20, Yesus mengatakan, “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.”
A.W. Tozer dalam The Pursuit of God mengajarkan bahwa doa bersama membawa kehadiran Tuhan ke dalam rumah tangga. Berdoa bersama memupuk kebersamaan rohani, meneguhkan iman, dan mendekatkan pasangan kepada Tuhan dan satu sama lain.
6. Ampunilah Pasanganmu dengan Kasih yang Sama Seperti yang Diterima dari Kristus
Pengampunan adalah kunci untuk mengatasi konflik dalam pernikahan. Kolose 3:13 mengingatkan kita, “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain.”
C.S. Lewis dalam Mere Christianity menyebutkan bahwa pengampunan adalah refleksi dari kasih Allah kepada kita. Pengampunan dalam pernikahan mengingatkan pasangan untuk tidak menyimpan kepahitan, tetapi untuk hidup dalam kasih yang diperbarui setiap harinya.
7. Berikan Waktu dan Perhatian bagi Pasangan
Dalam dunia yang sibuk, meluangkan waktu untuk pasangan menjadi bentuk kasih yang nyata. Pernikahan membutuhkan kehadiran fisik dan emosional yang konsisten. 1 Korintus 13:4 mengingatkan kita bahwa “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati.”
Gary Thomas dalam Sacred Marriage menekankan bahwa meluangkan waktu untuk pasangan adalah tanda penghargaan. Ini menunjukkan bahwa pasangan kita adalah prioritas dalam hidup kita. Waktu yang dihabiskan bersama memperkuat ikatan emosional dan menjaga kebahagiaan dalam hubungan pernikahan.
8. Bangun Rumah Tangga yang Menjaga Kekudusan dan Keteladanan
Pernikahan Kristen dipanggil untuk hidup dalam kekudusan sebagai contoh bagi keluarga dan masyarakat. Roma 12:1 mengatakan, “Persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah.”
John Piper dalam Desiring God menekankan bahwa pernikahan Kristen adalah panggilan untuk hidup kudus, bukan hanya demi kebahagiaan pasangan, tetapi juga sebagai kesaksian iman kepada orang lain. Rumah tangga yang kudus akan mempengaruhi lingkungan sekitar dan menjadi saksi akan kasih Allah.
9. Saling Membantu dan Melayani dengan Rendah Hati
Suami dan istri dipanggil untuk saling melayani dan membantu satu sama lain. Galatia 5:13 mengingatkan kita, “Karena itu salinglah melayani dalam kasih.” Pernikahan Kristen bukan tentang mendapatkan yang terbaik untuk diri sendiri, tetapi tentang memberikan yang terbaik bagi pasangan.
Baca Juga: Rancangan Allah dalam Hidup Kita: Makna, Implikasi, dan Kehidupan dalam Iman
Dietrich Bonhoeffer mengajarkan bahwa melayani pasangan adalah bentuk kasih Kristus dalam pernikahan. Dengan saling melayani, pasangan akan mengembangkan kasih yang tidak mementingkan diri sendiri dan hidup dalam kesatuan yang harmonis.
10. Tetap Setia pada Janji Pernikahan dalam Segala Keadaan
Kesetiaan pada janji pernikahan adalah inti dari pernikahan Kristen. Ketika mengucapkan janji pernikahan, pasangan berkomitmen untuk saling mencintai “dalam suka dan duka, dalam keadaan sehat maupun sakit.” Pengkhotbah 4:9-10 mengatakan, “Berdua lebih baik daripada seorang diri… karena jika mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya.”
Timothy Keller menegaskan bahwa pernikahan Kristen menuntut kesetiaan tanpa syarat. Kesetiaan pada janji yang telah dibuat di hadapan Tuhan adalah bentuk kasih sejati yang menunjukkan komitmen yang mendalam terhadap pasangan dan kepada Allah.
Kesimpulan
Sepuluh Perintah Pernikahan Kristen ini bukanlah aturan yang mengikat secara kaku, melainkan pedoman hidup yang membawa kebahagiaan dan ketenangan dalam pernikahan. Dengan mengasihi seperti Kristus, menghormati pasangan, menjaga kesetiaan, membangun komunikasi yang sehat, berdoa bersama, mengampuni, meluangkan waktu, menjaga kekudusan, melayani dengan kasih, dan setia pada janji pernikahan, pasangan Kristen akan menciptakan hubungan yang selaras dengan kehendak Allah.
Para teolog seperti John Stott, Timothy Keller, dan A.W. Tozer mengajarkan bahwa pernikahan Kristen adalah panggilan yang kudus, suatu bentuk pelayanan yang mencerminkan kasih dan anugerah Allah. Dengan menerapkan perintah-perintah ini, pasangan Kristen dapat menjaga kesucian pernikahan mereka, mengembangkan hubungan yang erat, dan menjadi saksi yang hidup akan kasih Kristus.
Sebagai umat Kristen, kita dipanggil untuk melihat pernikahan bukan hanya sebagai sarana kebahagiaan pribadi, tetapi sebagai kesempatan untuk melayani Tuhan bersama-sama. Setiap perintah ini mengingatkan kita bahwa pernikahan adalah kesempatan untuk mengalami dan mencerminkan kasih Allah di dunia.