Panggilan Hidup Kristen (1 Korintus 7:17-24)

Pendahuluan:

Dalam 1 Korintus 7:17-24, Rasul Paulus menekankan bahwa panggilan Kristen tidak serta-merta mengubah posisi sosial, budaya, atau status seseorang dalam kehidupan. Sebaliknya, orang percaya diajak untuk tetap hidup sesuai dengan panggilan Allah dalam keadaan mereka masing-masing.
Panggilan Hidup Kristen (1 Korintus 7:17-24)
Ayat-ayat ini menyoroti aspek penting dari panggilan hidup Kristen, yaitu kesetiaan kepada Allah dalam setiap keadaan, baik sebagai orang merdeka maupun sebagai hamba. Artikel ini mengeksplorasi makna teologis dan praktis dari 1 Korintus 7:17-24 berdasarkan pandangan beberapa pakar teologi, serta relevansinya bagi kehidupan umat Kristen saat ini.

1. Konteks 1 Korintus 7:17-24

Surat 1 Korintus ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, sebuah kota yang terkenal dengan keragaman budaya dan masalah sosial yang kompleks. Pasal 7 secara khusus membahas isu-isu terkait pernikahan, perceraian, dan kehidupan pribadi dalam terang iman Kristen.

Dalam ayat 17-24, Paulus memperluas pembahasannya dengan prinsip umum bahwa panggilan Kristen tidak dimaksudkan untuk mengubah status sosial atau posisi hidup seseorang. Menurut Gordon Fee, ayat-ayat ini berfungsi sebagai pengingat bahwa kehidupan Kristen adalah tentang kesetiaan kepada Allah, bukan transformasi sosial yang bersifat eksternal.

2. Tetap dalam Panggilan Allah (1 Korintus 7:17)

"Selanjutnya hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan seperti ketika ia dipanggil Allah. Inilah ketetapan yang kuberikan kepada semua jemaat."

A. Hidup dalam Keadaan yang Telah Ditentukan

Paulus mengajarkan bahwa setiap orang harus tetap hidup dalam keadaan yang telah ditentukan Tuhan saat mereka dipanggil. Leon Morris menjelaskan bahwa ini bukan berarti orang Kristen tidak boleh berusaha untuk memperbaiki kondisi hidup mereka, tetapi penekanan ada pada kesetiaan kepada Allah dalam keadaan apa pun.

Menurut William Barclay, prinsip ini menunjukkan bahwa iman Kristen tidak terikat pada status sosial atau budaya tertentu. Seseorang dapat hidup sebagai pengikut Kristus tanpa harus mengubah keadaan hidup eksternal mereka.

B. Prinsip yang Universal

Paulus menegaskan bahwa ketetapan ini berlaku bagi semua jemaat, tidak hanya bagi orang Korintus. Ini menunjukkan bahwa panggilan Allah melampaui perbedaan budaya, geografis, atau sosial. John Calvin menekankan bahwa fokus dari kehidupan Kristen adalah ketaatan kepada Allah, bukan usaha untuk menyesuaikan diri dengan standar dunia.

3. Sunat dan Ketidaksunatan (1 Korintus 7:18-19)

"Kalau seorang dipanggil dalam keadaan bersunat, janganlah ia berusaha untuk menghilangkan tanda-tanda sunat itu. Dan kalau seorang dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, janganlah ia menyunatkan dirinya. Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting. Yang penting ialah mentaati hukum-hukum Allah."

A. Sunat sebagai Simbol Budaya

Sunat adalah tanda perjanjian dalam agama Yahudi, tetapi dalam iman Kristen, tanda ini tidak lagi menjadi syarat keselamatan. Paulus menegaskan bahwa status seseorang sebagai bersunat atau tidak bersunat tidak relevan bagi panggilan Kristen.

F.F. Bruce menyebutkan bahwa sunat dan ketidaksunatan adalah simbol perbedaan budaya yang tidak memengaruhi hubungan seseorang dengan Allah. Dalam Kristus, perbedaan ini menjadi tidak penting karena keselamatan diberikan melalui iman, bukan melalui simbol atau ritual.

B. Ketaatan kepada Hukum Allah

Yang penting, menurut Paulus, adalah ketaatan kepada hukum Allah. R.C. Sproul menekankan bahwa hukum Allah yang dimaksud adalah perintah-perintah yang digenapi dalam Kristus, yaitu hidup dalam kasih dan kesalehan.

4. Hamba dan Orang Merdeka (1 Korintus 7:20-24)

"Baiklah tiap-tiap orang tetap tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Allah. Adakah engkau hamba ketika engkau dipanggil? Janganlah itu menjadi pikiranmu. Tetapi jika engkau dapat memperoleh kemerdekaan, pergunakanlah kesempatan itu. Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam Tuhan adalah orang merdeka milik Tuhan. Demikian juga orang yang merdeka, kalau ia dipanggil, adalah hamba Kristus. Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia. Saudara-saudara, hendaklah tiap-tiap orang tetap berada di hadapan Allah dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil."

A. Kehidupan sebagai Hamba

Dalam masyarakat Romawi, perbudakan adalah kenyataan sosial yang umum. Paulus tidak meminta para hamba untuk memberontak melawan sistem perbudakan, tetapi dia mendorong mereka untuk hidup setia kepada Allah dalam keadaan mereka.

Herman Ridderbos menjelaskan bahwa panggilan Allah memberikan martabat baru kepada hamba, yang sekarang dilihat sebagai orang merdeka di dalam Tuhan. Status sosial mereka tidak lagi menentukan identitas mereka, melainkan panggilan Allah yang memberi arti baru bagi hidup mereka.

B. Kemerdekaan dalam Kristus

Paulus juga mengingatkan bahwa orang yang merdeka secara sosial adalah hamba Kristus. Menurut N.T. Wright, ini adalah pengingat bahwa setiap orang percaya, terlepas dari status sosialnya, adalah milik Kristus yang telah menebus mereka dengan harga yang mahal.

5. Makna Teologis Panggilan Kristen

A. Panggilan yang Bersifat Pribadi dan Universal

Panggilan Allah bersifat pribadi, karena diberikan kepada setiap individu dalam konteks hidup mereka masing-masing. Namun, panggilan ini juga universal, karena berlaku bagi semua orang yang percaya kepada Kristus.

John Stott menekankan bahwa panggilan Kristen adalah panggilan untuk hidup dalam hubungan dengan Allah, yang melampaui perbedaan budaya, status sosial, atau keadaan hidup.

B. Identitas Baru dalam Kristus

Panggilan Kristen memberikan identitas baru sebagai milik Kristus. Menurut Michael Horton, ini berarti bahwa orang percaya tidak lagi mendefinisikan diri mereka berdasarkan status sosial, budaya, atau pekerjaan, tetapi berdasarkan hubungan mereka dengan Kristus.

6. Relevansi 1 Korintus 7:17-24 bagi Kehidupan Kristen Modern

A. Panggilan dalam Pekerjaan dan Kehidupan Sehari-hari

Banyak orang Kristen modern menghadapi pertanyaan tentang bagaimana iman mereka berhubungan dengan pekerjaan atau posisi sosial mereka. 1 Korintus 7:17-24 mengingatkan bahwa panggilan Allah tidak selalu berarti perubahan posisi hidup, tetapi kesetiaan kepada Allah dalam keadaan apa pun.

Timothy Keller menyebutkan bahwa pekerjaan sehari-hari dapat menjadi panggilan yang kudus jika dilakukan dengan hati yang setia kepada Tuhan.

B. Kesetaraan dalam Kristus

Pesan Paulus bahwa sunat atau ketidaksunatan, perbudakan atau kemerdekaan, tidak memengaruhi hubungan dengan Allah mengingatkan kita akan kesetaraan di dalam Kristus. Dalam dunia yang sering kali terpecah oleh perbedaan, pesan ini relevan untuk membangun kesatuan dalam gereja.

C. Mengatasi Tekanan Sosial

Orang percaya sering kali merasa tekanan untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma dunia. Pesan Paulus dalam 1 Korintus 7:17-24 mengajarkan bahwa panggilan Kristen tidak didasarkan pada standar dunia, tetapi pada ketaatan kepada Allah.

7. Tantangan dalam Memahami Panggilan Kristen

A. Salah Memahami Panggilan

Beberapa orang Kristen mungkin menganggap panggilan Allah sebagai sesuatu yang selalu dramatis atau spektakuler. Namun, Paulus menunjukkan bahwa panggilan Allah sering kali diwujudkan dalam kesetiaan sehari-hari.

B. Konflik antara Status Sosial dan Panggilan Kristen

Dalam masyarakat modern, status sosial sering kali menjadi sumber identitas. Pesan Paulus menantang orang percaya untuk melihat identitas mereka bukan dari status sosial tetapi dari hubungan mereka dengan Kristus.

8. Aplikasi Praktis dalam Kehidupan Kristen

A. Melayani Allah dalam Keadaan Saat Ini

Orang percaya dipanggil untuk melayani Allah di mana pun mereka berada, baik sebagai karyawan, ibu rumah tangga, pelajar, atau pemimpin.

B. Membawa Kristus ke dalam Setiap Aspek Hidup

Panggilan Kristen mengingatkan bahwa tidak ada aspek kehidupan yang terpisah dari iman. Setiap pekerjaan, hubungan, dan aktivitas dapat menjadi sarana untuk memuliakan Allah.

Kesimpulan

1 Korintus 7:17-24 mengajarkan bahwa panggilan Kristen tidak selalu berarti perubahan posisi hidup, tetapi panggilan untuk hidup setia kepada Allah dalam keadaan apa pun. Melalui pandangan teologis dari para pakar seperti John Calvin, R.C. Sproul, dan N.T. Wright, kita memahami bahwa panggilan Kristen adalah panggilan untuk hidup dalam hubungan dengan Kristus, yang melampaui status sosial atau budaya.

Relevansi ayat-ayat ini sangat nyata dalam kehidupan modern, di mana umat Kristen menghadapi tantangan untuk memahami panggilan Allah dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat. Dengan hidup setia kepada Tuhan dalam setiap keadaan, kita dapat menjadi saksi Kristus yang efektif di dunia ini.

Next Post Previous Post