Panggilan Surgawi Kristus: Ibrani 3:1-2

Pendahuluan:

Kitab Ibrani mengungkapkan identitas Yesus Kristus sebagai Imam Besar yang agung dan pembawa keselamatan yang sempurna. Dalam Ibrani 3:1-2, penulis surat Ibrani mengundang orang percaya untuk "memandang kepada Yesus" yang disebut sebagai "Rasul dan Imam Besar" dari iman mereka. Ayat ini menggambarkan peran utama Yesus dalam panggilan surgawi-Nya dan menunjukkan bahwa Dia adalah pribadi yang sepenuhnya setia kepada Allah yang telah mengutus-Nya. Sebagai Rasul dan Imam Besar, Yesus menjalankan panggilan surgawi-Nya dengan kesetiaan sempurna, menjadikan-Nya teladan utama bagi umat-Nya.
Panggilan Surgawi Kristus: Ibrani 3:1-2
Artikel ini akan menguraikan makna teologis dari panggilan surgawi Yesus dalam Ibrani 3:1-2 dan membahas implikasinya bagi kehidupan orang percaya. Dengan pandangan berbagai pakar teologi dan rujukan dari literatur penting, kita akan menggali makna dan aplikasi dari panggilan surgawi Yesus ini, memahami-Nya sebagai teladan kesetiaan dan menemukan kekuatan bagi kita untuk tetap setia dalam panggilan kita kepada Allah.

Teks Ibrani 3:1-2

Berikut adalah teks dari Ibrani 3:1-2:

“Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan surgawi, pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus, yang setia kepada Dia yang telah menetapkan-Nya, sebagaimana Musa pun setia dalam segenap rumah-Nya.” (Ibrani 3:1-2)

1. Pengertian "Panggilan Surgawi" dalam Ibrani 3:1-2

Dalam Ibrani 3:1, panggilan surgawi mengacu pada panggilan ilahi yang berasal dari Allah dan diberikan kepada Yesus Kristus, yang diutus dari surga untuk menjadi pembawa keselamatan. Ini bukan panggilan manusia, melainkan undangan ilahi untuk melaksanakan rencana Allah yang abadi. Bagi orang percaya, panggilan surgawi ini juga mencerminkan panggilan untuk hidup kudus dan berpartisipasi dalam rencana Allah untuk keselamatan dunia.

Leon Morris dalam The Expositor's Bible Commentary menekankan bahwa panggilan surgawi adalah anugerah dari Allah yang diberikan kepada semua orang percaya. Morris menjelaskan bahwa panggilan surgawi adalah undangan yang datang dari Allah sendiri, memanggil umat-Nya untuk hidup dalam persekutuan dengan-Nya dan berperan serta dalam misi keselamatan yang Yesus emban.

John Stott dalam The Cross of Christ juga menekankan bahwa panggilan surgawi adalah panggilan untuk menjadi bagian dari kerajaan Allah. Menurut Stott, panggilan ini adalah sebuah hak istimewa yang diberikan Allah kepada setiap orang percaya untuk hidup dalam terang kebenaran dan kasih karunia Allah, dan untuk mengikuti teladan Yesus yang taat kepada Bapa hingga akhir.

2. Yesus sebagai Rasul: Sang Utusan yang Diutus dari Allah

Gelar “Rasul” dalam Ibrani 3:1 menggambarkan Yesus sebagai "yang diutus" oleh Allah. Yesus adalah utusan yang datang dari surga untuk menyampaikan pesan keselamatan kepada umat manusia. Sebagai Rasul, Yesus adalah pembawa pesan utama dari Allah yang memperlihatkan kasih dan kehendak-Nya kepada dunia.

F.F. Bruce dalam The Epistle to the Hebrews menjelaskan bahwa istilah “Rasul” adalah simbol otoritas ilahi Yesus sebagai utusan Allah. Bruce menekankan bahwa Yesus bukanlah pembawa pesan biasa, tetapi satu-satunya Utusan yang sepenuhnya mewakili Allah. Yesus datang bukan hanya sebagai pemberita, tetapi juga sebagai pelaku utama dari rencana keselamatan yang disediakan Allah bagi manusia.

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menyatakan bahwa Yesus sebagai Rasul adalah penyataan kasih Allah yang nyata kepada dunia. Calvin menekankan bahwa sebagai utusan ilahi, Yesus menyingkapkan kehendak Bapa secara penuh, membawa manusia kepada keselamatan melalui karya-Nya. Yesus sebagai Rasul menegaskan bahwa misi penyelamatan adalah rencana yang telah dirancang oleh Allah sejak semula.

3. Yesus sebagai Imam Besar: Perantara yang Sempurna antara Allah dan Manusia

Selain sebagai Rasul, Yesus juga disebut sebagai Imam Besar dalam Ibrani 3:1. Gelar ini mengacu pada peran Yesus sebagai perantara antara Allah dan manusia, yang mempersembahkan diri-Nya sebagai korban bagi dosa umat manusia. Sebagai Imam Besar, Yesus memungkinkan manusia untuk datang kepada Allah melalui pengorbanan-Nya di kayu salib.

A.W. Tozer dalam The Pursuit of God menekankan bahwa Yesus sebagai Imam Besar adalah wujud belas kasihan Allah yang memungkinkan manusia berdosa diterima oleh Allah. Menurut Tozer, Yesus sebagai Imam Besar mewujudkan kasih Allah dan keadilan-Nya, memungkinkan manusia yang telah berdosa untuk dipulihkan hubungan-Nya dengan Allah melalui pengorbanan yang sempurna.

Charles Spurgeon juga menjelaskan dalam khotbahnya bahwa Yesus sebagai Imam Besar adalah sumber penghiburan bagi setiap orang percaya. Spurgeon menyoroti bahwa Yesus memahami kelemahan manusia dan dengan penuh kasih menanggung dosa-dosa umat-Nya. Yesus sebagai Imam Besar membawa pengampunan dan pemulihan yang sempurna bagi setiap orang percaya yang datang kepada-Nya.

4. Kesetiaan Yesus dalam Menjalankan Panggilan Surgawi-Nya

Ibrani 3:2 menyoroti kesetiaan Yesus kepada Bapa-Nya yang mengutus-Nya. Kesetiaan ini dinyatakan sebagai teladan bagi setiap orang percaya yang dipanggil untuk hidup dalam kesetiaan. Kesetiaan Yesus bukan hanya kepada misi-Nya, tetapi juga kepada Bapa-Nya, dan ini menjadi teladan utama dalam menjalankan panggilan kita sendiri.

Dietrich Bonhoeffer dalam The Cost of Discipleship mengajarkan bahwa kesetiaan Yesus merupakan contoh utama dari pengabdian total kepada Allah. Bonhoeffer menjelaskan bahwa mengikuti Kristus berarti meneladani kesetiaan dan ketaatan-Nya, meskipun menghadapi berbagai tantangan dan penderitaan. Kesetiaan ini menuntut pengorbanan, tetapi juga menghasilkan kehidupan yang bermakna dan penuh kasih.

John Piper dalam Desiring God menekankan bahwa kesetiaan Yesus memberi kekuatan bagi orang percaya untuk tetap teguh dalam iman mereka. Menurut Piper, kesetiaan Yesus kepada Allah menjadi fondasi bagi iman kita, mendorong kita untuk tetap setia dalam setiap keadaan. Kesetiaan-Nya adalah sumber kekuatan dan inspirasi bagi kita dalam menjalani panggilan kita sebagai orang percaya.

5. Memandang kepada Yesus sebagai Teladan Kesetiaan

Penulis Ibrani mengajak orang percaya untuk “memandang kepada Yesus,” yang berarti mengarahkan hati dan pikiran sepenuhnya kepada-Nya. Tindakan ini menunjukkan bahwa Yesus adalah fokus utama dalam kehidupan iman orang percaya, dan bahwa ketaatan serta kesetiaan-Nya kepada Bapa merupakan inspirasi dan pedoman bagi kita.

Dallas Willard dalam The Divine Conspiracy menjelaskan bahwa memandang kepada Yesus adalah tindakan iman yang mendalam, yang membentuk karakter kita sebagai orang percaya. Willard menekankan bahwa dengan memusatkan pandangan kita kepada Yesus, kita dibentuk oleh keteladanan-Nya untuk hidup sesuai dengan panggilan kita sebagai orang percaya.

Henri Nouwen dalam The Way of the Heart menyatakan bahwa memandang kepada Yesus memberi kita kekuatan untuk hidup dengan damai dan tekun dalam menghadapi tantangan. Menurut Nouwen, dengan mengarahkan hati kita kepada Yesus, kita dipenuhi dengan kasih karunia Allah dan diperbarui dalam komitmen kita kepada-Nya.

6. Implikasi Panggilan Surgawi Bagi Orang Percaya

Sebagaimana Yesus memiliki panggilan surgawi untuk membawa keselamatan, orang percaya juga menerima panggilan untuk hidup dalam kasih dan kesetiaan kepada Allah. Setiap orang percaya dipanggil untuk menyebarkan kasih Allah dan menjadi saksi-Nya di dunia ini.

Christopher Wright dalam The Mission of God menekankan bahwa panggilan surgawi orang percaya adalah panggilan untuk berpartisipasi dalam misi Allah. Wright menjelaskan bahwa panggilan setiap orang percaya adalah untuk mencerminkan kasih dan kebenaran Allah kepada dunia dan melanjutkan misi keselamatan Yesus bagi semua bangsa.

N.T. Wright dalam Simply Christian juga menegaskan bahwa setiap orang yang telah menerima keselamatan dipanggil untuk menjadi saksi Allah di dunia. Wright mengajarkan bahwa panggilan surgawi orang percaya adalah untuk menghidupi iman yang aktif dalam kehidupan sehari-hari, membawa pengaruh kasih Allah ke tengah dunia yang membutuhkan pengharapan.

7. Ketaatan sebagai Wujud Kesetiaan dalam Panggilan

Ibrani 3:2 menunjukkan bahwa kesetiaan Yesus kepada Bapa-Nya bukan hanya dalam perkataan, tetapi juga dalam ketaatan sepenuhnya. Orang percaya dipanggil untuk menjalani hidup yang taat kepada Allah sebagai bukti kesetiaan kepada panggilan-Nya.

A.W. Tozer dalam The Knowledge of the Holy menekankan bahwa ketaatan adalah bukti dari iman yang sejati. Menurut Tozer, hidup yang taat kepada Allah menunjukkan kasih yang tulus kepada-Nya dan kepercayaan kita pada kehendak-Nya. Ketaatan kepada Allah adalah panggilan utama setiap orang percaya.

8. Hidup yang Berserah

Yesus mencontohkan kehidupan yang berserah kepada kehendak Allah sepenuhnya, tanpa syarat. Setiap orang percaya dipanggil untuk menjalani hidup yang serupa, menaruh harapan dan kepercayaan penuh kepada Allah.

C.S. Lewis dalam Mere Christianity menekankan bahwa hidup dalam ketundukan kepada Allah adalah bentuk tertinggi dari kepercayaan dan pengabdian. Berserah berarti mengandalkan kehendak Allah lebih dari kehendak kita sendiri.

9. Panggilan untuk Bersatu dengan Tubuh Kristus

Sebagai Imam Besar dan Rasul, Yesus menyatukan orang percaya dalam tubuh-Nya. Panggilan surgawi juga mencakup panggilan untuk hidup dalam kesatuan dan saling mendukung dalam komunitas iman.

Dietrich Bonhoeffer dalam Life Together menekankan bahwa kesatuan dalam tubuh Kristus adalah kekuatan yang memampukan gereja untuk menjalankan misi Allah. Kesatuan ini mencerminkan kasih Allah dan menunjukkan kepada dunia kasih yang sejati.

10. Menjadi Saksi yang Hidup bagi Dunia

Yesus datang untuk menyatakan kasih Allah kepada dunia, dan kita dipanggil untuk melanjutkan misi-Nya. Setiap orang percaya dipanggil untuk hidup sebagai saksi yang membawa terang Allah ke dalam dunia.

John Stott dalam The Cross of Christ menekankan bahwa orang percaya dipanggil untuk menjadi saksi hidup yang mencerminkan kasih Kristus. Hidup kita seharusnya mencerminkan pengaruh keselamatan yang telah diberikan Allah melalui Yesus.

Kesimpulan

Ibrani 3:1-2 menyoroti Yesus sebagai Rasul dan Imam Besar kita yang setia dalam panggilan surgawi-Nya. Kesetiaan Yesus memberikan teladan utama bagi setiap orang percaya yang dipanggil untuk hidup dalam ketaatan dan kasih kepada Allah. Panggilan surgawi ini bukan hanya berlaku bagi Yesus, tetapi juga bagi setiap pengikut-Nya, yang dipanggil untuk menjadi saksi kasih Allah di dunia.

Pandangan teologis dari John Calvin, A.W. Tozer, Dallas Willard, dan N.T. Wright mengajarkan bahwa panggilan surgawi Yesus memberi kita kekuatan, inspirasi, dan tujuan dalam menjalani hidup kita sebagai orang percaya. Dengan memandang kepada Yesus dan meneladani kesetiaan-Nya, kita dapat menjalani panggilan kita dengan keyakinan dan kasih yang teguh.

Next Post Previous Post