Roma 5:1-5: Damai dengan Allah dan Pengharapan dalam Penderitaan

Roma 5:1-5: Damai dengan Allah dan Pengharapan dalam Penderitaan

Pendahuluan:

Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma memberikan landasan teologis yang mendalam tentang keselamatan melalui iman kepada Yesus Kristus. Dalam Roma 5:1-5, Paulus menjelaskan hubungan antara iman, damai dengan Allah, kasih karunia, pengharapan, dan penderitaan. Bagian ini menegaskan bahwa keselamatan tidak hanya membawa pemulihan hubungan dengan Allah, tetapi juga kekuatan untuk bertahan di tengah penderitaan melalui pengharapan akan kemuliaan Allah.

Ayat-ayat ini berbunyi:"Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri, dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji, dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita." (Roma 5:1-5, TB)

Artikel ini akan mengeksplorasi makna teologis dari Roma 5:1-5 dengan mengacu pada pandangan para teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul. Kita akan melihat bagaimana bagian ini mengajarkan tentang damai dengan Allah, kasih karunia-Nya, dan pengharapan yang tidak mengecewakan.

1. "Dibenarkan oleh Iman" (Roma 5:1)

a. Pembenaran sebagai Dasar Damai dengan Allah

Paulus memulai pasal ini dengan pernyataan bahwa kita yang telah "dibenarkan karena iman" hidup dalam damai dengan Allah. Doktrin pembenaran oleh iman (justification by faith) adalah inti dari teologi Paulus dan juga pilar utama Reformasi.

John Calvin, dalam Institutes of the Christian Religion, menulis:"Iman adalah sarana melalui mana kita menerima pembenaran yang ditawarkan oleh Allah dalam Kristus. Ini bukan hasil dari perbuatan kita, tetapi pemberian kasih karunia Allah."

Pembenaran adalah tindakan Allah yang menyatakan orang berdosa benar di hadapan-Nya berdasarkan iman kepada Yesus Kristus, bukan berdasarkan perbuatan mereka (Roma 3:28).

b. Damai dengan Allah

Damai dengan Allah adalah hasil langsung dari pembenaran. Sebelum dibenarkan, manusia berada di bawah murka Allah karena dosa mereka (Roma 1:18). Namun, melalui Yesus Kristus, permusuhan antara manusia dan Allah dihentikan, dan hubungan dipulihkan.

Louis Berkhof menjelaskan bahwa damai dengan Allah bukan hanya keadaan emosional, tetapi keadaan objektif yang didasarkan pada rekonsiliasi yang dicapai oleh Kristus.

2. Kasih Karunia sebagai Tempat Berdiri Orang Percaya (Roma 5:2)

a. Jalan Masuk kepada Kasih Karunia

Paulus menyatakan bahwa melalui Yesus Kristus, orang percaya "beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini." Kasih karunia (grace) adalah pemberian Allah yang tidak layak kita terima, yang mencakup keselamatan, pemeliharaan, dan kekuatan untuk hidup dalam iman.

Herman Bavinck menulis bahwa kasih karunia Allah adalah dasar dari seluruh kehidupan Kristen. Ia berkata:"Kasih karunia adalah kasih Allah yang aktif, yang bekerja untuk membawa manusia kepada diri-Nya dan menopang mereka dalam perjalanan iman."

b. Berdiri dalam Kasih Karunia

Berdiri dalam kasih karunia menunjukkan stabilitas dan kepastian yang dimiliki orang percaya. Dalam Efesus 2:8-9, Paulus menegaskan bahwa keselamatan adalah hasil dari kasih karunia, dan dalam kasih karunia ini orang percaya memiliki kedamaian dan keamanan.

R.C. Sproul menekankan bahwa berdiri dalam kasih karunia berarti hidup dalam ketergantungan penuh pada karya Allah, bukan usaha manusia.

3. Pengharapan akan Kemuliaan Allah (Roma 5:2b)

a. Bermegah dalam Pengharapan

Paulus menekankan bahwa orang percaya dapat "bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah." Pengharapan di sini bukanlah harapan yang tidak pasti, tetapi keyakinan yang kokoh bahwa Allah akan menggenapi janji-Nya.

John Calvin menulis:"Pengharapan Kristen didasarkan pada kepastian akan kemuliaan yang telah dijanjikan Allah, yang mencakup persekutuan kekal dengan Dia dalam kekudusan dan sukacita."

b. Kemuliaan Allah sebagai Tujuan Akhir

Kemuliaan Allah adalah tujuan akhir dari pengharapan Kristen. Dalam Kolose 1:27, Paulus menggambarkan kemuliaan ini sebagai "Kristus di dalam kamu, pengharapan akan kemuliaan."

Herman Bavinck menjelaskan bahwa kemuliaan Allah mencakup pernyataan penuh dari karakter-Nya yang sempurna dan kehadiran-Nya yang kekal di tengah umat-Nya.

4. Penderitaan sebagai Sarana Pengudusan (Roma 5:3-4)

a. Bermegah dalam Penderitaan

Paulus membuat pernyataan yang tampaknya paradoks: orang percaya bermegah "dalam kesengsaraan kita." Kesengsaraan di sini merujuk pada penderitaan yang dialami karena iman, baik dalam bentuk pencobaan, penganiayaan, maupun tantangan hidup lainnya.

Louis Berkhof menulis bahwa penderitaan dalam kehidupan Kristen bukanlah hukuman, tetapi sarana yang digunakan Allah untuk memperdalam iman dan ketergantungan kita kepada-Nya.

b. Proses Pengudusan melalui Penderitaan

Paulus menjelaskan bahwa kesengsaraan "menimbulkan ketekunan," ketekunan "menimbulkan tahan uji," dan tahan uji "menimbulkan pengharapan."

  1. Ketekunan (perseverance): Penderitaan mengajarkan orang percaya untuk bertahan dalam iman, meskipun menghadapi kesulitan. Dalam Yakobus 1:2-3, Yakobus menulis bahwa ujian iman menghasilkan ketekunan.
  2. Tahan Uji (character): Ketekunan dalam menghadapi penderitaan menghasilkan karakter yang teruji, yang mencerminkan kematangan rohani.
  3. Pengharapan (hope): Pengalaman akan pemeliharaan Allah di tengah penderitaan memperkuat pengharapan akan kemuliaan-Nya.

R.C. Sproul menekankan bahwa proses ini adalah karya kasih karunia Allah, yang membentuk orang percaya menjadi serupa dengan Kristus.

5. Pengharapan yang Tidak Mengecewakan (Roma 5:5)

a. Pengharapan yang Kokoh

Paulus menyatakan bahwa pengharapan orang percaya "tidak mengecewakan." Ini karena pengharapan Kristen didasarkan pada karakter Allah yang setia dan kasih-Nya yang telah dinyatakan dalam Kristus.

John Calvin menulis:"Pengharapan kita tidak mengecewakan, karena itu bukan berdasarkan kemampuan manusia, tetapi pada janji Allah yang tidak pernah gagal."

b. Kasih Allah yang Dicurahkan oleh Roh Kudus

Pengharapan yang kokoh ini diperkuat oleh kasih Allah yang telah "dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus." Roh Kudus adalah jaminan bahwa Allah mengasihi umat-Nya dan akan membawa mereka kepada kemuliaan-Nya.

Herman Bavinck menulis bahwa Roh Kudus adalah anugerah terbesar yang diberikan Allah kepada orang percaya, karena melalui Roh, kasih Allah menjadi nyata dan hidup dalam hati mereka.

6. Implikasi Praktis Roma 5:1-5 bagi Kehidupan Kristen

a. Hidup dalam Damai dengan Allah

Orang percaya dipanggil untuk hidup dalam damai dengan Allah, yang berarti hidup tanpa rasa takut akan penghukuman dan dengan keyakinan bahwa hubungan dengan Allah telah dipulihkan melalui Kristus.

b. Berdiri dalam Kasih Karunia

Berdiri dalam kasih karunia berarti hidup dengan kesadaran bahwa keselamatan adalah hasil dari karya Allah, bukan usaha manusia. Ini membawa rasa syukur dan ketergantungan penuh pada Allah.

c. Berpengharapan di Tengah Penderitaan

Orang percaya dapat melihat penderitaan sebagai sarana pengudusan, yang memperdalam iman mereka dan membawa mereka lebih dekat kepada Allah.

d. Menjadi Saksi Kasih Allah

Kasih Allah yang dicurahkan melalui Roh Kudus memampukan orang percaya untuk mengasihi orang lain dan menjadi saksi kasih Allah di dunia.

Kesimpulan

Roma 5:1-5 adalah pengajaran yang mendalam tentang hubungan antara iman, kasih karunia, pengharapan, dan penderitaan. Dalam perspektif teologi Reformed, ayat-ayat ini menegaskan bahwa keselamatan melalui iman membawa damai dengan Allah, memungkinkan orang percaya berdiri dalam kasih karunia-Nya, dan memberi pengharapan yang tidak mengecewakan.

Pengharapan ini tidak hanya mencakup masa depan yang penuh kemuliaan, tetapi juga kekuatan untuk bertahan di tengah penderitaan saat ini. Dengan kasih Allah yang dicurahkan melalui Roh Kudus, orang percaya dipanggil untuk hidup dalam iman, pengharapan, dan kasih yang mencerminkan kemuliaan Allah.

Catatan: Kiranya pengajaran ini menguatkan kita untuk hidup dalam damai dengan Allah, bersandar pada kasih karunia-Nya, dan berpengharapan yang kokoh dalam segala situasi hidup.

Next Post Previous Post