Tetap Setia kepada Allah: Ibrani 3:12-13
Pendahuluan:
Dalam Ibrani 3:12-13, penulis Surat Ibrani memberikan peringatan dan dorongan yang mendalam bagi umat Kristen untuk tetap setia kepada Allah dan saling memperkuat iman satu sama lain. Ayat ini menyoroti betapa pentingnya menjaga hati yang tidak berpaling dari Tuhan, menjauhkan diri dari ketidakpercayaan, dan mendorong satu sama lain setiap hari agar tetap teguh dalam iman. Peringatan ini merujuk pada kisah ketidaksetiaan bangsa Israel di padang gurun sebagai contoh bagaimana ketidakpercayaan dapat membawa pada kehancuran rohani.Artikel ini akan mengeksplorasi makna Ibrani 3:12-13, membahas konsep kesetiaan kepada Allah, peran komunitas dalam mempertahankan iman, dan bagaimana umat Kristen dapat menghindari ketidakpercayaan. Berdasarkan pandangan dari berbagai pakar teologi, kita akan mendalami prinsip-prinsip ketaatan dan kesetiaan yang terkandung dalam ayat ini serta relevansinya bagi kehidupan Kristen masa kini.
Teks Ibrani 3:12-13
Berikut adalah teks dari Ibrani 3:12-13:
“Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup. Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan ‘hari ini’, supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa.”
1. Peringatan untuk Menjaga Hati dari Ketidakpercayaan
Penulis Ibrani membuka dengan peringatan kepada umat Kristen untuk berhati-hati agar tidak jatuh ke dalam ketidakpercayaan. Ketidakpercayaan adalah ancaman serius bagi kehidupan rohani, karena dapat membuat seseorang berpaling dari Allah yang hidup. Ibrani 3:12 mengingatkan kita bahwa hati yang tidak percaya adalah hati yang jahat dan tidak setia kepada Tuhan.
Leon Morris dalam The Expositor’s Bible Commentary menyatakan bahwa ketidakpercayaan adalah dasar dari semua dosa dan pemberontakan terhadap Allah. Menurut Morris, ketidakpercayaan tidak hanya merujuk pada keraguan, tetapi juga menunjukkan hati yang menolak Allah. Ketika hati seseorang mulai kehilangan kepercayaan kepada Allah, maka ia akan semakin rentan terhadap pengaruh dosa.
John MacArthur dalam The MacArthur New Testament Commentary menggarisbawahi bahwa ketidakpercayaan adalah ancaman yang harus diwaspadai oleh setiap orang percaya. Menurut MacArthur, peringatan ini diberikan kepada jemaat Kristen karena ketidakpercayaan tidak hanya membawa konsekuensi bagi individu, tetapi juga mempengaruhi komunitas iman secara keseluruhan.
2. Menjauhkan Diri dari Ketegaran Hati dan Ketidakpercayaan
Dalam ayat ini, penulis Ibrani memperingatkan tentang bahaya "ketegaran hati" yang bisa terjadi karena “tipu daya dosa.” Ketegaran hati adalah keadaan di mana seseorang menjadi keras, tidak peka terhadap tuntunan Allah, dan terpengaruh oleh dosa. Ketegaran hati membuat seseorang enggan menerima koreksi dan kebenaran Allah, yang pada akhirnya membawa pada pemberontakan dan kemurtadan.
Charles Spurgeon dalam salah satu khotbahnya menjelaskan bahwa ketegaran hati adalah kondisi berbahaya yang membuat seseorang sulit bertobat. Menurut Spurgeon, ketegaran hati bisa terjadi ketika dosa terus-menerus diabaikan dan tidak disadari. Orang yang tegar hati akan semakin sulit mendengar suara Tuhan, karena hatinya sudah dipenuhi oleh penolakan terhadap kebenaran.
Dietrich Bonhoeffer dalam The Cost of Discipleship menekankan pentingnya hidup dalam kerendahan hati dan ketaatan kepada Tuhan untuk menghindari ketegaran hati. Menurut Bonhoeffer, ketegaran hati sering kali adalah hasil dari kesombongan spiritual, di mana seseorang merasa tidak perlu lagi bergantung pada Tuhan dan mematuhi perintah-Nya.
3. Panggilan untuk Hidup dalam Komunitas dan Saling Menasihati
Dalam Ibrani 3:13, penulis Ibrani menasihati umat Kristen untuk saling mendukung dan menasihati satu sama lain “setiap hari.” Hidup dalam komunitas yang saling mendukung adalah cara penting untuk menjaga kesetiaan kepada Allah. Dengan saling menasihati, umat Kristen dapat membantu satu sama lain untuk tetap kuat dalam iman dan menghindari ketegaran hati.
John Stott dalam The Living Church menyoroti bahwa hidup dalam komunitas adalah bagian dari panggilan Kristen. Stott menekankan bahwa jemaat memiliki tanggung jawab untuk saling membangun dan mendukung dalam iman, sehingga ketidakpercayaan dan dosa tidak menemukan tempat di tengah jemaat. Stott juga menegaskan bahwa komunitas Kristen adalah sarana yang Allah berikan agar orang percaya dapat bertumbuh dalam kesetiaan.
Dietrich Bonhoeffer dalam Life Together mengungkapkan bahwa hidup dalam komunitas Kristen adalah kesempatan untuk saling memperkuat iman dan menjaga hati dari godaan dosa. Bonhoeffer menekankan bahwa nasihat yang diberikan oleh saudara seiman sangat penting untuk menjaga jemaat tetap teguh dalam panggilan iman.
4. “Hari Ini”: Kesadaran akan Pentingnya Respons Segera dalam Iman
Penulis Ibrani menekankan kata “hari ini” sebagai pengingat untuk menanggapi firman Tuhan dengan segera dan tidak menunda-nunda. Penekanan ini adalah pengingat bahwa setiap hari adalah kesempatan untuk mendekat kepada Tuhan dan menjauhi ketidakpercayaan. "Hari ini" adalah momen yang mendesak, di mana orang percaya harus membuat keputusan untuk tetap setia kepada Allah dan menghindari dosa.
R.C. Sproul dalam Now, That’s a Good Question! menjelaskan bahwa peringatan “hari ini” menunjukkan bahwa kesempatan untuk bertobat dan mendengarkan Tuhan ada batasnya. Menurut Sproul, penting bagi setiap orang percaya untuk menanggapi panggilan Tuhan dengan segera, karena menunda-nunda adalah salah satu cara dosa membentuk ketegaran hati.
Timothy Keller dalam Walking with God through Pain and Suffering menekankan bahwa “hari ini” berarti kita dipanggil untuk hidup dalam kesadaran yang terus-menerus akan Tuhan. Menurut Keller, menunda tanggapan terhadap firman Tuhan membuat hati menjadi tidak peka, yang akhirnya membuat seseorang jauh dari kehendak Tuhan.
5. Tipu Daya Dosa: Bahaya yang Mengancam Kesetiaan
Ayat 13 menyebutkan “tipu daya dosa” sebagai ancaman serius yang dapat mengeraskan hati seseorang. Dosa sering kali menipu kita dengan memberikan kesenangan sesaat dan rasa aman palsu. Penulis Ibrani memperingatkan bahwa tipu daya dosa ini dapat membuat seseorang menjadi tegar hati dan sulit untuk kembali pada jalan kebenaran.
A.W. Tozer dalam The Knowledge of the Holy menjelaskan bahwa dosa memiliki cara untuk membutakan kita terhadap kehendak Tuhan. Menurut Tozer, dosa menipu dengan menawarkan kenikmatan sementara, tetapi pada akhirnya membawa kehancuran. Orang Kristen harus selalu waspada terhadap tipu daya dosa, karena dosa selalu berusaha menjauhkan kita dari Tuhan.
C.S. Lewis dalam The Screwtape Letters menggambarkan bagaimana dosa dapat mempengaruhi pikiran dan hati seseorang. Melalui cerita-ceritanya, Lewis menunjukkan bahwa dosa sering kali menyusup secara halus, sehingga orang tidak menyadari bahwa hatinya perlahan-lahan menjadi keras dan jauh dari Tuhan.
6. Berpegang pada Iman dan Kesetiaan kepada Allah
Kesetiaan kepada Allah adalah panggilan utama bagi setiap orang percaya. Ibrani 3:12-13 mengajarkan bahwa kita harus terus berpegang pada iman kita dan menghindari segala bentuk ketidakpercayaan. Kesetiaan ini bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab komunitas, di mana setiap orang dipanggil untuk saling membangun dalam iman.
John Piper dalam Desiring God menyebutkan bahwa iman yang sejati akan selalu mendorong kita untuk tetap setia kepada Tuhan. Piper menegaskan bahwa ketidakpercayaan adalah ancaman yang harus dihindari, dan salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan hidup dalam komunitas yang saling mendukung.
Dallas Willard dalam The Divine Conspiracy menekankan bahwa kesetiaan kepada Allah memerlukan komitmen yang kuat untuk hidup dalam iman dan ketaatan. Menurut Willard, orang Kristen harus sadar bahwa kehidupan iman bukanlah perjalanan yang mudah, tetapi dengan saling mendukung, kita dapat tetap setia kepada Tuhan hingga akhir.
Kesimpulan
Ibrani 3:12-13 memberikan peringatan yang kuat kepada umat Kristen untuk menjaga hati agar tetap setia kepada Allah dan menjauhi ketidakpercayaan. Penulis Ibrani mengajarkan bahwa ketidakpercayaan, ketegaran hati, dan tipu daya dosa adalah ancaman serius yang dapat membuat seseorang berpaling dari Allah. Untuk menghindarinya, umat Kristen dipanggil untuk hidup dalam komunitas yang saling mendukung dan menasihati, serta merespons panggilan Tuhan “hari ini” dengan hati yang terbuka dan penuh ketaatan.
Para teolog seperti Leon Morris, R.C. Sproul, dan Dietrich Bonhoeffer menekankan bahwa hidup dalam komunitas yang mendukung adalah sarana yang Allah berikan untuk menjaga kesetiaan umat-Nya. Melalui komunitas yang saling menguatkan, orang percaya dapat bertahan dalam iman dan menghindari tipu daya dosa yang berpotensi mengeraskan hati.
Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk tetap setia kepada Allah dalam segala situasi. Dengan menjaga hati kita tetap dekat dengan Tuhan, hidup dalam kesadaran akan firman-Nya setiap hari, dan berada dalam komunitas yang saling mendukung, kita dapat menghindari ketidakpercayaan dan terus hidup dalam panggilan-Nya.