Theos dalam Alkitab: Memahami Allah dalam Perspektif Teologi Kristen

Pendahuluan:

Dalam Kekristenan, salah satu kata paling fundamental dalam Alkitab adalah Theos, yang dalam bahasa Yunani berarti "Allah" atau "Tuhan." Kata ini muncul ratusan kali dalam Perjanjian Baru, menggambarkan berbagai aspek Allah: sifat-Nya, karya-Nya, dan hubungan-Nya dengan manusia. Pemahaman tentang Theos merupakan landasan penting bagi teologi Kristen, karena mencakup konsep-konsep kunci seperti monoteisme, Tritunggal, dan sifat-sifat Allah.
Theos dalam Alkitab: Memahami Allah dalam Perspektif Teologi Kristen
Artikel ini akan mengeksplorasi penggunaan Theos dalam Alkitab, pandangan beberapa pakar teologi, serta relevansi konsep ini bagi iman Kristen masa kini.

I. Pengertian Theos dalam Bahasa Asli Alkitab

Dalam Alkitab Yunani, Theos adalah istilah umum yang digunakan untuk merujuk kepada Allah. Kata ini setara dengan Elohim dalam bahasa Ibrani Perjanjian Lama. Menurut Strong's Concordance, Theos memiliki nomor referensi G2316, yang berarti "Allah yang ilahi, Mahakuasa, dan Esa."

Penggunaan dalam Alkitab Perjanjian Baru:

  1. Sebagai Allah Bapa

    • Dalam Yohanes 17:3, Yesus berkata, "Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah (Theos) yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus." Ayat ini menekankan keesaan Allah Bapa sebagai pusat iman Kristen.
  2. Merujuk kepada Yesus Kristus

    • Dalam Yohanes 1:1, Firman dikatakan sebagai Theos: "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah." Ayat ini digunakan untuk mendukung doktrin keilahian Kristus.
  3. Dalam Konteks Tritunggal

    • Dalam Matius 28:19, Theos dipahami dalam kerangka Tritunggal: "Baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus." Walaupun istilah Theos secara eksplisit tidak muncul di sini, konsepnya terkait erat dengan Allah yang Esa dalam tiga Pribadi.

II. Perspektif Pakar Teologi tentang Theos

  1. Thomas Aquinas
    Thomas Aquinas, seorang teolog abad pertengahan, menggambarkan Theos sebagai "Keberadaan yang Esa, Kekal, dan Tak Berubah." Dalam bukunya Summa Theologica, ia menekankan bahwa Allah sebagai Theos adalah sumber segala keberadaan dan memiliki atribut-atribut seperti kemahatahuan, kemahakuasaan, dan kasih yang sempurna.

  2. Karl Barth
    Karl Barth dalam Church Dogmatics menekankan pentingnya wahyu Allah dalam memahami Theos. Ia menulis bahwa Theos tidak dapat dikenali oleh akal manusia tanpa wahyu dari Allah sendiri. Bagi Barth, Theos adalah Allah yang berbicara, yang menyatakan diri-Nya dalam Yesus Kristus.

  3. John Calvin
    Dalam Institutes of the Christian Religion, John Calvin menekankan keesaan dan kedaulatan Allah sebagai Theos. Calvin menulis bahwa pengenalan akan Theos dimulai dari wahyu umum (ciptaan) dan wahyu khusus (Alkitab). Ia menyoroti bahwa manusia hanya dapat mengenal Allah sejauh yang diizinkan oleh Allah.

III. Theos dalam Konteks Monoteisme

Kekristenan adalah agama monoteistik yang meyakini keberadaan satu Allah yang esa. Konsep Theos sebagai Allah yang satu ini ditekankan dalam banyak bagian Alkitab:

  • Ulangan 6:4: "Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!"
    Meskipun ayat ini dari Perjanjian Lama menggunakan Elohim, esensi keesaan ini dipahami dalam konsep Theos dalam Perjanjian Baru.

  • 1 Korintus 8:6: "Namun bagi kita hanya ada satu Allah (Theos), yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup."
    Ayat ini mempertegas doktrin monoteisme dalam iman Kristen.

IV. Theos dalam Doktrin Tritunggal

Meskipun Kekristenan monoteistik, konsep Theos juga terkait dengan doktrin Tritunggal, yaitu bahwa Allah yang esa terdiri dari tiga Pribadi: Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Beberapa ayat mendukung doktrin ini:

  1. Keilahian Bapa sebagai Theos

    • Yohanes 6:27: "...karena Dialah yang telah disahkan oleh Bapa, Allah (Theos) sendiri."
  2. Keilahian Anak sebagai Theos

    • Ibrani 1:8: "Tetapi tentang Anak Ia berkata: 'Takhta-Mu, ya Allah (Theos), tetap untuk seterusnya dan selamanya.'"
  3. Keilahian Roh Kudus dalam Konteks Theos

    • Kisah Para Rasul 5:3-4 menyatakan bahwa berbohong kepada Roh Kudus sama dengan berbohong kepada Allah (Theos), yang menunjukkan kesetaraan Roh Kudus dengan Allah.

V. Relevansi Konsep Theos dalam Kehidupan Kristen

1. Mengenal Allah yang Benar
Konsep Theos mengajarkan umat Kristen untuk mengenal Allah yang esa, yang penuh kasih, kudus, dan setia. Ini menjadi dasar bagi hubungan pribadi dengan Allah.

2. Ibadah yang Benar
Pemahaman tentang Theos memengaruhi cara umat Kristen beribadah. Yesus berkata dalam Yohanes 4:24, "Allah itu Roh, dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." Penyembahan kepada Theos yang sejati harus didasarkan pada kebenaran Alkitab.

3. Dasar Misi dan Penginjilan
Pemahaman akan Theos sebagai Allah yang menyelamatkan mendorong umat Kristen untuk memberitakan Injil. Dalam Matius 28:19-20, Allah memerintahkan murid-murid-Nya untuk membawa kabar baik kepada segala bangsa.

Kesimpulan

Theos dalam Alkitab tidak hanya menggambarkan Allah sebagai Pencipta dan Penguasa alam semesta, tetapi juga Allah yang hadir secara pribadi dalam kehidupan umat-Nya. Pemahaman ini diperkuat oleh wawasan dari para teolog seperti Thomas Aquinas, Karl Barth, dan John Calvin. Melalui eksplorasi kata Theos, umat Kristen diingatkan akan keesaan Allah, keagungan-Nya, dan kasih-Nya yang menyelamatkan. Sebagai respon, umat Kristen dipanggil untuk hidup dalam penyembahan, ketaatan, dan misi bagi Allah yang sejati, yaitu Theos yang dinyatakan dalam Alkitab.

"Karena dari Dialah, dan oleh Dialah, dan kepada Dialah segala sesuatu: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36).

Next Post Previous Post