Hidup dalam Sukacita, Ketekunan, dan Doa: Roma 12:12

Hidup dalam Sukacita, Ketekunan, dan Doa: Roma 12:12
"Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!Roma 12:12

Pendahuluan

Roma 12 adalah salah satu bagian Alkitab yang penuh dengan ajakan praktis untuk hidup sebagai murid Kristus. Ayat 12 secara khusus memberikan panduan sederhana namun mendalam: bersukacita, sabar, dan bertekun. Ayat ini bukan hanya panggilan untuk menjalani hidup Kristen secara individu, tetapi 
juga sebagai komunitas orang percaya yang saling menopang dalam segala keadaan.

Artikel ini mengupas makna Roma 12:12 dalam konteks hidup sehari-hari dan penerapannya. Kita juga akan melihat pandangan beberapa pakar teologi tentang ayat ini serta bagaimana pesan ini dapat membentuk kehidupan iman kita.

1. Bersukacita dalam Pengharapan

Sukacita adalah tema yang sering muncul dalam Alkitab, terutama dalam tulisan Rasul Paulus. Namun, sukacita yang dimaksud dalam Roma 12:12 bukanlah kebahagiaan sesaat yang bergantung pada keadaan, melainkan sukacita yang berakar dalam pengharapan kepada Allah.

Makna Sukacita dalam Pengharapan
Pengharapan Kristen adalah keyakinan yang kokoh pada janji Allah. Ini melibatkan pengharapan eskatologis bahwa Allah akan menggenapi rencana keselamatan-Nya sepenuhnya pada akhir zaman. Namun, pengharapan ini juga relevan untuk kehidupan saat ini.

Seperti yang dikatakan oleh J.I. Packer, "Pengharapan Kristen bukanlah fantasi, tetapi iman yang berakar pada pekerjaan Allah yang sudah selesai dalam Kristus dan yang terus berlanjut melalui Roh Kudus."

Yesus adalah sumber pengharapan kita. Dalam kelahiran, kematian, dan kebangkitan-Nya, Dia menunjukkan bahwa Allah setia kepada janji-Nya. Pengharapan ini memberi kita alasan untuk bersukacita, bahkan ketika keadaan di sekitar kita tidak mendukung.

Penerapan:

  • Dalam hidup sehari-hari, bersukacita dalam pengharapan berarti menjaga hati yang bersyukur meskipun menghadapi tantangan. Misalnya, ketika menghadapi kegagalan, kita dapat tetap bersukacita karena percaya bahwa Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan (Roma 8:28).
  • Sukacita ini juga menjadi kekuatan yang menopang kita untuk melayani sesama dengan sukarela dan penuh kasih.

2. Sabar dalam Kesesakan

Paulus menyadari bahwa hidup Kristen tidak selalu mudah. Kesesakan dan penderitaan adalah bagian dari perjalanan iman. Namun, Roma 12:12 mengajak kita untuk bersabar di tengah kesesakan, karena kesabaran adalah salah satu tanda orang percaya yang hidup dalam pengharapan kepada Allah.

Makna Kesabaran dalam Kesesakan
Kesabaran di sini bukan sekadar bertahan, tetapi juga menunjukkan ketekunan dalam iman. Dietrich Bonhoeffer, seorang teolog Jerman yang hidup di masa Perang Dunia II, menulis bahwa kesabaran adalah "keberanian untuk percaya kepada Allah, bahkan ketika jalan-Nya tidak sepenuhnya terlihat."

Yesus adalah teladan utama dalam hal kesabaran. Dia menanggung penderitaan dengan penuh kasih dan ketundukan kepada kehendak Bapa. Kesabaran-Nya dalam menghadapi penolakan, penganiayaan, hingga kematian di kayu salib adalah inspirasi bagi kita untuk tetap teguh dalam iman, apa pun situasi yang kita hadapi.

Penerapan:

  • Kesabaran dalam kesesakan berarti kita tidak cepat menyerah ketika menghadapi masalah dalam pekerjaan, keluarga, atau pelayanan.
  • Dalam komunitas gereja, kesabaran diperlukan untuk saling memahami dan mengampuni. Dengan bersabar, kita mencerminkan kasih Kristus kepada sesama.

3. Bertekun dalam Doa

Doa adalah dasar dari kehidupan Kristen. Dalam Roma 12:12, Paulus mengingatkan jemaat Roma untuk bertekun dalam doa, menunjukkan bahwa doa adalah alat yang penting untuk menjalani kehidupan iman yang kuat.

Makna Bertekun dalam Doa
Bertekun dalam doa bukan berarti hanya berdoa secara rutin, tetapi juga menunjukkan kesetiaan, ketergantungan, dan hubungan yang mendalam dengan Allah. Karl Barth, seorang teolog terkenal, menyebut doa sebagai "nafas iman." Artinya, doa adalah ekspresi dari hubungan kita yang hidup dengan Allah.

Dalam Lukas 18:1-8, Yesus memberikan perumpamaan tentang seorang janda yang gigih meminta keadilan. Perumpamaan ini menegaskan pentingnya ketekunan dalam doa, bahkan ketika jawaban doa tampak tertunda.

Penerapan:

  • Bertekun dalam doa berarti kita melibatkan Allah dalam setiap aspek hidup kita, baik besar maupun kecil.
  • Doa juga adalah alat untuk membawa penghiburan kepada mereka yang sedang menderita. Dengan berdoa untuk orang lain, kita menjadi saluran kasih dan kuasa Allah.
  • Bertekun dalam doa berarti tidak menyerah, bahkan ketika jawaban Allah berbeda dari apa yang kita harapkan.

4. Roma 12:12 dalam Kehidupan Kristen

Roma 12:12 adalah peta hidup Kristen yang menuntun kita untuk menghadapi segala situasi. Ayat ini relevan dalam berbagai konteks kehidupan:

  1. Dalam Penderitaan
    Ketika menghadapi penderitaan, Roma 12:12 mengingatkan kita untuk tetap memiliki pengharapan, bersabar, dan terus mencari Allah dalam doa. Ini adalah kekuatan untuk tetap berdiri teguh, meskipun segala sesuatu tampak melawan kita.

  2. Dalam Pelayanan
    Dalam pelayanan, sukacita, kesabaran, dan doa adalah tiga pilar yang menopang. Sukacita menjaga hati kita tetap bersemangat, kesabaran membantu kita menghadapi tantangan, dan doa memastikan kita tetap berjalan dalam kehendak Allah.

  3. Dalam Komunitas
    Sebagai tubuh Kristus, kita dipanggil untuk saling menopang. Roma 12:12 mendorong kita untuk membawa sukacita kepada sesama, bersabar dalam perbedaan, dan saling mendoakan.

5. Roma 12:12 dan Pandangan Teologis

Beberapa pakar teologi memberikan wawasan yang mendalam tentang Roma 12:12:

  1. John Stott
    Dalam bukunya The Message of Romans, Stott menyoroti bahwa Roma 12:12 menghubungkan tiga elemen penting kehidupan Kristen: iman, kasih, dan pengharapan. Ia menegaskan bahwa hidup Kristen tidak hanya berpusat pada tindakan, tetapi juga pada sikap hati yang berakar dalam kasih Allah.

  2. N.T. Wright
    N.T. Wright menekankan bahwa Roma 12:12 menunjukkan kehidupan Kristen yang berfokus pada komunitas dan misi. Sukacita, kesabaran, dan doa bukan hanya untuk pribadi, tetapi juga untuk membangun tubuh Kristus dan membawa Injil ke dunia.

  3. Karl Barth
    Barth menyoroti pentingnya doa dalam Roma 12:12, dengan menyebut doa sebagai "pintu menuju kehadiran Allah." Baginya, ketekunan dalam doa adalah bentuk pengakuan bahwa segala sesuatu bergantung pada Allah.

6. Makna Teologis Roma 12:12 dalam Perspektif Teologi Reformed

Dalam perspektif teologi Reformed, ayat ini mengajarkan prinsip-prinsip penting dalam kehidupan Kristen, yaitu sukacita dalam pengharapan, ketekunan dalam penderitaan, dan keteguhan dalam doa. Ketiga aspek ini bukan hanya sekadar nasihat moral, tetapi merupakan hasil dari anugerah Allah yang bekerja dalam hidup orang percaya.

1. Sukacita dalam Pengharapan: Hidup Berpusat pada Janji Allah

Bagian pertama dari Roma 12:12 mengajarkan agar orang percaya memiliki sukacita dalam pengharapan. Sukacita ini bukan berasal dari keadaan duniawi yang sementara, tetapi dari pengharapan yang kekal di dalam Kristus.

a. Sukacita yang Berakar dalam Pengharapan Injil

John Calvin dalam Commentary on Romans menjelaskan bahwa sukacita sejati dalam kehidupan Kristen bukanlah hasil dari kenyamanan dunia, tetapi dari pengharapan yang diberikan oleh Allah dalam Kristus. Calvin menulis:

“Sukacita Kristen adalah sukacita yang tidak bergantung pada keadaan, tetapi pada janji keselamatan yang pasti di dalam Kristus.”

Sukacita dalam pengharapan adalah buah dari iman kepada janji-janji Allah. Pengharapan ini mencakup:

  • Jaminan keselamatan dalam Kristus (Efesus 2:8-9)
  • Pengharapan akan kehidupan kekal (Yohanes 3:16)
  • Kepastian bahwa Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk kebaikan kita (Roma 8:28)

b. Sukacita yang Melampaui Keadaan Duniawi

Jonathan Edwards dalam Religious Affections menegaskan bahwa sukacita Kristen bersifat rohani dan melampaui keadaan dunia. Sukacita ini tidak seperti kebahagiaan duniawi yang bergantung pada kenyamanan fisik, tetapi merupakan hasil dari hubungan yang intim dengan Allah.

R.C. Sproul dalam The Holiness of God juga menekankan bahwa sukacita sejati hanya dapat ditemukan dalam mengenal dan menikmati Allah. Ia menjelaskan bahwa sukacita Kristen bukan hanya emosi, tetapi merupakan respons terhadap kebenaran bahwa Allah telah menebus umat-Nya dan sedang menggenapi rencana keselamatan-Nya.

2. Ketekunan dalam Kesusahan: Penderitaan sebagai Bagian dari Rencana Allah

Bagian kedua dari Roma 12:12 mengajarkan agar orang percaya tetap tabah dalam menghadapi kesusahan. Dalam teologi Reformed, penderitaan dipandang sebagai bagian dari rencana Allah yang berdaulat untuk membentuk iman dan karakter orang percaya.

a. Penderitaan sebagai Sarana Pemurnian Iman

Charles Hodge dalam Systematic Theology menjelaskan bahwa penderitaan bukanlah tanda bahwa Allah meninggalkan umat-Nya, tetapi justru adalah sarana yang digunakan-Nya untuk memperkuat iman mereka.

“Allah menggunakan penderitaan untuk memurnikan hati orang percaya, agar mereka semakin bergantung kepada-Nya.”

Hal ini sesuai dengan Yakobus 1:2-4 yang menyatakan bahwa ujian iman menghasilkan ketekunan, yang pada akhirnya membawa kepada kedewasaan rohani.

b. Teladan Kristus dalam Penderitaan

Michael Horton dalam The Christian Faith menegaskan bahwa ketekunan dalam penderitaan harus didasarkan pada teladan Kristus. Yesus sendiri menderita dan taat sampai mati (Filipi 2:8). Orang percaya dipanggil untuk mengikuti jejak-Nya, bukan dengan mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi dengan bergantung pada kuasa Roh Kudus.

Tim Keller dalam Walking with God through Pain and Suffering menjelaskan bahwa penderitaan dalam hidup orang percaya tidak pernah sia-sia. Allah memakai penderitaan untuk membawa mereka lebih dekat kepada-Nya dan mengarahkan hati mereka kepada kekekalan.

3. Bertekun dalam Doa: Ketergantungan kepada Allah dalam Hidup Orang Percaya

Bagian terakhir dari Roma 12:12 menekankan pentingnya ketekunan dalam doa. Doa dalam teologi Reformed bukan hanya permohonan, tetapi adalah sarana utama persekutuan dengan Allah.

a. Doa sebagai Ekspresi Iman kepada Allah yang Berdaulat

John Owen dalam Communion with God menegaskan bahwa doa adalah cara orang percaya mengekspresikan iman mereka kepada Allah yang berdaulat. Doa bukan untuk mengubah kehendak Allah, tetapi untuk menyesuaikan hati kita dengan rencana-Nya.

Jonathan Edwards dalam A Treatise Concerning Religious Affections juga menekankan bahwa doa yang sejati haruslah lahir dari hati yang sungguh-sungguh merindukan hadirat Allah.

b. Ketekunan dalam Doa sebagai Bentuk Ketahanan Iman

Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menulis bahwa doa yang tekun adalah bukti dari ketahanan iman. Ia menjelaskan bahwa orang percaya harus terus berdoa bahkan ketika mereka tidak segera melihat jawaban dari Tuhan, karena doa membentuk hati yang sabar dan percaya kepada-Nya.

Martyn Lloyd-Jones dalam Studies in the Sermon on the Mount menjelaskan bahwa doa adalah nafas kehidupan rohani orang percaya. Bertekun dalam doa berarti hidup dalam ketergantungan penuh kepada Allah, menyerahkan segala kekhawatiran kepada-Nya, dan tetap mencari kehendak-Nya dalam segala sesuatu.

Kesimpulan

Roma 12:12 adalah panggilan untuk hidup yang penuh iman, kasih, dan pengharapan. Melalui sukacita dalam pengharapan, kita dapat menghadapi tantangan hidup dengan hati yang bersyukur. Dengan kesabaran dalam kesesakan, kita menunjukkan iman kita kepada Allah yang setia. Dan melalui ketekunan dalam doa, kita memperkuat hubungan kita dengan Allah dan membawa kebutuhan kita kepada-Nya.

Baca Juga: Penghiburan Ilahi dalam Yohanes 14:1

Penerapan dalam Hidup Kita:

  • Biarkan sukacita Natal menjadi pengingat akan pengharapan kita dalam Kristus.
  • Bersabarlah dalam menghadapi tantangan hidup, percaya bahwa Allah bekerja untuk mendatangkan kebaikan.
  • Bertekunlah dalam doa, mencari kehendak Allah dalam setiap aspek hidup.

Roma 12:12 adalah undangan untuk hidup dalam kasih karunia Allah, mencerminkan sukacita, ketekunan, dan ketergantungan kepada-Nya. Mari kita menjadikan ayat ini panduan dalam hidup kita, sehingga hidup kita dapat menjadi kesaksian yang memuliakan Allah.

Amin.

Next Post Previous Post