Doa yang Tulus di Hadapan Allah: Matius 6:5-6

Doa yang Tulus di Hadapan Allah: Matius 6:5-6

Pengantar:

Matius 6:5:"Dan, ketika kamu berdoa, jangan kamu seperti orang-orang munafik karena mereka suka berdiri dan berdoa di sinagoge-sinagoge dan di sudut-sudut jalan supaya dilihat orang lain. Aku mengatakan yang sesungguhnya kepadamu, mereka sudah menerima upahnya."Matius 6:6:"Akan tetapi, ketika kamu berdoa, masuklah ke dalam kamarmu dan tutuplah pintunya, dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi itu akan memberikan upah kepadamu."- Matius 6:5-6 

Kedua ayat ini merupakan bagian dari pengajaran Yesus dalam Khotbah di Bukit yang menekankan praktik doa yang benar. Dalam tradisi teologi Reformed, ayat-ayat ini memiliki makna yang mendalam terkait hubungan antara manusia dengan Allah, sifat ibadah, dan motivasi hati yang sejati. Berikut adalah uraian ayat ini berdasarkan perspektif teologi Reformed.

1. Larangan Terhadap Doa yang Munafik

Yesus dengan tegas mengkritik perilaku doa yang dilakukan oleh orang-orang munafik di sinagoge dan di sudut-sudut jalan dengan tujuan untuk dilihat orang lain. Dalam pandangan teologi Reformed, tindakan ini mencerminkan sikap ibadah yang hanya berorientasi pada manusia dan bukan kepada Allah.

a. Doa Sebagai Ibadah yang Bersifat Vertikal
John Calvin, dalam Institutes of the Christian Religion, menekankan bahwa doa adalah dialog suci antara manusia dengan Allah. Doa yang sejati adalah ekspresi kebergantungan dan kerinduan kepada Allah, bukan alat untuk mencari pengakuan dari manusia. Ketika doa dipraktikkan untuk memuaskan ego atau memperoleh pujian, esensi doa itu sendiri telah dicemari.

b. Munafik Sebagai Penipuan Rohani
Orang munafik dalam konteks ini digambarkan sebagai mereka yang berpura-pura memiliki kesalehan di hadapan manusia. Herman Bavinck menegaskan bahwa munafik dalam ibadah adalah bentuk penyembahan berhala terhadap diri sendiri. Doa mereka kehilangan keintiman dengan Allah karena lebih terfokus pada kesan yang mereka ciptakan di mata orang lain.

2. Konsep Upah dalam Doa

Yesus menyatakan bahwa mereka yang berdoa untuk dilihat orang lain "sudah menerima upahnya." Ungkapan ini menunjukkan bahwa upah mereka hanyalah pengakuan dari manusia, bukan perkenanan dari Allah.

a. Upah Sementara Versus Upah Kekal
Dalam tradisi Reformed, tindakan yang didasarkan pada motivasi egois hanya menghasilkan upah sementara. R.C. Sproul menekankan bahwa Allah tidak berkenan kepada doa yang berpusat pada manusia, dan doa seperti itu tidak membawa berkat rohani. Upah sejati adalah perkenanan Allah dan hubungan intim dengan-Nya.

b. Allah Sebagai Pemberi Upah
Konsep upah dalam teologi Reformed tidak pernah terpisah dari anugerah. Upah yang diberikan Allah bukanlah hasil dari usaha manusia, melainkan ekspresi kemurahan hati-Nya kepada mereka yang datang dengan hati yang tulus. Ini menegaskan pentingnya motivasi hati dalam doa.

3. Doa yang Benar: Keintiman dengan Allah

Yesus mengarahkan para murid untuk masuk ke dalam kamar dan berdoa secara pribadi kepada Bapa di tempat tersembunyi. Dalam tradisi Reformed, tindakan ini melambangkan hubungan pribadi yang dalam antara manusia dan Allah.

a. Keintiman Pribadi dengan Allah
John Owen, seorang teolog Reformed, menekankan bahwa doa pribadi adalah sarana utama untuk memperdalam hubungan dengan Allah. Ketika seseorang masuk ke dalam kamar dan menutup pintu, ia melepaskan diri dari gangguan dunia dan sepenuhnya berfokus kepada Allah. Keheningan ini memungkinkan komunikasi yang tulus dan mendalam dengan Bapa.

b. Allah yang Melihat di Tempat Tersembunyi
Yesus menggambarkan Allah sebagai Bapa yang melihat segala sesuatu, bahkan yang tersembunyi. Herman Bavinck menjelaskan bahwa Allah mengenal hati manusia dan tidak memandang penampilan lahiriah. Hal ini mengajarkan orang percaya untuk hidup dalam kesadaran akan kehadiran Allah yang terus-menerus (coram Deo).

4. Doa sebagai Ekspresi Kebergantungan pada Allah

Matius 6:5-6 menekankan bahwa doa bukanlah ritual kosong tetapi ungkapan kebergantungan penuh kepada Allah. Dalam teologi Reformed, doa dipandang sebagai salah satu sarana anugerah yang memperdalam iman dan ketaatan.

a. Doa Sebagai Respons terhadap Anugerah
John Calvin menekankan bahwa doa bukanlah sarana untuk memanipulasi Allah, melainkan respons terhadap kasih dan anugerah-Nya. Ketika seseorang berdoa, ia mengakui keterbatasannya dan menyerahkan dirinya kepada kehendak Allah.

b. Kebergantungan Total pada Allah
Cornelius Van Til menyoroti bahwa doa adalah wujud kebergantungan manusia pada Allah yang mutlak berdaulat. Ketika orang percaya berdoa dengan tulus, mereka menyerahkan semua kekhawatiran, kebutuhan, dan harapan mereka kepada Allah, yang adalah sumber segala sesuatu.

5. Pengajaran Yesus tentang Doa dalam Konteks Keseluruhan

Matius 6:5-6 merupakan bagian dari pengajaran Yesus tentang ibadah yang sejati dalam Khotbah di Bukit. Dalam pengajaran ini, Yesus mengontraskan ibadah yang benar dengan praktik-praktik agama yang salah.

a. Hati yang Murni dalam Ibadah
Yesus menekankan pentingnya kemurnian hati dalam ibadah. Dalam teologi Reformed, ini berarti bahwa ibadah tidak boleh menjadi sarana untuk mencari kemuliaan diri. Sinclair Ferguson menegaskan bahwa hati yang murni dalam doa akan menghasilkan kehidupan yang selaras dengan kehendak Allah.

b. Ibadah yang Berpusat pada Allah
A.W. Pink menjelaskan bahwa doa adalah bentuk ibadah yang harus selalu berpusat pada Allah. Ini berarti bahwa fokus utama dalam doa bukanlah kebutuhan manusia, melainkan kehormatan dan kemuliaan Allah.

6. Doa dalam Komunitas dan Doa Pribadi

Meskipun Matius 6:5-6 menyoroti pentingnya doa pribadi, ini tidak meniadakan nilai doa bersama dalam komunitas. Dalam tradisi Reformed, doa pribadi dan doa bersama saling melengkapi.

a. Doa Pribadi untuk Keintiman dengan Allah
Doa pribadi memungkinkan orang percaya untuk memperdalam hubungan pribadi mereka dengan Allah. Ini adalah waktu untuk mendengarkan Allah dan mencurahkan isi hati kepada-Nya tanpa gangguan.

b. Doa Bersama untuk Edifikasi Tubuh Kristus
Doa bersama dalam komunitas adalah cara untuk membangun tubuh Kristus. John Calvin menekankan pentingnya doa bersama dalam gereja sebagai sarana untuk memperkuat iman dan memohon pertolongan Allah secara kolektif.

7. Aplikasi Praktis Matius 6:5-6

Ayat-ayat ini memiliki implikasi praktis yang mendalam bagi kehidupan orang percaya:

  1. Motivasi yang Tulus dalam Doa: Orang percaya diajak untuk memeriksa motivasi hati mereka dalam berdoa. Apakah doa itu ditujukan untuk memuliakan Allah atau untuk mendapatkan pengakuan manusia?
  2. Menekankan Keintiman dengan Allah: Doa yang benar adalah doa yang penuh keintiman dengan Allah, dilakukan dalam kerendahan hati dan kepercayaan penuh kepada-Nya.
  3. Hidup dalam Kesadaran Akan Kehadiran Allah: Doa pribadi yang tersembunyi mengingatkan orang percaya untuk hidup dalam kesadaran akan kehadiran Allah yang terus-menerus (coram Deo).
  4. Pentingnya Keheningan dan Fokus: Dalam dunia yang penuh gangguan, masuk ke dalam kamar dan menutup pintu adalah langkah praktis untuk menciptakan ruang di mana doa dapat dilakukan dengan fokus penuh kepada Allah.

Kesimpulan

Matius 6:5-6 adalah pengajaran Yesus yang sangat relevan untuk memahami doa sebagai bagian dari kehidupan Kristen. Dalam teologi Reformed, doa dilihat sebagai sarana anugerah yang menghubungkan manusia dengan Allah, memperdalam iman, dan membangun keintiman dengan-Nya.

Doa yang benar adalah doa yang dilakukan dengan hati yang tulus, fokus pada Allah, dan tidak dipengaruhi oleh keinginan untuk mendapatkan pengakuan manusia. Melalui doa, orang percaya mengalami kehadiran Allah yang penuh kasih, yang melihat apa yang tersembunyi dan memberikan upah yang sejati.

Next Post Previous Post