Hakikat Pertobatan dalam Perspektif Reformed

Hakikat Pertobatan dalam Perspektif Reformed

Pendahuluan:

Pertobatan adalah salah satu ajaran utama dalam Kekristenan. Doktrin ini menjadi pusat dari pemberitaan Injil, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Dalam tradisi Reformed, pertobatan dipandang sebagai bagian penting dari keselamatan, yang terjadi sebagai respon terhadap anugerah Allah. Namun, apa sebenarnya pertobatan itu? Mengapa doktrin ini begitu penting, dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari?

Artikel ini akan menggali doktrin pertobatan melalui penjelasan Alkitabiah, pandangan para teolog Reformed, serta implikasi praktis bagi umat Kristen.

1. Definisi Pertobatan

1. Makna Alkitabiah

Kata "pertobatan" dalam Alkitab berasal dari dua istilah utama:

  • Bahasa Ibrani: Shuv (שוב), yang berarti "berbalik" atau "kembali." Istilah ini digunakan dalam konteks Israel yang dipanggil untuk berbalik dari dosa kepada Allah. Yeremia 3:14 berkata, "Kembalilah, hai anak-anak yang murtad, demikianlah firman TUHAN."

  • Bahasa Yunani: Metanoia (μετάνοια), yang berarti "perubahan pikiran." Dalam Perjanjian Baru, kata ini digunakan untuk menggambarkan perubahan total dalam pikiran, hati, dan tindakan seseorang yang berbalik kepada Allah. Misalnya, Yesus berkata, "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat" (Matius 4:17).

2. Definisi Teologis

Menurut John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion, pertobatan adalah "perubahan sejati hati kepada Allah, yang melibatkan kebencian terhadap dosa dan kasih kepada kebenaran." Pertobatan meliputi dua elemen utama:

  1. Penolakan terhadap dosa: Pertobatan melibatkan kesadaran akan kejahatan dosa dan tekad untuk meninggalkannya.
  2. Berbalik kepada Allah: Ini adalah tindakan iman, di mana seseorang mengarahkan hidupnya untuk mematuhi Allah dan kehendak-Nya.

2. Pertobatan dalam Narasi Alkitab

1. Pertobatan dalam Perjanjian Lama

Dalam Perjanjian Lama, seruan untuk bertobat sering kali dihubungkan dengan hubungan perjanjian antara Allah dan Israel. Nabi-nabi dipanggil untuk mengingatkan umat Allah tentang kesetiaan-Nya dan menyerukan pertobatan.

  • Yesaya 55:7: "Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN."
  • Yoel 2:12-13: "Berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan mengaduh... Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu."

Theolog seperti Herman Bavinck menekankan bahwa pertobatan dalam Perjanjian Lama adalah respons terhadap kesetiaan Allah. Israel dipanggil untuk meninggalkan dosa dan kembali kepada Allah sebagai tanda pemulihan hubungan perjanjian.

2. Pertobatan dalam Perjanjian Baru

Dalam Perjanjian Baru, pertobatan menjadi inti pemberitaan Yesus dan para rasul:

  • Yesus Kristus: Dalam Matius 4:17, Yesus memulai pelayanan-Nya dengan seruan, "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat." Pertobatan adalah tanggapan yang diperlukan untuk masuk ke dalam kerajaan Allah.

  • Para Rasul: Petrus dalam Kisah Para Rasul 2:38 menyerukan, "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu."

John Murray dalam Redemption Accomplished and Applied menyatakan bahwa pertobatan dalam Perjanjian Baru adalah pekerjaan Roh Kudus yang menghasilkan perubahan total dalam kehidupan seseorang. Ini bukan sekadar penyesalan, tetapi transformasi yang memengaruhi seluruh keberadaan manusia.

3. Elemen-Elemen Penting dalam Pertobatan

Menurut tradisi Reformed, pertobatan sejati mencakup beberapa elemen:

1. Kesadaran Akan Dosa

Pertobatan dimulai dengan kesadaran akan dosa. Hati yang telah diterangi oleh Roh Kudus akan melihat dosa dalam terang kekudusan Allah. Roma 3:23 menyatakan, "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah."

Theolog seperti Jonathan Edwards dalam Religious Affections menekankan bahwa kesadaran akan dosa tidak hanya mencakup rasa bersalah, tetapi juga pengakuan bahwa dosa adalah pelanggaran serius terhadap Allah yang kudus.

2. Penyesalan yang Tulus

2 Korintus 7:10 berbicara tentang "dukacita yang sesuai dengan kehendak Allah" yang menghasilkan pertobatan. Penyesalan ini berbeda dari rasa bersalah yang duniawi, karena diarahkan kepada Allah dan melibatkan kebencian terhadap dosa.

3. Pengakuan Dosa

Pertobatan sejati mencakup pengakuan dosa di hadapan Allah. Mazmur 32:5 berkata, "Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan."

4. Berbalik dari Dosa

Pertobatan bukan hanya tentang mengakui dosa tetapi juga meninggalkan dosa. Yehezkiel 18:30 berkata, "Berbaliklah dan berpalinglah dari segala durhakamu."

5. Iman kepada Kristus

Pertobatan dan iman berjalan beriringan. Ketika seseorang bertobat, dia juga menaruh iman kepada Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat. Kisah Para Rasul 20:21 menyatakan, "Bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus."

4. Pertobatan: Anugerah atau Tindakan?

Dalam tradisi Reformed, pertobatan dipandang sebagai hasil karya anugerah Allah. Theolog Louis Berkhof dalam Systematic Theology menekankan bahwa meskipun manusia bertindak dalam pertobatan, tindakan itu didorong oleh karya Roh Kudus yang memampukan hati manusia untuk berbalik kepada Allah.

Filipi 2:13 menyatakan, "Karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya." Dengan demikian, pertobatan adalah anugerah, tetapi juga memerlukan respon manusia yang nyata.

5. Penerapan Praktis dari Doktrin Pertobatan

1. Hidup dalam Pertobatan Sehari-Hari

Pertobatan bukanlah peristiwa sekali seumur hidup tetapi gaya hidup yang terus-menerus. Martin Luther dalam 95 Tesis-nya menulis, "Seluruh kehidupan orang Kristen harus berupa pertobatan." Setiap hari, orang percaya dipanggil untuk menguji dirinya sendiri, mengakui dosa, dan memperbarui komitmennya kepada Allah.

2. Mengakui dan Meninggalkan Dosa

Dalam kehidupan sehari-hari, umat Kristen harus belajar untuk mengakui dosa secara jujur dan meninggalkannya. Ini melibatkan introspeksi, doa, dan penerapan firman Allah.

Contoh Praktis:

  • Dalam hubungan, kita harus meminta maaf kepada orang lain dan memperbaiki kesalahan kita.
  • Dalam pergumulan dosa pribadi, seperti kebohongan atau kecanduan, kita harus mencari kekuatan dari Allah untuk bertobat dan meninggalkannya.

3. Bersandar pada Anugerah Allah

Pertobatan tidak mungkin dilakukan tanpa anugerah Allah. Orang percaya harus selalu bersandar pada Roh Kudus untuk memberikan kekuatan dan keyakinan akan dosa.

4. Menyadari Janji Pengampunan

1 Yohanes 1:9 menyatakan, "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita." Pertobatan membawa pembaruan dan pengampunan, sehingga tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni oleh Allah.

Kesimpulan

Doktrin pertobatan adalah inti dari kehidupan Kristen. Itu adalah panggilan Allah kepada setiap orang untuk berbalik dari dosa dan menuju kepada-Nya dengan iman. Dalam perspektif Reformed, pertobatan adalah hasil karya Roh Kudus yang memampukan orang berdosa untuk menyadari kejahatan dosa, menyesal, mengaku dosa, dan hidup dalam ketaatan kepada Allah.

Melalui pertobatan, kita menemukan kasih dan anugerah Allah yang melimpah. Sebagai umat tebusan, marilah kita menjalani kehidupan yang dipenuhi dengan pertobatan sejati, sehingga nama Allah dimuliakan dalam segala hal.

Sumber:

  1. Calvin, John. Institutes of the Christian Religion.
  2. Murray, John. Redemption Accomplished and Applied.
  3. Berkhof, Louis. Systematic Theology.
  4. Edwards, Jonathan. Religious Affections.
Next Post Previous Post