Kerendahan Hati yang Ditinggikan: Lukas 14:11
"Sebab, semua orang yang meninggikan dirinya akan direndahkan, tetapi ia yang merendahkan dirinya akan ditinggikan." (Lukas 14:11, AYT)
Pendahuluan:
Kerendahan hati adalah nilai inti dalam ajaran Kristen, dan Lukas 14:11 menempatkannya sebagai prinsip utama dalam Kerajaan Allah. Ayat ini menjadi penutup perumpamaan Yesus tentang bagaimana memilih tempat duduk di perjamuan (Lukas 14:7-10). Melalui ajaran ini, Yesus membalikkan norma duniawi tentang kehormatan dan kebesaran. Dalam perspektif dunia, status dan penghormatan didapatkan melalui kekuasaan dan prestasi. Namun, dalam Kerajaan Allah, kebesaran sejati ditemukan dalam kerendahan hati.
Artikel ini akan mengeksplorasi makna Lukas 14:11 secara mendalam, pandangan para teolog Reformed tentang ayat ini, dan relevansinya bagi kehidupan Kristen saat ini.
A. Konteks Lukas 14:11
1. Perumpamaan tentang Undangan ke Perjamuan
Lukas 14:11 muncul setelah Yesus mengamati tamu-tamu di sebuah pesta yang berlomba-lomba memilih tempat kehormatan. Ia memberikan pengajaran tentang kerendahan hati dengan menceritakan perumpamaan. Dalam perumpamaan ini, tamu yang dengan rendah hati memilih tempat rendah akan dipanggil ke tempat yang lebih tinggi oleh tuan rumah. Sebaliknya, tamu yang memilih tempat kehormatan akan dipermalukan jika harus dipindahkan ke tempat yang lebih rendah.
Perumpamaan ini bukan sekadar nasihat sosial, tetapi pelajaran mendalam tentang Kerajaan Allah. Yesus menekankan bahwa mereka yang mencari kebesaran bagi diri sendiri akan direndahkan, tetapi mereka yang merendahkan dirinya di hadapan Allah akan ditinggikan.
2. Hubungan dengan Filipi 2:5-11
Kerendahan hati yang diajarkan dalam Lukas 14:11 tercermin dalam kehidupan Yesus sendiri. Filipi 2:5-11 menggambarkan bagaimana Yesus merendahkan diri-Nya dengan mengambil rupa seorang hamba dan mati di kayu salib. Sebagai hasilnya, Allah meninggikan Dia dan memberikan nama di atas segala nama.
Lukas 14:11 mengingatkan kita bahwa kehidupan Kristen adalah panggilan untuk mengikuti teladan Kristus dalam kerendahan hati.
B. Penjelasan Mendalam Lukas 14:11
1. "Semua orang yang meninggikan dirinya akan direndahkan"
Pernyataan ini adalah peringatan serius bagi mereka yang mencari kehormatan atau kebesaran melalui kesombongan. Kesombongan sering kali mengarah pada kehancuran, karena itu adalah bentuk penolakan terhadap kedaulatan Allah.
John Calvin dalam komentarnya tentang Lukas 14:11 menulis, "Mereka yang meninggikan dirinya menunjukkan bahwa mereka tidak memahami kedaulatan Allah. Mereka lupa bahwa hanya Allah yang memiliki hak untuk meninggikan atau merendahkan."
Kesombongan juga mencerminkan ketergantungan pada diri sendiri daripada pada Allah. Dalam Alkitab, contoh klasik dari hal ini adalah Raja Nebukadnezar yang meninggikan dirinya dan akhirnya direndahkan oleh Allah (Daniel 4:28-37).
2. "Ia yang merendahkan dirinya akan ditinggikan"
Sebaliknya, kerendahan hati membuka jalan bagi Allah untuk meninggikan seseorang. Kerendahan hati adalah pengakuan bahwa segala sesuatu berasal dari Allah dan bahwa manusia tidak memiliki apa pun untuk dibanggakan.
Jonathan Edwards, seorang teolog Reformed, menekankan bahwa kerendahan hati adalah inti dari kehidupan Kristen. Ia berkata, "Kerendahan hati adalah kesadaran bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah anugerah dari Allah. Ini adalah akar dari semua kebajikan Kristen."
Dalam konteks ini, peninggian bukanlah sesuatu yang dikejar, tetapi sesuatu yang diberikan oleh Allah sebagai hasil dari hidup yang tunduk kepada-Nya.
C. Perspektif Teologi Reformed tentang Lukas 14:11
1. Kerendahan Hati sebagai Respons terhadap Kasih Karunia
Teologi Reformed menekankan bahwa kerendahan hati adalah respons wajar terhadap kasih karunia Allah. Karena keselamatan adalah anugerah, tidak ada alasan bagi manusia untuk menyombongkan diri. Efesus 2:8-9 mengingatkan kita bahwa keselamatan bukan hasil usaha manusia, tetapi pemberian Allah.
John Calvin menulis, "Kerendahan hati adalah bukti bahwa seseorang telah memahami anugerah Allah. Mereka yang sombong menunjukkan bahwa mereka tidak mengerti betapa besar kebutuhan mereka akan anugerah."
2. Kedaulatan Allah dalam Peninggian dan Perendahan
Dalam teologi Reformed, Allah adalah penguasa yang berdaulat atas segala sesuatu, termasuk peninggian dan perendahan manusia. Mazmur 75:7 menyatakan, "Allah adalah Hakim: yang satu direndahkan-Nya, yang lain ditinggikan-Nya."
Peninggian yang sejati hanya datang dari Allah, dan itu diberikan kepada mereka yang rendah hati. R.C. Sproul menekankan bahwa prinsip ini menunjukkan keadilan Allah. "Allah meninggikan yang rendah hati untuk memuliakan diri-Nya sendiri, bukan untuk memuliakan manusia."
3. Teladan Yesus Kristus
Yesus adalah teladan utama kerendahan hati. Filipi 2:5-8 menggambarkan bagaimana Yesus merendahkan diri-Nya dengan meninggalkan kemuliaan-Nya di surga dan mengambil rupa seorang hamba. Pengorbanan-Nya di kayu salib adalah puncak dari kerendahan hati, dan Allah meninggikan Dia dengan memberi-Nya nama di atas segala nama (Filipi 2:9-11).
Jonathan Edwards menulis, "Yesus adalah contoh sempurna dari kerendahan hati. Ketika kita mengikuti teladan-Nya, kita memuliakan Allah dan menunjukkan bahwa kita adalah warga Kerajaan-Nya."
Kesimpulan
Lukas 14:11 mengajarkan bahwa kebesaran sejati dalam Kerajaan Allah ditemukan dalam kerendahan hati. Yesus membalikkan nilai-nilai duniawi dengan menunjukkan bahwa mereka yang meninggikan dirinya akan direndahkan, tetapi mereka yang merendahkan dirinya akan ditinggikan oleh Allah.
Para teolog Reformed seperti John Calvin, Jonathan Edwards, dan R.C. Sproul menekankan bahwa kerendahan hati adalah respons terhadap kasih karunia Allah. Kerendahan hati membuka jalan bagi Allah untuk bekerja dalam hidup kita dan memuliakan diri-Nya melalui kita.
Dalam dunia modern yang sering memuja ambisi dan kesuksesan, Lukas 14:11 mengingatkan kita untuk hidup dengan fokus pada Kerajaan Allah. Marilah kita merendahkan diri di hadapan Allah, melayani sesama, dan mempercayakan peninggian kita kepada-Nya, yang berdaulat atas segalanya.