Kesaksian Iman yang Teguh (Yohanes 9:24-34)

Kesaksian Iman yang Teguh (Yohanes 9:24-34)

Pendahuluan:

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, Yohanes 9 adalah salah satu bagian Alkitab yang sangat kaya dengan pelajaran teologis dan aplikatif. Dalam pasal ini, kita diajak merenungkan karya Kristus dalam menyembuhkan seorang yang buta sejak lahir. Fokus kita hari ini adalah Yohanes 9:24-34, di mana terdapat percakapan yang penuh ketegangan antara orang yang baru sembuh itu dan para pemimpin agama Yahudi. Kisah ini mengajarkan kepada kita bagaimana iman yang teguh harus berdiri di tengah intimidasi dunia.

1. Konteks Ayat: Kebutaan Rohani Para Pemimpin Agama

Yohanes 9 secara keseluruhan adalah kisah tentang kontras antara terang dan gelap, antara iman dan kebutaan rohani. Yesus menyembuhkan seorang yang buta sejak lahir, menunjukkan kuasa-Nya sebagai terang dunia (Yohanes 9:5). Namun, mukjizat ini justru memunculkan perlawanan dari orang-orang Farisi. Mereka tidak dapat menerima fakta bahwa Yesus menyembuhkan pada hari Sabat, dan ini menjadi alasan mereka untuk menolak-Nya.

Menurut para teolog Reformed seperti John Calvin, kebutaan rohani para pemimpin agama ini adalah cerminan hati manusia yang telah jatuh dalam dosa. Calvin mencatat bahwa, "Kebenaran Allah yang terang benderang dapat terlihat oleh mereka, tetapi mereka memilih untuk menolaknya karena hati mereka tertutup oleh keangkuhan." Yohanes 9:24-34 menggambarkan puncak kebutaan rohani ini ketika mereka mencoba memanipulasi kesaksian orang buta yang telah disembuhkan.

2. Yohanes 9: 24-25: Kesaksian yang Sederhana, tetapi Kuat

Ayat 24 mencatat bagaimana orang-orang Farisi memanggil kembali orang yang telah disembuhkan. Mereka berkata, "Buatlah pengakuan di hadapan Allah. Kami tahu bahwa orang itu orang berdosa." Pernyataan ini menunjukkan ketidakmauan mereka untuk mengakui kebenaran. Mereka mencoba memaksakan agenda mereka dengan menekan orang yang baru sembuh itu untuk menyangkal Yesus.

Namun, jawaban dalam ayat 25 sangat luar biasa: "Apakah orang itu orang berdosa, aku tidak tahu; tetapi satu hal aku tahu, yaitu bahwa aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat." Jawaban ini adalah bukti iman yang sederhana, tetapi sangat kuat. Orang ini tidak terjebak dalam perdebatan teologis yang rumit. Ia hanya bersaksi tentang apa yang telah Yesus lakukan dalam hidupnya.

Menurut R.C. Sproul, kesaksian ini adalah contoh dari iman yang sejati. Sproul menulis bahwa iman tidak selalu harus dijelaskan dengan argumen yang kompleks, tetapi seringkali terlihat dalam kesederhanaan pengakuan akan karya Allah dalam hidup seseorang.

3. Yohanes 9:26-29: Penolakan Terhadap Kebenaran

Para pemimpin agama kemudian bertanya lagi dalam ayat 26, "Apakah yang diperbuat-Nya kepadamu? Bagaimana Ia membuat matamu melek?" Pertanyaan ini menunjukkan bahwa mereka tidak benar-benar mencari kebenaran. Mereka telah mendengar jawaban yang sama sebelumnya, tetapi mereka terus mengulanginya dengan harapan dapat menemukan celah untuk mendiskreditkan Yesus.

Orang yang disembuhkan itu menjawab dengan berani dalam ayat 27: "Telah kukatakan kepadamu, tetapi kamu tidak mendengarkan juga. Mengapa kamu mau mendengarkannya lagi? Adakah kamu mau menjadi murid-Nya juga?" Jawaban ini menunjukkan keteguhan dan keberanian luar biasa. Di sini, kita melihat bagaimana iman memberikan keberanian untuk berbicara benar, bahkan ketika menghadapi tekanan dari otoritas.

Dalam perspektif teologi Reformed, keberanian orang ini berasal dari karya Roh Kudus yang telah membuka matanya, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara rohani. Dalam pengertian ini, peristiwa ini mencerminkan panggilan efektif Allah (Efesus 2:8-9), di mana iman adalah anugerah yang memungkinkan seseorang berdiri teguh di tengah badai.

4. Yohanes 9:30-33: Kesimpulan Logis yang Tak Terbantahkan

Dalam ayat 30-33, orang yang disembuhkan ini memberikan argumen yang logis tentang Yesus:

  • "Hal yang ajaib ialah bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang, padahal Ia telah membuat mataku dapat melihat" (Yohanes 9:30).

  • "Kita tahu bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya" (Yohanes 9:31).

  • "Belum pernah terdengar bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta" (Yohanes 9: 32).

Kesimpulan ini sangat kuat: "Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa" (Yohanes 9:33). Kesaksian ini menyingkap kebutaan rohani para pemimpin agama. Mereka tidak dapat menyangkal kebenaran, tetapi mereka tetap menolak untuk percaya.

Menurut Herman Bavinck, peristiwa ini menunjukkan natur dosa yang paling mendasar, yaitu penolakan terhadap terang meskipun terang itu telah dinyatakan dengan jelas. Bavinck menulis, "Dosa membuat manusia tidak hanya tidak mampu melihat kebenaran, tetapi juga aktif menolaknya."

5. Yohanes 9:34: Respon Dunia Terhadap Iman

Ayat 34 mencatat respons terakhir orang-orang Farisi: "Engkau lahir sama sekali dalam dosa, dan engkau hendak mengajar kami?" Lalu mereka mengusir dia keluar. Respon ini mencerminkan kesombongan manusia yang menolak menerima kebenaran. Mereka lebih memilih menyerang pribadi orang tersebut daripada menghadapi argumen yang ia berikan.

Bagi orang percaya, ayat ini adalah pengingat bahwa dunia sering kali tidak akan menerima kesaksian iman kita. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh orang buta yang telah disembuhkan ini, kita dipanggil untuk tetap berdiri teguh. Dalam teologi Reformed, ini adalah bagian dari panggilan untuk memikul salib dan mengikuti Kristus (Lukas 9:23).

6. Pandangan Pakar Teologi Reformed

R.C. Sproul
Sproul menekankan keindahan kesaksian pria ini, yang berbicara dari pengalaman pribadi tentang anugerah Allah. Dia juga mencatat bagaimana dialog ini menunjukkan kekuatan iman sejati dibandingkan dengan kekakuan tradisi agama.

John Calvin
Calvin mencatat bahwa keberanian pria ini adalah bukti pekerjaan Allah dalam hati manusia. Dia juga menunjukkan bahwa penolakan Farisi mencerminkan natur manusia yang berdosa, yang sering kali menolak kebenaran Allah.

Charles Spurgeon
Spurgeon memandang pria ini sebagai contoh dari kesaksian yang sederhana tetapi penuh kuasa. Dia menekankan bahwa orang percaya harus berbicara dengan iman dan keberanian, meskipun menghadapi oposisi.

Martyn Lloyd-Jones
Lloyd-Jones menyoroti bagaimana pengusiran pria ini menggambarkan konflik yang dialami oleh mereka yang memilih untuk mengikuti Kristus. Namun, dia menekankan bahwa penderitaan ini membawa sukacita karena menunjukkan iman sejati.

Kesimpulan

Yohanes 9:24-34 adalah kisah tentang iman yang teguh di tengah penolakan. Orang buta yang telah disembuhkan menjadi teladan bagi kita dalam bersaksi tentang karya Kristus, meskipun menghadapi tekanan dari dunia. Dalam terang teologi Reformed, kisah ini mengajarkan kita tentang panggilan efektif Allah, keberanian iman, dan kuasa anugerah-Nya.

Kiranya kita semua dimampukan oleh Roh Kudus untuk hidup sebagai saksi Kristus yang setia, berdiri teguh dalam iman, dan membawa kemuliaan bagi nama-Nya. Amin.

Next Post Previous Post