Penebus yang Berbelas Kasih: Ibrani 2:17-18
Pengantar:
Surat kepada Jemaat Ibrani memberikan penjelasan mendalam tentang karya Yesus Kristus sebagai Imam Besar yang sempurna. Dalam Ibrani 2:17-18, kita melihat Yesus digambarkan sebagai seorang yang berbelas kasih dan memahami penderitaan manusia. Ayat ini menekankan kemanusiaan Yesus dan peran-Nya sebagai perantara antara Allah dan manusia. Artikel ini akan membahas kedua ayat ini dengan menyoroti makna kata Yunani, serta pandangan dari berbagai pakar teologi.
Teks Ibrani 2:17-18: Ibrani 2:17:"Itulah sebabnya, dalam segala hal, Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang berbelas kasih dan setia dalam pelayanan kepada Allah untuk mendamaikan dosa-dosa umat."Ibrani 2:18:"Sebab, karena Ia sendiri telah menderita ketika dicobai, Ia dapat menolong mereka yang sedang dicobai."
1. Konteks Ibrani 2:17-18
Penulis Surat Ibrani berfokus pada keunikan Yesus sebagai Imam Besar yang sepenuhnya manusia tetapi juga sepenuhnya Allah. Dalam pasal 2, Yesus digambarkan sebagai pribadi yang mengambil bagian dalam kemanusiaan kita. Ayat-ayat ini muncul dalam bagian yang menegaskan pentingnya inkarnasi: Allah menjadi manusia dalam diri Yesus untuk menyelamatkan umat manusia.
Para teolog, seperti F.F. Bruce, menyoroti bahwa konteks ini penting untuk memahami bagaimana Yesus memenuhi syarat sebagai perantara antara Allah dan manusia. Hanya dengan menjadi manusia, Yesus dapat memahami kelemahan manusia dan bertindak sebagai Imam Besar yang penuh belas kasih.
2. Analisis Ibrani 2:17: "Disamakan dengan Saudara-Saudara-Nya"
Frasa pertama dalam Ibrani 2:17, "Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya", menggunakan kata Yunani ὤφειλεν (ōpheilen), yang berarti "Ia diwajibkan" atau "Ia harus." Kata ini menunjukkan keharusan ilahi dalam rencana keselamatan. Yesus harus menjadi manusia untuk sepenuhnya memenuhi peran-Nya sebagai Imam Besar.
a. Kata "disamakan"
Kata Yunani ὁμοιωθῆναι (homoiōthēnai) diterjemahkan sebagai “disamakan.” Ini bukan hanya tentang penampilan, tetapi juga tentang sepenuhnya mengambil bagian dalam pengalaman manusia. Yesus tidak hanya hadir di antara manusia, tetapi benar-benar menjadi seperti manusia, termasuk merasakan kelemahan, penderitaan, dan pencobaan.
b. Imam Besar yang Berbelas Kasih dan Setia
Yesus disebut sebagai Ἀρχιερεὺς (archiereus), yang berarti Imam Besar. Gelar ini menekankan peran-Nya sebagai pengantara yang mempersembahkan korban demi umat manusia. Dua sifat utama yang disebutkan adalah:
- Berbelas kasih (ἐλεήμων, eleēmōn): Ini merujuk pada kemampuan Yesus untuk merasakan penderitaan manusia.
- Setia (πιστός, pistos): Menunjukkan kesetiaan Yesus dalam menjalankan kehendak Allah.
Menurut John Owen, kedua sifat ini saling melengkapi. Kasih Yesus membuat-Nya rela berkorban untuk manusia, sementara kesetiaan-Nya memastikan bahwa Ia melaksanakan tugas-Nya dengan sempurna.
c. Mendamaikan Dosa-Dosa Umat
Frasa ini menggunakan kata Yunani ἱλάσκεσθαι (hilaskesthai), yang berarti “mendamaikan” atau “mempersembahkan penebusan.” Istilah ini sering digunakan dalam konteks korban penebusan dosa. Melalui kematian-Nya di kayu salib, Yesus menjadi korban pendamaian yang menghapus dosa umat manusia dan memulihkan hubungan mereka dengan Allah.
3. Analisis Ibrani 2:18: "Menderita Ketika Dicobai"
Ibrani 2:18 menjelaskan bagaimana pengalaman Yesus sebagai manusia memungkinkan-Nya untuk memahami penderitaan dan pencobaan yang dialami umat manusia. Kata-kata kunci dalam ayat ini memberikan wawasan teologis yang mendalam.
a. "Menderita"
Kata Yunani untuk "menderita" adalah πέπονθεν (peponthen), yang menunjukkan penderitaan fisik, emosional, dan spiritual. Penderitaan ini mencapai puncaknya di kayu salib, tetapi juga mencakup pencobaan sehari-hari yang Yesus alami selama hidup-Nya di dunia.
Menurut N.T. Wright, penderitaan Yesus menunjukkan bahwa Ia benar-benar memahami apa artinya hidup sebagai manusia di dunia yang penuh dosa dan kesulitan. Ini membuat-Nya lebih dari sekadar Imam Besar; Ia adalah Imam Besar yang bisa bersimpati dengan kelemahan umat manusia.
b. "Dicobai"
Kata Yunani πειρασθείς (peirastheis) berarti “dicobai” atau “diuji.” Yesus dicobai dalam segala hal, seperti manusia lainnya, tetapi tanpa dosa (Ibrani 4:15). Ini membuktikan bahwa Yesus mengalami tekanan yang sama seperti yang kita alami, tetapi Ia tetap setia kepada Allah.
Craig Koester mencatat bahwa pencobaan Yesus bukan hanya ujian moral, tetapi juga melibatkan godaan untuk meninggalkan misi-Nya. Namun, kesetiaan-Nya dalam menghadapi pencobaan memberikan teladan bagi umat percaya.
c. "Menolong Mereka yang Dicobai"
Yesus tidak hanya memahami penderitaan manusia, tetapi juga mampu memberikan pertolongan. Kata Yunani βοηθῆσαι (boēthēsai) menunjukkan tindakan aktif untuk membantu mereka yang sedang dalam kesulitan. Dalam konteks ini, pertolongan Yesus melibatkan penguatan spiritual, penghiburan, dan pembebasan dari kuasa dosa.
John Calvin menekankan bahwa pertolongan Yesus melampaui penghiburan biasa. Karena Ia telah mengatasi pencobaan, Ia mampu memberikan kekuatan kepada orang percaya untuk menang dalam perjuangan mereka melawan dosa.
4. Pandangan Teologis tentang Ibrani 2:17-18
Beberapa teolog memberikan wawasan penting tentang ayat-ayat ini:
a. F.F. Bruce: Identifikasi Yesus dengan Umat Manusia
Bruce menekankan bahwa Yesus harus menjadi manusia sepenuhnya untuk menjalankan peran-Nya sebagai Imam Besar. Dengan mengambil bagian dalam penderitaan manusia, Yesus menunjukkan kasih Allah yang mendalam kepada umat-Nya.
b. Leon Morris: Pendamaian sebagai Fokus Utama
Menurut Leon Morris, istilah ἱλάσκεσθαι (hilaskesthai) menunjukkan bahwa karya pendamaian Yesus adalah inti dari misi-Nya. Ia menekankan bahwa tanpa pendamaian, manusia tetap berada di bawah hukuman dosa.
c. John Owen: Imam Besar yang Setia
Owen mencatat bahwa kesetiaan Yesus sebagai Imam Besar adalah sumber penghiburan bagi orang percaya. Kesetiaan ini memastikan bahwa Yesus selalu melakukan kehendak Allah demi umat-Nya.
5. Relevansi Ibrani 2:17-18 dalam Kehidupan Kristen
Ayat-ayat ini memberikan beberapa pelajaran praktis yang relevan bagi kehidupan orang percaya:
a. Penghiburan di Tengah Penderitaan
Yesus memahami setiap penderitaan yang kita alami. Karena Ia sendiri telah menderita, kita dapat datang kepada-Nya dengan keyakinan bahwa Ia mengerti dan peduli.
b. Kekuatan untuk Melawan Pencobaan
Yesus tidak hanya menunjukkan bagaimana mengatasi pencobaan, tetapi juga memberikan kekuatan kepada kita melalui Roh Kudus untuk menghadapi godaan dengan kemenangan.
c. Jaminan Pendamaian
Melalui kematian-Nya, Yesus telah mendamaikan kita dengan Allah. Kita tidak perlu lagi hidup dalam rasa bersalah, karena karya-Nya di kayu salib telah menghapus dosa kita.
Kesimpulan
Ibrani 2:17-18 adalah pengingat tentang kasih dan kesetiaan Yesus sebagai Imam Besar yang berbelas kasih. Ia sepenuhnya memahami kelemahan manusia karena Ia sendiri telah menjadi manusia. Melalui penderitaan dan pencobaan-Nya, Yesus memberikan penghiburan, kekuatan, dan pendamaian kepada umat-Nya.
Sebagai orang percaya, kita dapat hidup dalam keyakinan bahwa Yesus adalah perantara kita yang sempurna. Ia tidak hanya memahami perjuangan kita, tetapi juga memberikan kekuatan untuk menghadapinya. “Berdoalah mohon Roh Kudus memberikan pengertian ketika kita melakukan studi Alkitab.