Peringatan tentang Esau: Ibrani 12:16-17

Peringatan tentang Esau: Ibrani 12:16-17

Pendahuluan:

Ibrani 12:16-17 memberikan peringatan serius kepada orang percaya dengan menjadikan Esau sebagai contoh negatif. Esau dikenal karena menukar hak kesulungannya dengan semangkuk sup, suatu tindakan yang mencerminkan ketidakpedulian terhadap hal-hal rohani. Penulis Surat Ibrani menggunakan kisah Esau untuk mengingatkan pembaca agar tidak mengabaikan anugerah Allah dan menukar berkat kekal dengan kesenangan sesaat.

Dari perspektif teologi Reformed, bagian ini menunjukkan bahaya dari ketidakpedulian rohani dan konsekuensi dari pilihan yang tidak bijaksana. Artikel ini akan menguraikan Ibrani 12:16-17 berdasarkan pendapat para pakar teologi Reformed, menggali konteks historis, makna teologis, dan implikasinya bagi kehidupan Kristen masa kini.

Berikut adalah teks Ibrani 12:16-17 (AYT):Ibrani 12:16. Janganlah ada orang yang cabul atau yang tidak menghargai hal-hal kudus seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk satu makanan saja.Ibrani 12:17. Sebab, kamu tahu bahwa kemudian, ketika dia ingin mewarisi berkat itu, dia ditolak karena dia tidak menemukan kesempatan untuk bertobat, meskipun ia mencarinya dengan air mata.

Konteks Ibrani 12:16-17

1. Surat Ibrani dan Panggilan untuk Ketekunan dalam Iman

Surat Ibrani ditulis kepada orang-orang Kristen Yahudi yang menghadapi pencobaan besar. Beberapa dari mereka tergoda untuk kembali ke Yudaisme karena tekanan dan penganiayaan. Penulis Ibrani terus mendorong mereka untuk bertahan dalam iman kepada Kristus dan tidak kembali kepada sistem hukum Taurat.

John Calvin mencatat bahwa Surat Ibrani mengajarkan ketekunan iman sebagai tanda dari panggilan dan pilihan Allah. Calvin menulis: “Mereka yang benar-benar dipanggil oleh Allah tidak akan menukar kemuliaan yang kekal dengan kesenangan dunia yang sementara.”

2. Konteks Peringatan dalam Pasal 12

Pasal 12 dari Surat Ibrani membahas disiplin Allah terhadap umat-Nya dan pentingnya hidup dalam kekudusan. Dalam ayat-ayat sebelumnya, penulis telah mendorong pembaca untuk menanggung penderitaan sebagai bagian dari didikan Allah (Ibrani 12:7-11) dan mengejar kekudusan (Ibrani 12:14).

Leon Morris mencatat bahwa peringatan tentang Esau berada dalam konteks panggilan untuk kekudusan. “Esau menjadi contoh bagaimana ketidakpedulian terhadap hal-hal rohani dapat membawa konsekuensi yang kekal.”

Analisis Ibrani 12:16-17

1. “Janganlah Ada Orang yang Cabul atau yang Tidak Menghargai Hal-Hal Kudus seperti Esau” (Ibrani 12:16a)

Penulis Ibrani memperingatkan agar tidak ada orang yang hidup dalam kebejatan moral dan ketidakpedulian rohani seperti Esau.

  • “Cabul” (πόρνος, pornos) – Kata ini biasanya merujuk pada pelanggaran seksual, tetapi dalam konteks ini, juga dapat merujuk pada ketidakpedulian spiritual dan penyalahgunaan berkat Allah.
  • “Tidak Menghargai Hal-Hal Kudus” (βέβηλος, bebēlos) – Kata ini menggambarkan seseorang yang menganggap hal-hal rohani tidak penting dan lebih memilih kesenangan duniawi.

John MacArthur menekankan bahwa Esau adalah simbol dari mereka yang hidup untuk kepuasan duniawi tanpa menghargai hal-hal kekal. “Esau adalah contoh dari mereka yang menghina anugerah Allah demi kesenangan sesaat.”

2. “Yang Menjual Hak Kesulungannya untuk Satu Makanan Saja” (Ibrani 12:16b)

Penulis Ibrani merujuk pada kisah dalam Kejadian 25:29-34, ketika Esau dengan gegabah menjual hak kesulungannya kepada Yakub demi semangkuk sup.

  • Hak kesulungan dalam budaya Yahudi sangat berharga karena memberikan hak istimewa dalam keluarga, termasuk berkat rohani.
  • Esau dengan mudah melepaskan hak ini demi kepuasan jasmani yang bersifat sementara.

R.C. Sproul menulis: “Esau adalah contoh klasik dari seseorang yang menukar berkat kekal dengan kesenangan sementara, suatu tindakan yang menunjukkan bahwa ia tidak menghargai anugerah Allah.”

3. “Ketika Dia Ingin Mewarisi Berkat Itu, Dia Ditolak” (Ibrani 12:17a)

Setelah menjual hak kesulungannya, Esau menyadari kesalahannya dan menginginkan berkat dari ayahnya, Ishak (Kejadian 27:34-38). Namun, dia tidak dapat mengubah konsekuensi dari tindakannya.

John Calvin mencatat bahwa Esau bukanlah contoh dari seseorang yang sungguh-sungguh bertobat, tetapi dari seseorang yang hanya menyesali kehilangan berkat duniawi. “Air mata Esau bukanlah tanda pertobatan sejati, tetapi tanda dari kesedihan duniawi yang tidak membawa kehidupan.”

4. “Dia Tidak Menemukan Kesempatan untuk Bertobat” (Ibrani 12:17b)

Ayat ini sering kali menjadi bahan diskusi teologis. Apakah ini berarti Esau tidak dapat bertobat sama sekali?

  • Penafsiran Reformed: Esau tidak menemukan pertobatan bukan karena Allah menolak pertobatan sejati, tetapi karena Esau sendiri tidak sungguh-sungguh bertobat. Dia hanya menyesali kehilangan berkatnya, bukan karena dia ingin kembali kepada Allah.
  • Penekanan pada kehendak manusia: Esau adalah contoh dari orang yang menolak anugerah Allah begitu lama sehingga hatinya menjadi keras.

John MacArthur mencatat bahwa ini adalah peringatan serius bagi semua orang percaya: “Jangan sampai kita menjadi seperti Esau, yang mengabaikan kesempatan untuk bertobat sampai akhirnya terlambat.”

Makna Teologis Ibrani 12:16-17

1. Bahaya Ketidakpedulian Rohani

Esau adalah contoh dari seseorang yang mengutamakan kesenangan duniawi daripada berkat rohani.

R.C. Sproul mencatat bahwa ini adalah peringatan bagi orang percaya agar tidak jatuh ke dalam pola pikir duniawi. “Mereka yang terus-menerus mengabaikan anugerah Allah akan sampai pada titik di mana hati mereka menjadi begitu keras sehingga mereka tidak dapat bertobat.”

2. Anugerah Allah Tidak Boleh Disepelekan

Hak kesulungan adalah berkat yang sangat berharga, tetapi Esau menukarnya dengan sesuatu yang sepele.

John Calvin menulis: “Jika kita menukar anugerah Allah dengan kesenangan sementara, kita menunjukkan bahwa kita tidak menghargai nilai keselamatan yang diberikan kepada kita.”

3. Kesempatan untuk Bertobat Tidak Akan Ada Selamanya

Esau tidak dapat mengubah konsekuensi dari pilihannya, meskipun ia mencarinya dengan air mata. Ini menunjukkan bahwa kesempatan untuk bertobat tidak selalu ada.

John MacArthur menekankan bahwa pertobatan sejati harus dilakukan sebelum terlambat: “Tuhan memberi kesempatan untuk bertobat, tetapi mereka yang terus menolak-Nya akan menghadapi konsekuensi kekal.”

Kesimpulan

Ibrani 12:16-17 memberikan peringatan serius tentang bahaya ketidakpedulian rohani dengan menjadikan Esau sebagai contoh. Dari perspektif teologi Reformed, bagian ini menunjukkan pentingnya menghargai anugerah Allah dan hidup dalam kekudusan.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk tidak menukar berkat kekal dengan kesenangan sementara, bertobat dengan sungguh-sungguh, dan hidup dalam ketaatan kepada Allah. Semoga peringatan tentang Esau menjadi dorongan bagi kita untuk tetap setia dalam iman dan menghargai keselamatan yang telah diberikan kepada kita di dalam Kristus.

Next Post Previous Post