Hidup adalah Kristus, Mati adalah Keuntungan: Filipi 1:21

Hidup adalah Kristus, Mati adalah Keuntungan: Filipi 1:21

Ayat:"Karena bagiku, hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Filipi 1:21, AYT)

Pendahuluan

Filipi 1:21 adalah salah satu pernyataan paling kuat yang pernah ditulis oleh Rasul Paulus. Dalam ayat ini, ia merangkum seluruh pandangan hidupnya sebagai orang percaya: hidup di dunia ini sepenuhnya untuk Kristus, sementara kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan, melainkan suatu keuntungan yang membawa umat Allah lebih dekat kepada-Nya.

Bagi teologi Reformed, ayat ini sangat penting karena mencerminkan teologi kasih karunia, kedaulatan Allah, dan tujuan hidup orang percaya. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi makna Filipi 1:21 secara mendalam, melihat konteks historisnya, mengupas pengertiannya dalam teologi Reformed, serta memahami implikasinya bagi kehidupan Kristen masa kini berdasarkan pandangan beberapa pakar teologi Reformed.

Konteks Historis Filipi 1:21

Surat Filipi ditulis oleh Paulus ketika ia berada dalam penjara, kemungkinan besar di Roma, sekitar tahun 60-62 Masehi. Jemaat Filipi adalah salah satu jemaat yang paling dekat dengan hati Paulus. Surat ini penuh dengan sukacita, meskipun ditulis dalam keadaan penuh penderitaan.

Di dalam pasal pertama, Paulus menuliskan tentang keadaannya di penjara dan bagaimana penderitaannya digunakan untuk memberitakan Injil. Ia juga meneguhkan jemaat Filipi agar tetap teguh dalam iman, tanpa takut terhadap penderitaan atau penganiayaan. Dalam konteks inilah, ia menuliskan Filipi 1:21 sebagai manifestasi dari pengharapannya yang teguh dalam Kristus.

Eksposisi Filipi 1:21 dalam Teologi Reformed

1. "Hidup adalah Kristus" – Hidup dalam Kesatuan dengan Kristus

Frasa ini menegaskan bahwa bagi Paulus, hidup di dunia ini tidak memiliki makna lain selain Kristus. Setiap aspek kehidupannya diarahkan untuk memuliakan Kristus, menyebarkan Injil, dan hidup dalam persekutuan yang mendalam dengan-Nya.

a. Hidup dalam Persekutuan dengan Kristus

John Calvin, dalam komentarnya mengenai ayat ini, menekankan bahwa hidup orang percaya bukan lagi milik dirinya sendiri, tetapi telah dipersembahkan sepenuhnya bagi Kristus. Calvin menyatakan: "Kita harus mati bagi diri kita sendiri agar Kristus dapat hidup di dalam kita."

Konsep ini sejalan dengan doktrin unio mystica, yaitu kesatuan antara orang percaya dengan Kristus, yang menjadi dasar dari kehidupan Kristen.

b. Hidup sebagai Alat untuk Kemuliaan Kristus

R.C. Sproul menyoroti bahwa ketika Paulus mengatakan “hidup adalah Kristus,” ia menegaskan bahwa seluruh eksistensi dan tujuan hidupnya adalah untuk melayani Kristus. Ini mencerminkan konsep soli Deo gloria (kemuliaan bagi Allah saja), yang merupakan salah satu pilar utama teologi Reformed.

Jonathan Edwards juga menekankan bahwa kebahagiaan sejati manusia hanya dapat ditemukan dalam menikmati dan memuliakan Allah. Oleh karena itu, hidup bagi Kristus bukan hanya kewajiban, tetapi juga sumber sukacita sejati.

c. Hidup sebagai Panggilan untuk Melayani

Dalam perspektif Reformed, hidup bukan hanya tentang menerima anugerah keselamatan, tetapi juga tentang menjalankan panggilan Allah. Paulus tidak sekadar menyatakan bahwa hidupnya adalah Kristus dalam arti spiritual pribadi, tetapi juga dalam misinya untuk memberitakan Injil.

Teolog Reformed seperti Herman Bavinck menekankan bahwa hidup Kristen adalah panggilan untuk bekerja bagi Kerajaan Allah di dunia ini. Orang percaya tidak hidup untuk diri mereka sendiri, tetapi dipanggil untuk mencerminkan Kristus dalam setiap aspek kehidupan mereka.

2. "Mati adalah Keuntungan" – Pengharapan Eskatologis dalam Kristus

Bagian kedua dari ayat ini adalah pernyataan radikal tentang kematian. Paulus tidak melihat kematian sebagai akhir yang menakutkan, melainkan sebagai keuntungan.

a. Kematian sebagai Gerbang Menuju Hadirat Allah

Menurut Louis Berkhof, dalam teologi Reformed, kematian bagi orang percaya adalah transisi dari kehidupan di dunia yang penuh dosa menuju persekutuan yang sempurna dengan Allah. Ini adalah bagian dari doktrin pemuliaan (glorifikasi), di mana orang percaya akhirnya dibebaskan dari kuasa dosa dan dapat menikmati hadirat Allah secara langsung.

Paulus memiliki keyakinan yang kuat bahwa setelah kematiannya, ia akan berada bersama Kristus, seperti yang ia tegaskan dalam Filipi 1:23: "Aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus, sebab itu jauh lebih baik."

John Owen dalam bukunya The Glory of Christ menulis bahwa sukacita tertinggi seorang Kristen adalah berada dalam hadirat Kristus. Kematian bukanlah kehilangan, tetapi perolehan sesuatu yang jauh lebih besar—kehidupan yang kekal dalam kemuliaan bersama Tuhan.

b. Kematian sebagai Pembebasan dari Dosa

Dalam pemikiran Reformed, dunia ini masih berada di bawah kutukan dosa, sehingga orang percaya terus berjuang melawan dosa selama mereka masih hidup. R.C. Sproul menjelaskan bahwa kematian membawa keuntungan karena itu berarti orang percaya terbebas dari pergumulan dosa dan penderitaan dunia ini.

Hidup dalam dunia ini berarti menghadapi tantangan, pencobaan, dan penderitaan. Tetapi setelah kematian, kita akan memasuki kehidupan yang sempurna dalam Kristus. Ini adalah penggenapan dari janji Yesus dalam Yohanes 14:2-3 bahwa Ia telah menyediakan tempat bagi kita di rumah Bapa.

c. Kematian adalah Pintu Menuju Kehidupan Kekal

Teolog Belanda Abraham Kuyper menegaskan bahwa orang percaya seharusnya tidak takut kepada kematian karena itu hanyalah awal dari kehidupan yang lebih baik. Dalam perspektif ini, kematian bukanlah sesuatu yang tragis, tetapi justru sesuatu yang penuh pengharapan.

Implikasi Filipi 1:21 dalam Kehidupan Kristen

1. Hidup dengan Tujuan yang Jelas

Jika hidup kita adalah Kristus, maka setiap aspek kehidupan—pekerjaan, keluarga, pelayanan, dan aktivitas sehari-hari—harus berpusat pada Kristus. Ini menuntun kita untuk mengevaluasi bagaimana kita menjalani hidup dan apakah kita benar-benar hidup bagi Kristus atau bagi diri kita sendiri.

2. Tidak Takut Akan Kematian

Banyak orang hidup dalam ketakutan akan kematian. Namun, Paulus mengajarkan bahwa kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan, tetapi suatu keuntungan. Ini memberikan penghiburan bagi orang percaya, terutama bagi mereka yang menghadapi penderitaan atau penyakit yang berat.

3. Memiliki Perspektif Kekal dalam Hidup

Orang percaya tidak boleh terikat pada hal-hal duniawi. Filipi 1:21 mengingatkan kita bahwa tujuan akhir kita bukan di dunia ini, tetapi dalam kehidupan kekal bersama Kristus. Ini harus membentuk cara kita menggunakan waktu, uang, dan sumber daya kita untuk kemuliaan Allah.

4. Tetap Setia dalam Penderitaan

Paulus menulis ayat ini dalam keadaan dipenjara, tetapi ia tetap memiliki sukacita. Ini menunjukkan bahwa orang percaya dapat tetap teguh dalam iman bahkan di tengah penderitaan. Dalam perspektif Reformed, penderitaan sering kali adalah alat yang digunakan Allah untuk membentuk karakter dan iman kita.

Kesimpulan

Filipi 1:21 adalah pernyataan iman yang luar biasa dari Paulus yang mencerminkan inti dari kehidupan Kristen. Dalam teologi Reformed, ayat ini menegaskan bahwa:

  1. Hidup bukanlah tentang diri kita sendiri, tetapi tentang Kristus.
  2. Kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan, tetapi sebuah keuntungan karena membawa kita kepada Kristus.
  3. Hidup harus dijalani dalam pelayanan kepada Allah dan untuk kemuliaan-Nya.
  4. Orang percaya harus memiliki pengharapan yang teguh akan kehidupan kekal.

Paulus menunjukkan bahwa kehidupan di dunia ini bersifat sementara, tetapi memiliki makna yang dalam jika dijalani untuk Kristus. Sementara itu, kematian adalah pintu menuju kehidupan yang lebih mulia bersama-Nya. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk memiliki sikap yang sama—hidup bagi Kristus dan melihat kematian sebagai keuntungan karena membawa kita lebih dekat dengan Allah.

Next Post Previous Post