Rhema dan Logos dalam Kehidupan Kristen
Pendahuluan:
Dalam teologi Kristen, khususnya dalam kajian tentang Firman Allah, terdapat dua istilah Yunani yang sering dibahas, yaitu Rhema (ῥῆμα) dan Logos (λόγος). Keduanya memiliki arti yang berhubungan dengan "firman" atau "perkataan," tetapi memiliki nuansa makna yang berbeda. Pemahaman yang benar tentang Rhema dan Logos sangat penting karena berpengaruh pada cara kita menginterpretasikan Alkitab, memahami kehendak Allah, serta membangun kehidupan rohani yang sehat.
Di dalam tradisi teologi Reformed, yang sangat menekankan otoritas dan kecukupan Alkitab (Sola Scriptura), perbedaan antara Rhema dan Logos harus dipahami dalam terang Kitab Suci. Artikel ini akan membahas makna kedua istilah ini, bagaimana mereka digunakan dalam Alkitab, dan bagaimana para teolog Reformed memahami serta menafsirkannya.
1. Definisi dan Penggunaan Rhema serta Logos dalam Alkitab
A. Logos: Firman yang Kekal dan Tetap
Kata Logos berasal dari bahasa Yunani (λόγος) yang berarti "perkataan," "pemikiran yang diungkapkan," atau "firman yang tertulis dan objektif." Dalam Alkitab, Logos sering digunakan untuk merujuk pada:
Firman Allah secara keseluruhan
Contoh klasik adalah Yohanes 1:1:"Pada mulanya adalah Firman (Logos); Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah." (Yohanes 1:1, AYT)Di sini, Logos bukan sekadar kata-kata tertulis, tetapi merujuk kepada Yesus Kristus sebagai Firman yang hidup, Pribadi kedua dalam Tritunggal.
Alkitab sebagai wahyu tertulis dari Allah
Dalam banyak bagian lain, Logos digunakan untuk menunjuk pada Firman Tuhan yang tertulis, seperti dalam Ibrani 4:12:"Sebab Firman Allah (Logos) hidup dan kuat, dan lebih tajam dari pedang bermata dua mana pun…"Firman yang menciptakan dan menopang alam semesta
Dalam Kejadian 1, Allah menciptakan segala sesuatu dengan Firman-Nya. Yohanes 1:3 menegaskan bahwa "Segala sesuatu dijadikan oleh Dia (Logos), dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan."
B. Rhema: Firman yang Diucapkan dan Bersifat Spesifik
Kata Rhema (ῥῆμα) juga berarti "firman" atau "perkataan," tetapi lebih menekankan pada firman yang diucapkan secara langsung, spesifik, dan sering kali bersifat pribadi.
Firman Allah yang diucapkan dalam situasi tertentu
Dalam Matius 4:4, Yesus berkata:"Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman (Rhema) yang keluar dari mulut Allah."Ini menunjukkan bahwa Rhema adalah perkataan Allah yang relevan secara langsung dalam kehidupan seseorang.
Firman Allah yang diterima secara spesifik oleh seseorang
Dalam Lukas 1:38, Maria menerima Rhema dari malaikat Gabriel:"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu (Rhema itu)."Firman yang bersifat ilahi dan membawa iman
Roma 10:17 menegaskan bahwa iman timbul dari pendengaran akan Firman (Rhema) Kristus:"Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman (Rhema) Kristus."
2. Perspektif Teologi Reformed tentang Rhema dan Logos
Dalam tradisi Reformed, pemahaman tentang Rhema dan Logos selalu dikaitkan dengan doktrin Sola Scriptura, yaitu bahwa Alkitab adalah satu-satunya otoritas tertinggi dalam iman dan kehidupan Kristen. Berikut adalah beberapa poin utama bagaimana para teolog Reformed memahami kedua konsep ini:
A. Firman Allah yang Utama adalah Logos, bukan Rhema
Teologi Reformed menegaskan bahwa Logos adalah wahyu utama dan final dari Allah kepada manusia. Yesus Kristus sebagai Logos adalah penyataan tertinggi dari Allah (Ibrani 1:1-2), dan Alkitab sebagai Firman tertulis adalah wahyu Allah yang sempurna dan cukup bagi manusia.
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menegaskan bahwa:"Firman Allah tidak boleh dicari dalam pengalaman subjektif manusia, tetapi harus ditemukan dalam Alkitab, yang adalah satu-satunya wahyu yang dapat diandalkan."
Dengan demikian, konsep Rhema tidak boleh dimengerti sebagai sesuatu yang terpisah dari atau lebih tinggi dari Logos.
B. Rhema Harus Selalu Diuji dengan Logos
Para teolog Reformed juga mengingatkan bahwa banyak orang menyalahgunakan konsep Rhema dengan mengklaim menerima "wahyu baru" dari Tuhan. Misalnya, dalam beberapa kalangan kharismatik atau pentakosta, ada ajaran bahwa Allah memberikan Rhema secara personal kepada seseorang, yang dapat berisi petunjuk atau arahan khusus dalam hidup.
Namun, dalam teologi Reformed, setiap klaim tentang Rhema harus diuji berdasarkan Logos (Alkitab). Allah tidak akan memberikan Rhema yang bertentangan dengan Firman-Nya yang telah tertulis. John MacArthur menekankan bahwa:"Tidak ada wahyu baru setelah Alkitab selesai ditulis. Allah berbicara kepada kita melalui Firman-Nya yang tertulis, bukan melalui pengalaman subjektif atau suara hati yang tidak dapat diuji secara objektif."
C. Rhema Bukan Pengalaman Mistis, tetapi Penerapan Logos
Teologi Reformed juga memahami Rhema bukan sebagai pengalaman mistis atau wahyu baru, tetapi sebagai Firman Allah yang menjadi nyata dan relevan dalam kehidupan seseorang melalui pekerjaan Roh Kudus.
Jonathan Edwards, seorang teolog Reformed terkemuka, menegaskan bahwa:"Ketika Roh Kudus menerangi hati kita dan membuat Firman yang tertulis itu menjadi hidup dan berkuasa dalam hidup kita, itulah pekerjaan sejati dari Firman Allah. Namun, ini bukan wahyu baru, melainkan penerangan atas Firman yang sudah ada."
Jadi, Rhema dalam perspektif Reformed lebih dipahami sebagai Logos yang diterapkan secara pribadi dalam hidup seseorang oleh Roh Kudus, bukan sebagai wahyu baru yang menggantikan Alkitab.
3. Kesimpulan: Rhema dan Logos dalam Kehidupan Kristen
Dari perspektif teologi Reformed, baik Logos maupun Rhema adalah bagian dari Firman Allah, tetapi memiliki peran yang berbeda:
Logos adalah Firman Allah yang kekal, tidak berubah, dan bersifat objektif. Ini mencakup Yesus Kristus sebagai Firman yang hidup dan Alkitab sebagai wahyu Allah yang tertulis dan final.
Rhema adalah Firman Allah yang diterapkan secara spesifik dalam kehidupan seseorang oleh Roh Kudus, tetapi tidak boleh bertentangan dengan Logos.
Setiap pengalaman "Rhema" harus diuji berdasarkan Logos (Alkitab). Rhema yang sejati tidak akan pernah bertentangan dengan Alkitab atau memberikan "wahyu baru" di luar apa yang telah diwahyukan dalam Kitab Suci.
Sebagai orang percaya, kita harus terus berpegang pada Logos sebagai dasar iman kita dan membuka hati agar Roh Kudus menerangi kita dengan Rhema yang sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Dengan cara ini, kita akan semakin bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya.