Kesetiaan dalam Pengakuan Iman: Matius 10:33
“Akan tetapi, siapa yang menyangkal Aku di hadapan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di hadapan Bapa-Ku yang ada di surga.” (Matius 10:33, AYT)
Pendahuluan:
Matius 10:33 adalah salah satu ayat yang kuat dalam pengajaran Yesus mengenai kesetiaan kepada-Nya. Ayat ini berbicara tentang konsekuensi serius dari menyangkal Kristus:
Dalam teologi Reformed, ayat ini sering dikaitkan dengan doktrin ketekunan orang kudus dan keberanian dalam pengakuan iman. Bagaimana kita memahami peringatan keras ini dalam terang kasih karunia Allah dan kepastian keselamatan dalam Kristus?
Dalam artikel ini, kita akan menggali makna mendalam Matius 10:33 dengan merujuk pada tafsiran beberapa pakar teologi Reformed serta implikasinya dalam kehidupan Kristen.
1. Konteks Matius 10:33
Matius 10 merupakan bagian dari pengutusan kedua belas murid. Dalam pasal ini, Yesus memberikan peringatan bahwa mereka akan menghadapi penganiayaan dan tekanan karena memberitakan Injil.
Dalam Matius 10:32-33, Yesus memberikan kontras yang jelas:
- Mereka yang mengakui Kristus di hadapan manusia akan diakui oleh-Nya di hadapan Bapa.
- Mereka yang menyangkal Kristus akan disangkal di hadapan Bapa.
John Calvin, dalam komentarnya terhadap ayat ini, menegaskan bahwa pengakuan iman bukan hanya tentang perkataan tetapi juga kesetiaan dalam perbuatan. Menurutnya, Kristus menuntut pengakuan yang tulus, bukan sekadar formalitas.
2. Makna "Menyangkal Kristus" dalam Perspektif Reformed
Kata Yunani untuk "menyangkal"
Kata yang digunakan dalam teks Yunani untuk "menyangkal" adalah arneomai (ἀρνέομαι), yang berarti "menolak, menyangkal, atau tidak mengakui keberadaan seseorang."
Menurut William Hendriksen, kata ini menandakan lebih dari sekadar kesalahan sesaat; ini adalah penolakan terhadap Kristus yang disengaja, bukan sekadar kelemahan iman seperti yang dialami Petrus sebelum bertobat.
Pandang Teolog Reformed tentang Penyangkalan Kristus
John Owen menekankan bahwa penyangkalan terhadap Kristus bisa terjadi dalam berbagai bentuk:
- Penyangkalan Terbuka – Menolak Kristus secara langsung, seperti yang dilakukan oleh orang Farisi.
- Penyangkalan Terselubung – Mengabaikan kebenaran Kristus karena takut akan manusia.
- Penyangkalan dalam Perbuatan – Hidup dalam dosa secara terus-menerus, yang menunjukkan bahwa seseorang tidak sungguh-sungguh mengenal Kristus.
R.C. Sproul berpendapat bahwa peringatan ini bukan berarti orang percaya sejati bisa kehilangan keselamatan, tetapi menjadi peringatan bagi mereka yang berpura-pura menjadi Kristen namun hatinya jauh dari Tuhan.
3. Hubungan dengan Doktrin Ketekunan Orang Kudus
Salah satu pertanyaan teologis yang muncul dari Matius 10:33 adalah: Apakah mungkin seorang Kristen sejati menyangkal Kristus dan kehilangan keselamatannya?
Dalam teologi Reformed, kita meyakini doktrin ketekunan orang kudus (Perseverance of the Saints), yang mengajarkan bahwa mereka yang sungguh-sungguh ditebus oleh Kristus akan bertahan dalam iman sampai akhir.
Pandang Pakar Teologi Reformed
- Charles Hodge menyatakan bahwa peringatan dalam Matius 10:33 adalah bagian dari cara Allah memelihara umat-Nya, yaitu dengan memberi mereka peringatan agar tetap setia.
- Michael Horton, dalam The Christian Faith, menekankan bahwa sekalipun orang percaya bisa jatuh dalam dosa sementara, mereka tidak akan sepenuhnya meninggalkan iman mereka karena dijaga oleh anugerah Allah.
- Sinclair Ferguson menjelaskan bahwa ada perbedaan antara kelemahan sementara (seperti yang dialami Petrus) dengan penolakan permanen terhadap Kristus (seperti Yudas Iskariot).
Oleh karena itu, seorang Kristen sejati tidak akan menyangkal Kristus secara final karena Allah sendiri yang menjaga iman mereka.
4. Kesaksian Hidup: Mempertahankan Pengakuan Iman
Matius 10:33 tidak hanya berbicara tentang pengakuan iman dengan kata-kata tetapi juga dengan cara hidup kita.
Kesaksian dalam Penganiayaan
Banyak orang Kristen dalam sejarah menghadapi pilihan antara menyangkal Kristus atau mati syahid. Martin Luther, dalam Reformasi Protestan, menghadapi ancaman besar tetapi tetap berpegang pada kebenaran Injil dengan mengatakan:"Di sini aku berdiri, aku tidak dapat melakukan yang lain."
Sejarah mencatat banyak martir yang lebih memilih kematian daripada menyangkal Kristus, seperti John Huss dan Polycarpus.
Kesaksian dalam Kehidupan Sehari-hari
Menyangkal Kristus tidak selalu berarti penolakan eksplisit; bisa juga dalam bentuk kompromi terhadap nilai-nilai dunia. Jonathan Edwards mengajarkan bahwa hidup seseorang harus mencerminkan pengakuan imannya. Jika seseorang mengaku percaya tetapi hidupnya tidak mencerminkan iman itu, maka ia sebenarnya telah menyangkal Kristus.
5. Aplikasi dalam Kehidupan Kristen
Bagaimana kita menerapkan Matius 10:33 dalam kehidupan kita?
a. Hidup dalam Keberanian Iman
Kita dipanggil untuk tidak malu mengakui Kristus di depan manusia. J.I. Packer menegaskan bahwa seorang Kristen sejati harus siap menghadapi ejekan dunia karena pengakuan imannya.
b. Menghindari Kompromi dengan Dunia
Banyak orang Kristen modern tergoda untuk menyesuaikan diri dengan budaya sekuler dan mulai mengurangi keberanian mereka dalam menyatakan kebenaran Injil. Tim Keller memperingatkan bahwa kompromi dengan dunia adalah bentuk penyangkalan terhadap Kristus.
c. Berpegang Teguh pada Janji Allah
Walaupun kita mungkin gagal dalam iman kita seperti Petrus, anugerah Allah tetap menopang kita. Augustinus berkata, “Allah tidak memanggil orang-orang yang sempurna, tetapi Ia menyempurnakan mereka yang dipanggil.”
Kesimpulan
Matius 10:33 adalah peringatan yang serius bagi setiap orang yang mengaku sebagai pengikut Kristus. Dalam teologi Reformed, ayat ini mengajarkan bahwa:
- Pengakuan iman harus nyata dalam perkataan dan perbuatan.
- Penyangkalan Kristus bukan hanya tentang kata-kata, tetapi juga sikap hati dan tindakan.
- Seorang Kristen sejati tidak akan menyangkal Kristus secara final karena mereka dijaga oleh anugerah Allah.
- Kita harus berani menyatakan iman kita, baik dalam penganiayaan maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai orang percaya, kita harus hidup dengan keyakinan bahwa Tuhan akan memberi kita kekuatan untuk tetap setia, apa pun tantangan yang kita hadapi. Berdoalah agar Tuhan memberi kita keberanian untuk mengakui nama-Nya di dunia ini, sebagaimana Dia mengakui kita di hadapan Bapa di surga.